Gadget
Robot dengan Kecerdasan Buatan Siap Menggantikan Para Pekerja, Siapkah Anda?

17 Nov 2017


Foto: 123RF

Seperti dua sisi koin, selain memberikan manfaat, juga terselip kekhawatiran bahwa kedudukan manusia bisa tergantikan oleh AI, yang disebut-sebut kelak akan memiliki kecerdasan melebihi manusia. Pertanyaannya: ini ancaman atau justru peluang untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik?

Pernah mencoba bantuan SIRI atau OK Google pada ponsel pintar untuk mencari ATM terdekat, pom bensin yang searah jalan menuju kantor, atau bertanya siapa nama penyanyi untuk lagu yang kita tak tahu judulnya? Hanya dengan mengandalkan perintah suara dan bertanya pada aplikasi, semua pertanyaan kita akan terjawab.

Jika Anda pernah mencobanya, maka selamat datang di era ketika teknologi kecerdasan buatan (AI) sudah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Mungkin, meski sudah menggunakannya tiap hari, masih ada yang belum ngeh apa itu AI. Yang kita tahu, teknologi telah banyak membantu kegiatan sehari-hari, tanpa tahu bahwa AI sudah berada di sekeliling kita.

Dalam buku Technology VS Humanity, pakar teknologi masa depan Gerd Leonhard menjelaskan bahwa AI adalah sebuah sistem komputer yang mampu melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan dan bereaksi seperti manusia. Salah satunya persepsi visual, pengenalan suara, pengambilan keputusan, dan terjemahan antarbahasa.

Kecerdasan buatan pun saat ini telah diaplikasikan di banyak hal. Mulai dari chatbot yang bisa menjawab berbagai pertanyaan (SIRI, OK Google, dll), ramalan cuaca yang akurat, hingga alat untuk memprediksi rasa sakit.

Tujuan penggunaan AI tentu sebagai alat untuk membantu manusia dalam melakukan berbagai macam hal. Agar tugas berjalan lebih efisien dan efektif, baik di bidang industri, kesehatan, maupun transportasi. Kelak, di masa depan, pengaplikasiannya akan jadi tak terbatas.

Contohnya Tesla, mobil tanpa pengemudi dengan kecerdasan yang dibuat oleh pakar teknologi Elon Musk, yang saat ini sedang hangat diperbincangkan. Diprediksi kendaraan jenis ini akan banyak digunakan dalam 5-10 tahun mendatang.
Penggunaan teknologi ini diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan kecelakaan di jalanan yang disebabkan oleh
human error. Diperkirakan, kendaraan jenis ini akan banyak diminati wanita, yang kerap dinilai bukan pengemudi andal, sehingga dengan mengendarainya akan membuat lebih aman.

Kemajuan AI juga sudah merambah dunia kesehatan. Saat berkesempatan mengunjungi kantor pusat perusahaan farmasi Novartis untuk kawasan Asia di Shanghai, Cina, tahun lalu, femina menyaksikan bagaimana pengembangan AI sangat bermanfaat dalam menemukan formula obat kanker dengan lebih cepat.

Diakui oleh Novartis, dengan cara konvensional, melalui tenaga manusia, untuk mencocokkan formula-formula baru obat
yang berjumlah sangat banyak, dibutuhkan waktu penelitian belasan atau bahkan hingga puluhan tahun. Dengan robot, bisa dikerjakan dengan sangat akurat, dapat memangkas waktu penelitian menjadi lebih cepat.

Pengaruh baiknya, akan ada terobosan baru di masyarakat untuk bisa sembuh dari penyakit yang sebelumnya tak pernah ada obatnya. Menurut pendiri Merah Cipta Media, grup perusahaan berbasis internet dan advertising, Antonny Liem, konsep kecerdasan buatan sebenarnya bukanlah konsep baru. Bahkan, angan-angan menciptakan AI sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

“Kalau dulu AI adalah proyek yang terbatas pada hal yang bersifat otomatisasi, sekarang aplikasinya menjadi lebih dekat ke kecerdasan atau brain,” tutur Antonny. Maka, jika sebelumnya banyak transformasi teknologi pada industri manufaktur dengan penggunaan mesin-mesin untuk mengerjakan pekerjaan yang sifatnya repetitif dan otomatis di pabrik-pabrik, kini pengaplikasiannya lebih luas.

Pakar teknologi dari Oxford’s Future of Humanity Institute, Katja Grace, mengumpulkan tanggapan dari 352 akademisi
dan pakar industri dalam pembelajaran mesin. Dalam temuannya, disimpulkan bahwa dalam 10 tahun ke depan, AI akan lebih baik dari manusia dalam melipat baju hasil cucian (2022), menerjemahkan bahasa (2024), menulis esai tingkat SMA (2026), bertransaksi retail (2031), menulis buku (2049), hingga melakukan operasi medis (2053).

Secara keseluruhan, AI akan lebih baik dalam mengerjakan sejumlah tugas bila dibandingkan manusia pada hampir semua hal dalam waktu sekitar 45 tahun lagi. (f)

Baca juga:
Ini Inovasi Google Untuk Memaksimalkan Internet Bagi Orang Indonesia, Mulai dari YouTube Go Hingga Primer (Aplikasi Bagi Pebisnis)
4 Cara Mengurangi Ketergantungan Pada Smartphone
Facebook Gunakan Artificial Intelligence untuk Menangkal Iklan-Iklan Palsu
 


Topic

#artificialintelligence

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?