Health & Diet
Vaksin untuk Melawan Infeksi Virus Dengue Telah Ditemukan

19 Dec 2016


Foto: Fotosearch
 

Infeksi dengue bukanlah kasus ‘anak kemarin sore’. Infeksi yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang tertular virus dengue ini, hingga kini masih menghantui kesehatan masyarakat di negara-negara yang letaknya berada di dekat garis khatulistiwa.

Menurut penelitian Kay Marie Tomashek, MD MPH, DTM dan Harold S. Margolis dari Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat, insiden DBD di negara-negara khatulistiwa, termasuk Indonesia, meningkat 30 kali lipat selama 50 tahun terakhir.  

Inovasi Vaksin
Di tengah berita-berita tentang peningkatan jumlah penderita infeksi virus dengue, sebuah kabar baik muncul menjelang akhir tahun 2016. Penelitian terhadap vaksin dengue yang dilakukan di 15 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dan melibatkan 30.000 peserta telah menunjukkan hasil. Sebuah vaksin untuk melawan infeksi virus dengue ditemukan setelah penelitian selama kurang lebih 20 tahun.

Diproduksi oleh perusahaan farmasi multinasional Sanofi Pasteur. Menurut Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S Hadinegoro, Sp.A(K), , lewat penelitian ini, vaksin dengue terbukti mampu menurunkan angka infeksi virus dengue dengan gejala hingga 65,5 persen; jumlah pasien infeksi virus dengue yang dirawat di rumah sakit hingga 80,8 persen; dan kejadian infeksi virus dengue berat hingga 92 persen. Penurunan itu terjadi dalam 25 bulan.

Meski saat peluncuran resminya pada Oktober 2016, penelitian vaksin dengue ini belum dinyatakan selesai. Prof. Sri menekankan bahwa penelitian untuk mengetahui tingkat efikasi atau kemanjuran vaksin tersebut sudah dijalankan sejak tahun 2011. Penelitian efikasi itu dilakukan di negara-negara di Asia Pasifik, seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina pada anak dan remaja, usia 2-14 tahun. Sementara, di Amerika Latin, seperti di Puerto Rico, Honduras, Kolombia dan Brasil, penelitian ini dilakukan pada anak dan remaja usia 9-18 tahun.

Di Indonesia, penelitian efikasi diujicobakan pada 1.800 anak usia sekolah yang tersebar di Jakarta, Bandung, dan Denpasar. “Penelitian efikasi akan selesai pada September 2017 dan dilakukan selama 5 tahun. Memang belum selesai, tapi hasilnya sudah bisa dilihat dalam 2 tahun,” jelas Prof. Sri, saat acara peluncuran vaksin dengue di Jakarta pada Oktober lalu.

Vaksin dengue saat ini ditujukan untuk anak dan remaja berusia 9-16 tahun untuk melindungi mereka dari empat serotipe virus. Menurut Prof. Sri, penelitan pada kelompok ini hasilnya konsisten. Vaksin akan diberikan dalam ukuran tiga dosis dengan jarak  tiap 6 bulan. “Vaksin ini memang belum bisa melindungi seratus persen, tapi kalau bisa melindungi dua pertiga penderita, tentu akan bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Prof. Sri.

Seperti vaksin-vaksin lain, vaksin dengue juga memiliki efek samping setelah pemberian. Namun, efeknya tidak tergolong berat, seperti nyeri di lokasi suntik, bengkak, ruam kemerahan, demam, sakit kepala, dan nyeri otot. Efek samping tersebut tentu termasuk ringan, jika seseorang kemudian dapat menurunkan risikonya terinfeksi virus dengue yang bisa berdampak kematian. Diharapkan dalam waktu dekat vaksin dengue dapat lebih didistribusikan  ke masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau.(f)


Baca juga:
 


Topic

#demamberdarah, #vaksin, #imunisasi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?