Trending Topic
Hebat! 10 Sejarah Bulutangkis Tercipta di Olimpiade Tokyo 2020

8 Aug 2021

Hebat! 10 Sejarah Bulutangkis Tercipta di Olimpiade Tokyo 2020
Dok. Istimewa


Ajang Olimpiade Tokyo 2020 akan segera berakhir. Perhelatan olahraga terbesar di dunia ini akhirnya sukses dilaksanakan setelah sempat mengalami penundaan karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Sudah banyak pihak yang terlibat dalam ajang ini. Mulai dari pemerintah Jepang sebagai tuan rumah, tim untuk acara pembukaan dan penutupan Olimpiade, para atlet, pelatih, media yang meliput, tenaga volunteer hingga para penonton di seluruh dunia yang menyaksikan secara online.
 
Banyak momen yang tercipta di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Momen bahagia saat berhasil meraih medali, momen haru saat harus pulang tanpa medali, dan juga sejarah-sejarah baru yang tercipta di ajang Olimpiade. Salah satunya, dari cabor atletik, saat atlet Mutaz Essa Barshim (Qatar) dan Gianmarco Tamberi (Italia) berbagi medali emas untuk pertama kalinya dalam 113 tahun penyelenggaraan Olimpiade.

Cabang olah raga badminton yang berhasil menyumbangkan 2 medali untuk Indonesia pun juga banyak menuliskan cerita. Berikut ini ada 10 momen sejarah yang tercipta di cabang olahraga bulutangkis pada Olimpiade Tokyo 2020.
 

1/ Greysia Polii/Apriyani Rahayu Medali Emas
Pada 2017, satu tahun setelah keikutsertaan Greysia Polii di Olimpiade Rio 2016, Greysia sempat memutuskan akan pensiun karena pasangannya saat itu, Nitya Krishinda Maheswari, mengalami cidera dan tidak bisa bermain lagi. Namun alam berkata lain. Greysia dipertemukan dengan sosok Apriyani Rahayu yang saat itu masih berusia 19 tahun datang dari Konawe, Sulawesi Tenggara. Sejak saat itu mereka menjadi ganda putri Indonesia dan memenangkan banyak turnamen.
 
Sejarahpun ditorehkan oleh Greysia dan Apriyani saat mereka berhasil meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 di sektor ganda putri, setelah berhasil mengalahkan pasangan kuat asal Cina, Chen Qing Chen/Ji Yi Fan, 2 set langsung 21-19 dan 21-15. Hasil ini juga melengkapi tradisi raihan emas Olimpiade dari cabor bulutangkis. Lengkap sudah Indonesia mencatatkan wakilnya meraih emas di semua sektor bulutangkis. Kemenangan ini juga kali pertama Indonesia meraih emas di sektor ganda putri sejak bulutangkis dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992.


2/ Penantian Panjang Selama 17 Tahun
Berhasil menduduki rangking ke-5 BWF, membuat Anthony Ginting berhasil meraih tiket dari sektor tunggal putra mewakili Indonesia ke ajang Olimpiade Tokyo 2020. Ginting, begitu ia akrab disapa, datang bersama pemain tunggal putra Indonesia lainnya, Jonatan Christie yang duduk diposisi 7 BWF. Pada babak kualifikasi grup, Ginting berhasil menjadi juara Grup J, setelah mengalahkan pebulutangkis Gergely Krausz (Hongaria) dan Sergey Sirant (Rusia). Perlawanan mulai terasa sengit saat Ginting harus berhadapan dengan pemain muda Denmark, Anders Antonsen di babak perempat final. Ginting berhasil menang dalam permainan rubber game, 21-18, 15-21 dan 21-18.
 
Dengan kemenangan Ginting di babak perempat final ini mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia. Akhirnya setelah 17 tahun lamanya dari Olimpiade Athena 2004, Indonesia berhasil mengirimkan wakilnya dari sektor tunggal putra ke babak semifinal Olimpiade. Pada Olimpiade Athena 2004, pebulutangkis Taufik Hidayat berhasil masuk ke babak semifinal dan berhasil menang melawan Boonsak Ponsana (Thailand) dan menuju final, hingga akhirnya menjadi juara Olimpiade setelah menang dari pebulutangkis Korea, Shon Seung Mo. Di Olimpiade Tokyo 2020, Ginting memang belum berhasil mencapai final namun prestasi medali perunggu diraihnya setelah menang melawan Kevin Cordon, 21-11 dan 21-13.


