Trending Topic
Wanita & Anak Masih Menjadi Alat Aksi Radikal, Apa Yang Harus Kita Waspadai?

13 May 2018


Foto: Pixabay
 

Seorang ibu dan dua balita diduga  terlibat dalam peledakan bom di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro, Surabaya, pukul 07.45 WIB, Minggu (13/5). Hingga saat berita ini ditulis, pukul 16.00 WIB, 13 korban meninggal dunia akibat ledakan bom di tiga lokasi gereja di Surabaya sementara 41 orang mengalami luka-luka dan dirawat di lima rumah sakit di Surabaya.
 
Sabtu (12/5) sebelumnya, Anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes POLRI berhasil mengamankan dua wanita muda yang diduga hendak melakukan aksi penyerangan terhadap anggota Brimob di Mako Brimob Kelapa Dua, Jakarta.
 
Kedua wanita yang diidentifikasi oleh Kadiv Humas Mabes POLRI Brigjend. M. Iqbal sebagai Dita Siska Milenia (18) dan Siska Nur Azizah (21) ini beralasan hendak mengantarkan makanan kepada narapidana teroris. Namun, saat makanan tersebut diperiksa salah satu wanita menyerang anggota Brimob menggunakan gunting.
 
Sangat mengkhawatirkan melihat wanita-wanita muda bahkan anak-anak terpapar radikalisme dan bersedia diperalat sebagai pelaku aksi teror. Sedihnya lagi, paparan paham radikal ini justru menyusup melalui institusi pendidikan.
 
Pada tahun 2016 Wahid Institute melakukan riset tentang potensi radikalisme di kalangan aktivis rohani Islam (rohis) di sekolah-sekolah umum. Mereka adalah siswa-siswi unggulan dari sekolah menengah umum dan sekolah menengah kejuruan dalam acara Perkemahan Rohani Islam.
 
Dari 1.626 angket yang berhasil dikumpulkan, sebanyak 60% responden menyatakan siap berperang saat ini bila ada ajakan atau panggilan berjihad untuk membela umat Islam yang tertindas, misalnya di Palestina, Suriah, dan Poso. Bahkan, 68% mengatakan, akan siap berperang di masa datang, terutama setelah lulus.
 
Riset lain yang dilakukan oleh Maarif Institute sejak tahun 2011 mengungkap bahwa penetrasi gerakan radikal melalui institusi pendidikan makin besar.
 
"Kita harus memperkuat kapasitas guru dan dewan sekolah. Dewan sekolah banyak yang permisif karena kelompok yang berkedok agama ini dianggap lebih aman dibanding kelompok motor, misalnya. Akhirnya, di sekolah yang seharusnya netral, justru terjadi penguatan simbolisasi keagamaan," ujar Direktur Program Maarif Institute M. Abdullah Darraz.
 
Sebagai orang tua, ada beberapa hal atau topik yang bisa dijadikan rambu-rambu, untuk mewaspadai masuknya nilai-nilai radikalisme di sekolah:
​1. Konsep antara agama Islam dan kafir yang dipandang hitam putih atau benar salah.
​2. Hubungan atau relasi orang muslim dengan non-muslim cenderung toleran terhadap perbedaan atau tidak.
​3. Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti apakah masih dalam pengawasan sekolah dan melibatkan pihak luar sekolah atau tidak. (f)


Baca Juga:
Alissa Wahid: Membesarkan Generasi Toleran, Orang Tua Harus Pegang Tongkat Komando!

Tiga Bom Meledak di Kotanya Risma Pulang ke Surabaya



 


Topic

#trendingtopic

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?