Food Trend
Seharga 4 Juta, Pop Up Dining dari Chef Hashida Justru Laris!

30 Mar 2018

Bayangkan duduk menanti dimanjakan oleh salah satu sushi chef terbaik di Asia. Dua jam dalam santapan gaya omakase, di mana bahan terbaik sesuai musim diolah melalui tangan perfeksionis. Orkestra rasa mengayuh selera kita dari titik teringan hingga ke puncak.
 
Ini yang terjadi kala chef Kenjiro Hashida dari restoran Hashida yang terletak di Mandarin Gallery, Singapura, berada hanya 10 hari di Jakarta.

Pria dengan sebutan beken chef Hatch ini merancang kedatangannya sebagai bagian dari Hashida Project Evolution, konsep dimana restoran Hashida Sushi bertemu penggemar di berbagai belahan dunia melalui pop up dining di dalam sebuah portacamp.

“Hatch adalah panggilan keluarga untuk saya sejak saya berumur 12 tahun,” ungkap chef Hatch.
 
Di Lot.16, SCBD, Jakarta, ditempatkan sejumlah portacamp yang berfungsi sebagai ruang pop up Hashida Sushi, bar publik, dan kitchen untuk casual food dari vendor berbeda untuk publik yang berlalu lalang. Satu portacamp juga berfungsi sebagai butik tas Ethan K. Ethan K adalah merek tas buatan Inggris yang memiliki deretan klien papan atas, termasuk Ratu Elizabeth, Jennifer Lopez, dan Liz Hurley.
 
“Identitas tas Ethan K yang penuh warna sejalan dengan pemikiran kontemporer chef Hatch,” ujar desainer Ethan Koh, ditemui selepas santapan omakase.
 
Menggunakan hanya seafood dan bahan pendukung dari Jepang, satu sesi omakase dijual seharga Rp4.000.000 juta untuk makan siang daan Rp4.500.000 untuk makan malam. Khusus makan malam, hadir hokkaido crab. Total bahan memasak yang dibawanya adalah 300 kg. Hatch bekerjasama dengan Kula, sebuah bisnis jasa event planner baru di Jakarta yang bergerak di bidang life style activity skala ekslusif.

Seberapa hebatnya chef Hashida? Baca profilnya di sini
 
Sebelum hari pertama beroperasi, nyaris semua kursi makan malam terjual walau tidak diiringi gembar-gembor iklan. Pengumumannya menyebar melalui situs www.evolutionexp.com (milik Hashida Project Evolution) dan kalangan tertentu.
 
Atas undangan The Editors’ Club, femina hadir di hari pertama Hashida Project Evolution. Portacamp-nya dikelilingi taman zen. Bagian dalam portacamp yang mungil menciptakan suasan intimate antar chef dan tamu.
 
Chef Hatch lebih banyak berbicara dan punya kepribadian relaks jika mau dibandingkan dengan kebanyakan sushi chef kelas senior. Ia bahkan menyarankan femina untuk banyak bertanya selama omakase berlangsung. Sesekali, ia menyelipkan canda dalam bahasa Inggrisnya yang fasih. Ke Jakarta, ia membawa serta asistennya, chef Yuji Sato.
 
Disajikan abalone dan sea urchin perairan Hokkaido yang dihiasi japanese maple leaves. Gaya penyajian four seasons of Japan...
 
Hadir pula cuttle fish, flounder, yellow jack, dan hamaguri. Hamaguri adalah kerang yang populer disajikan di musim semi. Teksturnya lembut, kenyal, dengan rasa umami dari cairan alami. Mi dibuat sendiri dari daging ikan cod dan sea bream. “98% daging ikan. Sisanya adalah tepung terigu sebagai perekat,” ujar chef Hatch.
 
Ia senang membuat saus marinasi tersendiri, berbeda dengan saus-saus klasik. Ia senang melakukan gaya yang tidak serupa dengan cara ayahnya, sushi chef senior Tokio Hashida, bekerja, hanya karena ia telah mengembangkan taste palate tersendiri. Namun, ia tidak lari jauh-jauh dari identitas makanan Jepang yang murni dan minimalis.
 
Disajikan pula monk fish liver selembut beledu. “Istilahnya fish ‘foie gras’. Liver ini dikukus dengan sake lalu dimakan bersama ponzu sauce,” ujar Hatch. Ia mengolahnya menggunakan sumpit dapur yang telah digunakannya selama enam tahun. “Pegangannya enak. materialnya mantap,” sambungnya, sambil menunjukkan sumpit kesayangan.
 
Ada pula potongan chutoro, octopus, dan golden eye snapper (kinmedai). Ia mengirisnya secara saksama, penuh passion. Setiapnya harus langsung dimakan tamu tanpa ditunggu-tunggu terlalu lama, sebagai penanda masuknya sajian berikutnya.
 
Area Lot.16 yang bermandikan langit bebas menunjukkan keindahannya kala malam. Kula menyemarakkanya dengan menghadirkan DJ berbeda setiap malam selama 10 hari. Publik yang tidak datang untuk omakase bisa membeli casual food dan duduk-duduk di area bersantai. Di area outdoor seperti ini, terasa suasana langka Jakarta yang tidak terkungkung gedung. (f)

Baca juga:
Makin Populer Sebagai Makanan Sehat, Ini Beda Greek Yogurt Dengan Yogurt Biasa
5 Pilihan Bersantap Sambil Merayakan Paskah

Trifitria Nuragustina


Topic

#hashidasushi, #chefhatch, #hashidaprojectevolution, #kulajakarta, #ethankoh, #omakase, #experienceityourself

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?