Health & Diet
Belajar Dari Kasus Kate Spade Bunuh Diri, Stigma Pada Gangguan Kesehatan Jiwa Harus Dipupus

6 Jun 2018

 

Foto: AP via Southern Living

Berduka, namun kepergian Kate Spade dengan cara bunuh diri rupanya sudah diduga oleh saudara perempuannya Reta Saffo. Telah bertahun-tahun Kate yang memiliki nama asli Katherine Brosnahan itu mengalami gangguan bipolar atau sering disebut manik depresi. Kate juga terobsesi dengan kematian aktor Robin Williams pada tahun 2014.

Bipolar ditandai dengan perubahan mood yang sangat ekstrem, yaitu berupa depresi dan manik. Jadi depresi bisa juga merupakan bagian dari gejala gangguan bipolar.

Pada penderita bipolar, ia akan mengalami suasana hati yang dapat bergantian dalam dua kutub yang berlawanan, yaitu bisa sewaktu-waktu sangat bahagia (manik) atau sedih (depresi) yang ekstrem. Gangguan ini disebabkan karena ketidakseimbangan hormon di otak. 

Dalam kondisi yang manik, muncul mood senang yang berlebihan, perilakunya sangat aktif, dan memiliki ide-ide yang cemerlang, cepat, dan hebat. Karena energinya yang berlimpah, terjadi gangguan tidur. Manik juga bisa keluar dalam bentuk marah-marah.

Dalam kondisi manik, biasanya seseorang tidak lagi memikirkan tentang risiko yang mungkin dihadapinya. Setelah kembali normal, sewaktu-waktu bisa saja muncul kembali episode manik atau depresi.

Keluarganya tak tinggal diam, suaminya, Andy Spade telah berkali-kali membujuk Kate untuk menjalani perawatan medis. Namun, usaha itu berkali-kali gagal karena Kate takut kondisinya itu akan memengaruhi bisnisnya. 

Menurut penelitian yang dilansir dalam Association for Psychological Science Journal, stigma terhadap orang dengan gangguan kesehatan jiwa memang menjadi salah satu faktor yang menghambat seseorang untuk mencari bantuan medis. 

Orang awam masih sering menganggap orang dengan gangguan kesehatan jiwa sebagai individu yang berbahaya, tidak bisa dikendalikan, memiliki kesalahan sehingga mengalami sakit, tidak kompeten, dan tidak bisa disembuhkan. Semua itu mendorong terjadinya diskriminasi seperti pengucilan dalam masyarakat serta kehilangan kesempatan untuk bekerja dan menjalani pendidikan.

Stigma itu pada akhirnya memengaruhi pasien, membuat mereka percaya kalau mereka memang berbahaya dan tidak kompeten, merasa percuma berobat karena tidak mungkin sembuh. Ini mendorong rasa tidak percaya diri, mengingkari penyakit, dan enggan mencari pertolongan medis.

Untuk mendorong keluarga dan pasien yang mengalami gangguan kesehatan jiwa, stigma harus dienyahkan. Edukasi dan pemahaman yang tepat tentang kesehatan jiwa adalah jalan untuk menghapus stigma. (f)

Baca Juga: 
Bunuh Diri Bisa Dicegah Dengan Cara Ini
Heboh Pria Bunuh Diri Live di Facebook, Ini yang Harus Anda Lakukan Jika Menemukan Kasus Serupa
Dorongan Untuk Sempurna Memicu Depresi Pada Remaja
Penjelasan Psikologis Tentang Fenomena Bunuh Diri

 


Topic

#katespade, #bunuhdiri, #kesehatanjiwa, #stres, #depresi

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?