Profile
Sakdiyah Makruf, Sempat Sembunyi-Sembunyi Saat Awal Tampil di Panggung Stand-Up Comedy

13 Dec 2017


Foto: Pio Kharisma

Wajah wanita memang asing ditemui di panggung komedi. Baik sebagai komedian slapstick yang banyak ditemui di berbagai acara televisi tanah air maupun komedi satir layaknya monolog yang akrab disebut stand-up comedy.

Penilaian budaya patriarkat, yang membuat opini wanita tidak lebih penting dibandingkan pendapat para pria, kerap jadi hambatan bagi para wanita komika untuk mengocok perut para penontonnya. Ini jadi salah satu penyebab minimnya minat mereka untuk menekuni pekerjaan tersebut sebagai profesi.

Namun, hadirnya beberapa nama wanita komika yang blakblakan menertawakan diri sendiri dan menyelipkan pesan pemberdayaan di ajang komika khusus wanita, Perempuan Berhak, beberapa waktu lalu, memberikan angin segar atas eksistensi di industri yang masih didominasi para pria ini.

Mari simak perjalanan karier mereka mendapatkan hak untuk bersuara dengan cara berkelakar ria, salah satunya, Sakdiyah Makruf (35), Penerjemah.

Terkenal dengan gaya berkomika menggunakan bahasa Inggris, nama wanita yang pertama kali dikenal publik lewat acara Stand-Up Comedy Indonesia (SUCI) Season 1 di Kompas TV ini telah melambung hingga ke mancanegara.

Sakdiyah Ma’ruf atau akrab dipanggil Diyah, mengaku sudah piawai membuat sendiri skit (lakon pendek) sejak kecil di halaman belakang rumahnya.

“Komedi menjadi satu-satunya cara saya untuk bicara. Tentang apa yang saya rasakan, perihal persoalan wanita secara umum atau sebagai wanita muslim, hingga masalah anak muda dan negara di lingkungan kehidupan saya,” ujar Diyah.

Kepiawaiannya menyampaikan kritik sosial tentang keadilan, kesetaraan, dan Islam ekstrem yang dikemas dengan lelucon jenaka di atas panggung hingga mengemas pesan-pesan itu, mengantarkannya menyabet penghargaan bergengsi dari Amnesty International, Vaclav Havel International Prize for Creative Dissent di Oslo, Norwegia tahun 2015

Padahal, saat awal meniti karier, ia melakukannya secara sembunyi-sembunyi dari keluarganya. “Salah satu alasan melakukannya secara diam-diam karena mental minoritas. Saya berasal dari komunitas keturunan Arab di Pekalongan. Mental seperti itu sempat menghalangi saya untuk berkarya dan berekspresi karena takut mencoreng nama baik komunitas,” tambahnya.

Baca juga:
Aksi Komika Wanita di Pertunjukan Stand-up Comedy #PerempuanBerhak
Benarkah Pria Ingin Terlihat Lebih Superior Lewat Humor Seksis?
Ligwina Hananto, Melawak Bukan Hal Baru
Fathia Saripuspita: Rasanya Ingin Mati Saat Tak Ada yang Tertawa Saat Kita Melucu di Panggung Stand-Up Comedy
Jessica Farolan, Berani Kupas Seksualitas di Panggung Stand-Up Comedy

Seiring berjalannya waktu, Diyah akhirnya berani terbuka kepada orang tuanya tentang dunia komedi lawak tunggal yang ia geluti, ketika ia diundang oleh Butet Kertaradjasa untuk tampil di sebuah acara Stand-Up Comedy Koper di Jakarta, tahun 2012. Beruntung, orang tuanya ternyata mendukungnya.

Tak dapat dipungkiri, mengangkat isu-isu yang sensitif dan tabu membuat Diyah beberapa kali diserang kritikan. Namun, wanita yang pernah tampil di Australia, Swedia, dan Denmark ini justru menanggapinya positif karena berarti pesannya sudah didengar.

“Kendatipun dikritik, setidaknya pesan saya dapat membuat orang lain memikirkan tentang apa yang saya sampaikan. Siapa tahu pesan itu bisa memengaruhi orang lain,” ujarnya. Diyah mengaku, kritikan dari publik yang mendengar guyonannya adalah bagian dari dialog.

Tantangan lain yang utama, menurut penggemar Robin William dan Louis C.K ini, justru datang ketika wanita komika tak punya ruang untuk berkarya. Karena memang, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia, wanita komika masih kalah jumlahnya dengan para prianya.

“Maka saya berharap, lewat Perempuan Berhak, kita bisa memberikan semangat bagi wanita komika lain untuk terus berkarya dan menyampaikan pesan pemberdayaan,” ujar Diyah, yang saat itu membawakan candaan tentang bagaimana ia merasakan kemenangan karena dapat menikah di usia yang ‘matang’ dan dengan orang pilihannya sendiri. Sementara dalam komunitasnya, justru banyak wanita yang
dinikahkan di usia muda. (f)


Topic

#sakdiyahmakruf, #komika, #standupcomedy

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?