Profile
Tsai Ing Wen, Wanita Presiden Pertama Taiwan

20 Apr 2016



Foto: AFP/SAM YEH
 
Sosok wanita politikus senior, Tsai Ing Wen (59) terpilih sebagai wanita presiden pertama Taiwan pada 16 Januari 2016 lalu. Ia populer dengan kecintaannya pada demokrasi, sebagai pendukung kaum minoritas dan kucing-kucing kesayangannya.
 
#Kemenangan Partai Oposisi
1/ Tsai Ing-wen adalah pemimpin partai Partai Progresif Demokrat (DPP), partai oposisi utama. Ia memenangi pemilihan presiden dengan perolehan 56,1% suara mengalahkan Eric Chu, calon presiden dari partai penguasa, Kuomintang (KMT) yang pro Tiongkok. Tiongkok (Republik Rakyat Tiongkok) dan Taiwan (Republik Cina) berpisah pada tahun 1949 setelah kemenangan partai komunis terhadap daratan di perang sipil.
 
#Kepemimpinan
1/ Gaya kepemimpinan Tsai sering dibandingkan oleh para pakar politik Taiwan dengan wanita pemimpin negara lainnya, seperti sang Iron Lady, Margaret Thatcher, namun gayanya disebut lebih mirip dengan Angela Merkel dari Jerman karena sama-sama memiliki kemampuan negosiasi yang kuat. Kemampuan ini makin terasah saat ia menjadi Pemimpin Dewan Hubungan China Daratan (MAC), badan pemerintah yang menangani hubungan antara Taiwan dengan Beijing.
 
2/ Menjadi wanita presiden pertama Taiwan tentu menjadi tantangan istimewa. Tsai sangat menyadarinya, seperti yang ia ungkapkan dalam pidatonya di depan Council on Strategic and International Studies di Washington, D.C. tahun lalu.
“Tentu saja ada warga Taiwan yang masih konservatif dan meragukan jika wanita menduduki jabatan presiden. Tapi, saya rasa generasi muda Taiwan akan antusias menyambut ide memiliki wanita sebagai pemimpin mereka. Isu kepemimpinan wanita sedang jadi tren dunia.
 
#Keluarga
1/ Tsai lahir pada tahun 1956 di distrik Zongshan, sebuah desa pesisir selatan Taiwan. Ia tidak lahir dari keluarga politikus. Keluarganya cukup ‘ramai’, Tsai adalah putri bungsu dari sebelas anak ayahnya yang memiliki empat istri. Darah campuran Hakka dari sang ayah dan ibu asal Minnan, Taiwan menjadi salah satu kelebihannya dalam merangkul dukungan rakyat. Neneknya juga berasal dari Paiwan, suku asli di Taiwan. Ia pindah ke Taipei di usia 11 tahun.
 
2/ Ayah Tsai adalah seorang pengusaha bengkel mobil dan pengembang properti sukses. Namun, ia bersikeras Tsai masuk ke sekolah negeri—bukan sekolah swasta—agar Tsai lebih mengenal masyarakat luas.
 
3/ Tsai sebetulnya ingin mendalami sejarah dan arkeologi, namun akhirnya masuk fakultas hukum karena ayahnya ingin ia membantu menangani aspek hukum dalam bisnis keluarganya. Kedua orangtuanya punya ekspektasi tinggi terhadap anak-anak mereka, dan sangat kecewa saat ia tidak mendapat nilai bagus dalam semua ujian sekolah.
 
4/ Tsai bukanlah wanita pertama di Asia yang terpilih sebagai pemimpin negara di Asia. Sebelumnya, ada sosok Aung San Suu Kyi dari Myanmar, Park Guen Hye dari Korea Selatan, dan tentunya, Megawati Soekarnoputri dari Indonesia. Namun, bisa dikatakan, Tsai adalah wanita pertama di Asia yang berhasil mencapai posisi puncak ini tanpa warisan keluarga di dunia politik. Megawati adalah putri salah satu proklamator dan presiden pertama kita, Soekarno. Ayah Aung San Suu Kyi, Aung San, membantu proses negosiasi kemerdekaan Myanmar dari  Inggris, sedangkan ayah Park Guen Hye, Park Guen-chee dikenal sebagai presiden diktator Korea Selatan dari tahun 1962 hingga ia wafat karena dibunuh pada 1979.
 
#Karier
1/ Setelah lulus sebagai sarjana hukum dari Universitas Nasional Taiwan, ia merampungkan pendidikan masternya di Sekolah Hukum Universitas Cornell pada tahun 1980 dan meraih gelar doktor dari London School of Economics and Political Science pada 1984. Menjadi akademisi adalah passionnya sebelum menjadi politikus.
 
2/ Tsai baru terjun ke dunia politik dan bergabung ke Partai Progresif Demokrat pada tahun 2004 yang ia sebut sebagai sebuah ‘kebetulan’.
 
3/Kariernya sebagai pengacara membawa Tsai menjadi negosiator Taiwan untuk World Trade Organization pada tahun 1990. Ia juga diminta menjadi penasihat Presiden Lee Teng Hui.
 
4/ Selama masa kepemimpinannya di Partai Progresif Demokrat dari tahun 2000-2008, ia tampil sebagai sosok pemimpin karismatik, dan memenangi perhatian publik lewat ketulusan, kecerdasan dan kegigihannya. Dalam bukunya, ia menulis: “Dalam masyarakat demokratis yang matang, jika tak ada partai oposisi yang kuat, maka demokrasi akan cenderung menurun. Saya takkan bisa memaafkan diri saya jika saya memilih untuk tidak melakukan apa yang saya tahu bisa dilakukan.”
 
5/ Partai Progresif Demokrat mendukung kemerdekaan penuh Taiwan, namun Tsai mengatakan ia akan mempertahankan ‘status quo’ terhadap Tiongkok.
 
#Kontroversial
Tsai menyuarakan dukungan terbukanya terhadap isu LBGT. Dalam video di akun Facebook pribadinya, ia mengatakan, “Dalam wajah cinta, semua orang setara. Biarkan setiap orang memiliki kebebasan untuk mencintai dan mengejar kebahagiaan mereka.”
 
#PetLover
Bukankah menyenangkan melihat pemimpinmu juga punya hewan peliharaan yang lucu seperti dirimu? Yes, she’s definitely a cat person. Menurut koleganya Cole, ia menghabiskan waktu luangnya dengan cara sederhana, membaca buku, menikmati segelas wine, dan bermain dengan kucing-kucingnya.Tiga kucingnya, Tsai Hsiang Hsiang, Ah Tsai dan Think Think kerap dibawa ikut dalam kampanye. Fotonya bersama kucingnya juga langsung mendapat ribuan like di Facebook dan sangat populer di kalangan muda Taiwan


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?