3/ Pemain Non Unggulan dari Guatemala
Sosok pebulutangkis senior asal Guatemala, Kevin Cordon, mendadak viral saat pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020. Bagaimana tidak, Kevin Cordon yang datang sebagai pebulutangkis peringat 59 BWF (Badminton World Federation), tidak diunggulkan untuk menjadi pemenang. Namun kenyataan berbicara lain. Dari babak kualifikasi grup hingga babak perempat final, Kevin berhasil meraih kemenangan atas pebulutangkis Meksiko, L. Munoz, unggulan dari Hong Kong, Ng Ka Long Angus, Mark Caljouw unggulan dari Belanda dan Heo Kwang-hee, pebulutangkis asal Korea yang mengalahkan unggulan pertama Kento Momota
 
Ini menjadi sejarah bagi Guatemala karena ini adalah kali pertama perwakilan dari Guatemala di cabor bulutangkis, berhasil masuk ke babak semifinal Olimpiade. Sebelumnya Kevin Cordon sudah pernah mengikuti dua Olimpiade yaitu tahun 2008 dan 2012 dengan berakhir di fase grup dan babak 16 besar. Pada Olimpiade 2016, dirinya harus absen karena cedera. Kepulangan Kevin ke Guatemala disambut meriah oleh masyarakat Guatemala. Dan untuk pencapaian ini, Kevin berhasil naik 15 peringkat ke peringkat 44 BWF.
 

4/ Medali Emas Pertama untuk Taipei
Tidak hanya bagi Indonesia dan Guatemala. Sejarah di cabang olahraga bulutangkis juga tercipta untuk Cina Taipei. Kali ini datang dari sektor ganda putra yaitu pasangan Lee Yang/Wang Chi Lin. Ganda putra yang menduduki peringkat 3 BWF ini berhasil meraih medali emas pada partai final ganda putra Olimpiade Tokyo 2020 setelah menundukkan ganda kuat Cina yang akrab dipanggil The Twin Tower oleh penggemar bulutangkis di Indonesia, Li Junhui/Liu Yuchen, dengan skor 21-18 dan 21-12.
 
Medali emas ini merupakan yang pertama bagi negara tersebut di sepanjang gelaran Olimpiade. Lee dan Wang juga bermain apik disetiap pertandingannya. Mereka tercatat mengalahkan ganda putra yang duduk di posisi pertama, kedua dan keempat dunia. Ganda putra nomor satu dunia adalah Kevin Sanjaya/Marcus Gideon yang berhasil dikalahkan dalam permainan 3 set, 18-21, 21-15 dan 21-17. Lalu ganda putra nomor dua dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, yang dikalahkan pada partai semifinal dengan 21-11 dan 21-10. Terakhir adalah ganda putra nomor empat dunia asal Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe pada perempat final dengan skor 21-16 dan 21-19. 
 
 
5/ Satu-satunya Medali untuk Malaysia
Datang sebagai pemain non unggulan, ganda putra Malaysia, Aaron Chia/Soh Woo Shik, berhasil melangkah ke partai perempat final, bertemu dengan ganda putra Indonesia Kevin Sanjaya/Marcus Gideon. Aaron dan Soh berhasil melenggang ke partai semifinal setelah menang melawan ganda putra terbaik Indonesia itu. Namun di partai semifinal langkahnya dihentikan oleh Li Liu/Liu Yu Chen dari Cina. Dan pada perebutan medali perunggu, lagi-lagi ganda putra Malaysia ini berhasil menundukkan ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
 
Bagi Aaron dan Soh, perunggu ini menjadi medali pertama mereka di Olimpiade dan menjadi satu-satunya medali yang diraih oleh Malaysia. Selain medali perunggu Olimpiade, pencapaian tertinggi keduanya adalah saat mereka meraih medali emas SEA Games pada tahun 2019 di Filipina. Pasangan ganda putra Malaysia ini sudah berpasangan sejak 2015, namun sempat berpisah sebelum kembali disatukan pada 2017 hingga saat ini. Dengan kemenangan di Olimpiade Tokyo, posisi mereka naik ke peringkat 8 BWF.


 
Hebat@ 10 Sejarah Bulutangkis Tercipta di Olimpiade Tokyo 2020
Dok. Istimewa
 
6/ Kegagalan World Ranking No. 1
Menjadi pebulutangkis yang duduk diposisi nomor satu dunia merupakan kebanggaan tersendiri. Banyak keuntungan yang bisa didapat dengan menduduki posisi nomor wahid tersebut. Salah satunya adalah lolos kualifikasi ke ajang Olimpiade. Namun hal tersebut justru tak jarang membuat para atlet menjadi tertekan dan tidak bisa lepas saat bermain. Posisi nomor satu BWF membuat mereka dibebani tanggung jawab untuk selalu meraih kemenangan.
 
Semua pebulutangkis yang duduk di posisi nomor 1 BWF tidak ada yang berhasil merebut medali emas. Tunggal putra Kento Momota (Jepang) harus kalah dibabak kualifikasi grup, tunggal putri Tai Tzu Ying (Cina Taipei) harus puas dengan medali perak setelah kalah dari Chen Yu Fei (China), ganda putri Yuki Fukushima/Sayaka Hirota harus terhenti di babak perempat final, ganda putra Kevin Sanjaya/Markus Gideon juga harus menyerah di babak perempat final dan ganda campuran Zheng Siwei/Huang Yaqiong harus mengakui kemenangan ganda campuran Cina lainnya Huang Dongping/Wang Yilyu di partai final ganda campuran. 
 
