Food Trend
Omakase Dinner dari Chef Kenjiro Hashida Mahal tapi Terjual Cepat. Ini Profilnya!

30 Mar 2018


Foto: Tria Nuragustina.

Sajian omakase dari restoran Hashida Sushi, Singapura, hadir di Jakarta selama 10 hari. Sesi makan siang dari tangan chef Kenjiro Hashida ini dijual seharga Rp4.000.000, sementara makan malamnya dijual seharga Rp4.500.000.
 
Dalam gaya santap omakase, menu yang hadir bisa berbeda, tanpa kehadiran sebuah buku menu. Di dunia kuliner, omakase menjadi wilayah sushi chef kawakan. Chef harus mampu beradaptasi dengan bahan sesuai musim dan menyajikannya tanpa dibatasi ketetapan menu yang monoton.
 
Sebelum hari pertama beroperasi, nyaris semua kursi makan malam terjual tanpa diiringi gembar-gembor iklan. Pengumumannya menyebar melalui situs www.evolutionexp.com (milik Hashida Project Evolution) dan kalangan tertentu. Di Jakarta, ia menggandeng Kula, sebuah bisnis jasa event planner di Jakarta yang bergerak di bidang life style activity skala ekslusif.
 
Pria dengan sebutan beken chef Hatch ini merancang kedatangannya sebagai bagian dari Hashida Project Evolution, konsep dimana restoran Hashida Sushi bertemu penggemar di berbagai belahan dunia melalui pop up dining di dalam sebuah portacamp. Padahal, restorannya di Mandarin Gallery di bilangan Orchard Road selalu sibuk dan terisi oleh kalangan high clientele.

Baca juga
Seharga 4 Juta, Pop Up Dining dari Chef Hashida Justru Laris!
 
Hatch adalah alumnus L’Ecole Tsuji Tokyo, sekolah memasak bergengsi setempat. Di Jakarta, tak banyak yang mengetahui eksistensi dirinya kecuali para restaurateur dan kalangan penikmat hidangan fine dining.
 
“Hatch adalah panggilan keluarga untuk saya sejak saya berumur 12 tahun,” ungkap chef Hatch.
 
Sejumlah penghargaan di tangan chef muda ini diraih lewat keberaniannya menggunakan teknik pengembangan sendiri dalam mengolah sushi. Tanpa menghilangkan nilai sushi sebagai makanan yang terbaik karena kemurnian bahannya, Hatch mempertemukannya dengan bahan-bahan lokal agar lebih tercipta horison rasa yang lebar.
 
Di umur 14 tahun, ia telah membantu sang ayah, Master Sushi Chef, Tokio Hashida, menjalankan restoran Hashida Sushi. Letaknya di Kachidoki, Tokyo, hanya sejengkal dari Pasar Ikan Tsukiji. Restoran ini membuka pintunya pada tahun 1966, dengan tampilan rustic dan rumahan.  
 
Pekerjaan pertama Hatch adalah mengelap meja makan tamu. Tiap pagi, ia berbelanja bahan mentah di Pasar Ikan Tsukiji. Dari hal-hal ini ia merasakan indahnya dunia memasak dan melayani tamu.
 
“Ayah saya sudah pensiun sekarang,” ujarnya.

Memberanikan diri, Hatch membawa nama besar restoran ayahnya ke luar Jepang. Ia memulainya di Singapura juga karena banyak tamu Singapura yang menantangnya untuk berekspansi.  

Kala tidak mengenakan chef’s uniform, Hatch tampil dalam nyentrik. Ia selalu tertarik dengan dunia mode. Ketika berusia dua puluhan, ia memulai merek Girluza yang menjual t-shirt, tas dan celana dalam motif yang cukup quirky. Ia belajar menjahit dan merajut dari ibunya. (f)

 
Baca juga: 
Mencari Hidangan Sehat Organik di Lembang? Temui di The Bale Restaurant, Mulberry Hill
Brunch Sambil Membuat Kue Bisa Anda Lakukan di Sini

Trifitria Nuragustina


Topic

#hashidasushi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?