Profile
Najat Vallaud Belkacem, Wanita Muslim di Kabinet Prancis

13 Apr 2016


Foto: AFP

Wanita berusia 38 tahun yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pendidikan Tinggi dan Riset Prancis ini disebut-sebut sebagai simbol pembaharuan di Prancis. Ia –bukan hanya karena wanita- tapi juga karena dianggap representasi kalangan minoritas, beragama muslim, dan imigran kelahiran Maroko. Berikut ini fakta-fakta tentang Najat yang menarik untuk diketahui.

#Masa Kecil

1/ Anak kedua dari tujuh bersaudara ini lahir di Bni Chiker, sebuah pedesaan dekat Nador di wilayah Rif,  Maroko, tahun 1977. Rumah masa kecilnya merupakan rumah pertanian terpencil dengan dinding tanah merah dan atap jerami.

2/ Pada tahun 1982, ketika usianya baru 5 tahun, ia pindah ke Prancis bersama ibunya, guna menyusul ayahnya yang sudah lebih dulu menjadi imigran, bekerja sebagai pekerja bangunan di kota Amiens, 128km dari Paris.

3/ Najat kecil adalah gadis pemalu, tapi dalam hal belajar, ia sangat ambisius. “Saya senang belajar. Saya dibesarkan di keluarga yang tak punya banyak kebebasan, sekolah adalah salah satu kebebasan yang saya miliki,” ujarnya.  

4/ Kenangannya yang paling membekas di masa kecilnya adalah sewaktu di Maroko, Najat dan kakaknya bertugas mengambil air, berjalan kaki dari tempat yang cukup jauh. Najat juga membantu kakeknya menggembala kambing. Kakaknya, Fatiha, kini menjadi seorang pengacara di Paris.

5/ Ayahnya menetapkan aturan ketat kepada para putrinya. Mereka dilarang bermain dengan anak laki-laki atau pergi ke klub malam. Tidak satu pun yang melawan aturan sang ayah. Najat pun menuangkan semua energi ke studinya, membaca terus-menerus hingga akhirnya fasih berbahasa Prancis pada akhir tahun pertamanya tinggal di Prancis.

#Karier Politik

1/ Setelah lulus dari Institut d'études politiques de Paris (Institut Studi-Studi Politik Paris) pada 2002, Najat memutuskan terjun ke politik, bergabung dengan Partai Sosialis dan tim Gérard Collomb, Walikota Lyon saat itu. Idealismenya adalah untuk menjalankan demokrasi lokal, melawan diskriminasi, mempromosikan hak-hak warga sipil, dan akses untuk pekerjaan dan perumahan.

2/ Terpilih dalam Dewan Wilayah Rhone-Alpes pada 2004, ia mengetuai Komisi Budaya. Karier politiknya kian menanjak. Pada 2005, ia menjadi penasihat Partai Sosialis. Di tahun berikutnya, ia menjadi kolumnis program kebudayaan C'est tout vu di Télé Lyon Municipale.

3/ Pada Februari 2007 ia bergabung dalam tim kampanye Ségolène Royal sebagai juru bicara pada pemilihan Presiden 2007. Ségolène adalah tokoh Partai Sosialis, dan kini partner François Hollande, Presiden Prancis.  Sejak 2008, Najat menjadi konselor kota Lyon, untuk mengurusi acara-acara kota, pemuda, dan kehidupan masyarakat.

4/ Pada 2012, Najat dilantik pada kabinet Presiden Prancis François Hollande sebagai Menteri Hak-Hak Wanita dan jurubicara pemerintahan.

5/ Oleh lawan politiknya, ia sempat diserang karena memiliki dua kewarganegaraan, yakni Maroko dan Prancis. “Saya sudah bekerja di politik selama lebih dari 10 tahun, dan mengabdikan hidup saya untuk pekerjaan layanan publik. Saya merasa sangat Prancis. Bukan separuh prancis. Dua kewarganegaraan yang saya miliki hanyalah simbol bahwa saya tidak menyangkal akar saya," tuturnya. 

6/ Sering dianggap aneh di kalangan koleganya di pemerintahan. Najat menyadari, ia dipandandang sebagai sebuah anomali di lingkungannya. Pertama, karena usianya yang masih muda, (dia masih berusia 34 tahun ketika pertama kali memasuki jabatan di pemerintahan). Padahal, untuk ukuran aktivis partai saja Najat 20 tahun lebih muda daripada para anggota partai lainnya. Kedua, karena jenis kelaminnya, dan ketiga, karena akarnya, imigran dari Maroko. Najat bahkan pernah dikira pembantu di rumahnya sendiri saat ia mengundang jamuan makan malam. “Ketika saya menjadi tuan rumah jamuan makan malam untuk acara politik di Lyon, saya yang membukakan pintu dan membantu membukakan jaket para tamu. Lalu tamu-tamu itu menanyakan, “Di mana Madame Vallaud-Belkacem?”  Mereka terkejut ketika saya menjawab, sayalah orangnya. Bahkan di masa sekarang, masyarakat kita masih menganggap, wanita muda, berkulit gelap, yang membukakan pintu, itu pastilah pembantu,” tutur Najat.  

7/ Dia sering dibandingkan dengan Rachida Dati, Menteri Kehakiman Prancis di masa pemerintahan Nicholas Sarkozy tahun 2007, yang dianggap sebagai simbol keragaman. Rachida adalah wanita keturunan Maroko dan Aljazair pertama yang menjabat di pemerintahan. Namun demikian, Najat menolak untuk dibandingkan dengan Rachida yang sekarang menjabat sebagai parlemen di Uni Eropa. “Dulu, Sarkozy tidak  memilih orang berdasarkan kompetensi. Dia hanya mengangkat orang terdekatnya, bukan karena mereka memang layak,” tudingnya.  

#Insiden Charlie Hebdo
Setelah peristiwa penyerangan di kantor media Charlie Hebdo yang mengguncang Paris, Najat berkomentar, "Di dalam mobil, saya geram mendengar para teroris itu mengatakan, kami membalaskan dendam atas nama Nabi Muhamad. Saya juga muslim, tapi ini tidak benar. Jangan bawa-bawa nama Islam, jangan  bawa-bawa agama saya.” Najat sendiri ingin membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengurai kebencian dan kekerasan berbasis agama.  

#Vokal
Ia mendukung pemerintah Prancis dalam memaksa Twitter untuk menyaring kicauan yang homofobik. Terkait pernikahan sesama jenis di Prancis, ia berpendapat bahwa legalisasi pernikahan sesama jenis adalah sebuah kemajuan bersejarah.

#Julukan
Media Prancis Minute pernah  menyebutnya 'Ayatollah'. Majalah Vogue Prancis menjulukinya ‘The Youthful New Face of France’. Sedangkan majalah Elle Prancis menjulukinya, ‘Buldozer yang selalu tersenyum dan tidak mengenal lelah.’

#Keluarga
Ia menikah dengan Boris Vallaud, di tahun 2005, dan dikaruniai dua anak kembar Louis-Adel Vallaud dan Nour-Chloé Vallaud, yang kini berusia 7 tahun.(f) 
 


Topic

#WanitaHebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?