 
7/ Ganda Campuran Jepang Pertama
Baru pada bulan Maret 2021 ganda campuran Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino berhasil merebut gelar di kejuaraan BWF World Tour Super 1000, All England. Pada partai final mereka mengalahkan rekan senegaranya Yuki Kaneko/Misaki Matsutomo dengan skor 21-14 dan 21-13. Berbekal semangat tersebut dan faktor keberuntungan sebagai tuan rumah, pada Olimpiade Tokyo 2020, pasangan yang sudah 10 tahun menjadi ganda campuran ini, berhasil melangkah ke partai semifinal setelah mengalahkan pasangan Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), dengan skor 15-21, 21-16, 21-14 dalam waktu 67 menit. 
 
Keberhasilan ini membuat Yuta/Arisa menjadi ganda campuran Jepang pertama yang lolos ke semifinal Olimpiade, sejak ganda campuran dipertandingkan di Olimpiade Atlanta 1996. Sejarah lain yaitu Yuta Watanabe menjadi atlet putra bulutangkis Jepang pertama yang berhasil mencapai babak semifinal di gelaran Olimpiade. Walau kalah dari pasangan Huang Dongping/Wang Yilyu (Cina) dan belum berhasil mencapai babak final, namun Yuta/Arisa berhasil merebut medali perunggu setelah menang melawan ganda campuran Hong Kong, Tang Chun Man/Tse Ying Suet.
 
 
8/ Satu-satunya Finalis dari Olimpiade Rio 2016
Seperti yang kita ketahui bersama, atlet bulutangkis peraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 adalah ganda putra Fu Haifeng/Zhang Nan (Cina), tunggal putri Carolina Marin (Spanyol), ganda putri Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi, ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia) dan tunggal putra Chen Long (Cina). Dari semua peraih emas tersebut, hanya satu atlet yang berhasil masuk ke final Olimpiade Tokyo 2020. Dia adalah tunggal putra Cina, Chen Long.
 
Chen Long menjadi satu-satunya finalis dari Olimpiade Rio 2016 yang berhasil kembali menjadi finalis di Olimpiade Tokyo 2020. Chen Long berhasil masuk ke babak final setelah mengalahkan tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting. Pada babak final, Chen Long berhadapan dengan Viktor Axelsen (Denmark). Chen Long harus mengakui keunggulan peraih medali perunggu Olimpiade Rio 2016 tersebut dengan skor 21-15 dan 21-12.
 
 
9/ Berlaga untuk Myanmar
Nama pebulutangkis putri asal Myanmar ini menjadi viral saat pertandingannya melawan tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung. Padahal saat melawan Jorji, sapaan akrab Gregoria, Thet Htar Thuzar kalah. Lalu kenapa sosoknya menjadi viral? Paras cantiknyalah yang menjadi penyebab dirinya ramai diperbincangkan di media sosial. Thet menjadi pebulutangkis pertama dari Myanmar yang bertanding di Olimpiade. "Saya merasa sangat bangga menjadi pebulu tangkis pertama Myanmar di Olimpiade. Ini adalah pengalaman hebat bagi saya," kata Thet Htar usai duel melawan Gregoria, dikutip dari laman resmi BWF.
 
Dukunganpun mengalir deras kepada Thet. Ini terlihat dari banyaknya komentar yang diberikan diakun instagram pribadinya,
@_thethtarthuzar_ Thet sendiri harus menghadapi pro dan kontra yang terjadi di negaranya sehubungan dengan keikutsertaannya pada ajang Olimpiade Tokyo 2020. Namun tekad Thet sudah bulat dan akhirnya dia berangkat ke Tokyo walau belum berhasil lolos dari kualifikasi grup. "See you in Paris 2024 with better achievement" begitu salah satu komentar dari masyarakat Indonesia yang mendukung Thet.
 
 
10/ Wasit dari Indonesia
Selain atlet dan pelatih, faktor penting lainnya yang tidak boleh terlewatkan dalam cabang olahraga bulutangkis adalah wasit. Peran wasit sangat penting dalam setiap pertandingan. Wasit juga diharapkan dapat bersikap adil dan bijaksana jika ada protes-protes yang disampaikan oleh atlet salah pertandingan berlangsung. Indonesia patut berbangga memiliki wasit yang memimpin pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020.
 
Dia adalah Wahyana, wasit badminton asal Gunungkidul. Wahyana menjadi satu-satunya wasit asal Indonesia yang memimpin pertandingan final tunggal putri antara Chen Yu Fei (Cina) dan Tai Tzu Ting (Cina Taipei). Selain berstatus BWF Umpire Certificated, Wahyana juga asesor wasit internasional yang ditunjuk BAC [Federasi Badminton Asia]. Dia juga wasit PBSI sekaligus Kasubid Perwasitan yang dasarnya adalah seorang guru SMP di Sleman, Yogyakarta.
 
 
Baca juga:
Kemenangan Greysia Polii/Apriyani Gemakan Indonesia Raya Pertama di Tokyo
5 Cabang Olahraga Baru di Olimpiade Tokyo 2020
7 Atlet Tampan Olimpiade Tokyo 2020

Bennita Luisa


Topic

#OlimpiadeTokyo2020, #SejarahBulutangkis

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?