Trending Topic
5 Fakta Menarik dari Halimah Yacob, Wanita Presiden Pertama Singapura

13 Sep 2017


Foto: Dok. Halimah.sg
 
Pekan ini negara tetangga, Singapura mencetak sejarah baru. Halimah Yacob (63) akan menjadi presiden Singapura kedelapan sekaligus wanita pertama yang memimpin negara yang berpenduduk 5,6 juta jiwa itu. Ia dilantik pada Rabu (13/9) dan menggantikan Presiden Tony Tan.

Sosoknya sebagai pemimpin wanita Muslim menjadi sorotan karena memiliki banyak tantangan untuk memimpin Singapura yang terdiri dari beragam komunitas, yaitu 74 persen komunitas Cina, 13 persen komunitas Melayu, 9 persen komunitas India dan 3,2 persen komunitas lainnya.

Berikut beberapa fakta menarik tentang Halimah yang femina rangkum dari Strait Times, ChannelNews Asia, dan laman pribadi Halimah.sg.

1/ Jejak Karier Politik
Halimah bukan wajah baru di dunia politik negeri singa. Ia merupakan praktisi hukum dan aktif di National Trades Union Congress selama 30 tahun hingga sempat menjadi Deputi Sekjen. Ia juga pernah menduduki posisi Direktur di Singapore Institute of Labour Studies, Director of Legal Services and Women's Development.

Tahun 2011, di masa kepemimpinan Perdana Menteri Goh Chok Tong, ia menjabat Menteri Negara Pengembangan Komunitas, Pemuda, dan Olahraga. Pada tahun 2013, ia adalah wanita pertama yang menjabat Ketua Parlemen Singapura selama delapan bulan, pada Januari hingga Agustus 2017. Pada 7 Agustus ia mengundurkan diri dari posisi di parlemen untuk mengikuti pemilu presiden.

2/ Memicu Kontroversi Karena Menjadi Calon Tunggal
Terlepas dari sambutan positif dari berbagai pihak terhadap penetapan Halimah sebagai presiden, sebagian warga Singapura berpendapat lain. Sejak kemarin, ramai tagar #NotMyPresident muncul menanggapi kabar itu. Sebagian warga merasa kecewa hak pilih mereka ‘dirampok’ karena tak ada pemungutan suara. Rencananya, pemilihan suara baru akan digelar pada 23 September mendatang.

Pasalnya, Halimah melaju ke posisi ini tanpa pemilihan umum setelah bakal calon presiden lainnya dari komunitas Melayu tidak lulus uji kelayakan. Semua ini berawal dari perubahan skema Pemilihan Presiden Singapura pada November 2016. Perubahan ini mengizinkan Pemilihan Presiden ditentukan untuk satu etnis komunitas tertentu yang tidak memiliki wakil Presiden terpilih untuk lima masa jabatan berturut-turut. Tahun ini, hak itu jatuh pada komunitas Melayu.

Juli lalu, Halimah mengungkapkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden. Selain Halimah, ada 4 orang lain yang mencalonkan diri dari komunitas Melayu. Namun, hanya tiga kandidat termasuk Halimah yang terdaftar resmi sebagai anggota komunitas Melayu. Dua dari tiga kandidat itu tidak memenuhi syarat untuk capres sektor swasta karena tidak memiliki aset perusahaan minimum SGD 500 juta.

Setelah melalui uji kelayakan, Senin (11/9) hanya Halimah yang mendapatkan sertifikasi kelayakan untuk menjadi Presiden. Ini mengantarkan Halimah menjadi calon presiden tunggal. Satu-satunya presiden Singapura yang berasal dari etnis Melayu adalah Presiden pertama, Yusof Ishak yang menjabat hingga ia wafat pada tahun 1970.

3/ Mandiri Sejak Belia
Halimah berdarah India dan Melayu. Suaminya, Mohamed Abdullah Alhabshee, adalah seorang pengusaha. Mereka dikaruniai lima anak, yang termuda berusia 26 tahun.

Lahir sebagai putri bungsu dari lima bersaudara pada 23 Agustus 1954. Ayahnya wafat saat ia berusia delapan tahun. Sepeninggal sang ayah, ibunya menafkahi keluarga mereka lewat berjualan nasi padang dengan kereta dorong sebelum mendapat izin untuk membuka kedai kaki lima. Sejak usia 10 tahun, Halimah mulai mandiri, membantu ibunya bekerja dan melayani pembeli di kedai mereka di Shenton Way, pusat perdagangan di Singapura.

“Saya mengalami sendiri sulitnya hidup dalam kemiskinan dan betapa menyedihkan saat kau harus berjuang untuk bertahan hidup, menyajikan makanan untuk orang lain dan berhadapan dengan ketidakpastian masa depan setiap hari. Situasi itu membatasi pilihan-pilihan saya, namun juga memperkuat tekad saya untuk sukses. Sejak itu, prioritas saya adalah menyelesaikan sekolah, mendapatkan pekerjaan yang layak dan membantu ibu saya,” tulis Halimah tentang perjalanan panjang hidupnya.

4/ Menjadi Kaum Minoritas
Halimah belajar di Singapore Chinese Girls' School, sebuah sekolah  homogen top di Singapura. Ia salah satu dari beberapa orang siswi Melayu di sekolah itu.

"Saya datang dari keluarga yang kurang mampu dan kurang beruntung, karena itu saya sangat yakin pentingnya akses terhadap kesempatan untuk setiap individu," tulis Halimah pada laman pribadi resminya.

Lewat slogan kampanye, "Let's do good and do it together," ia mengajak warga Singapura yang terdiri dari beragam etnis untuk bekerja bersama untuk membangun masyarakat yang lebih kuat dan lebih baik. Selamat bekerja, Ibu Halimah! (f)
 
Baca juga:
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Siaga 24 Jam untuk Perlindungan WNI
Hanan Al Hroub, Melawan Kekerasan dengan Welas Asih
Tsai Ing Wen, Wanita Presiden Pertama Taiwan
Najat Vallaud Belkacem, Wanita Muslim di Kabinet Prancis


Topic

#wanitahebat, #Singapura, #halimahyacob

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?