Family
Yang Harus diajarkan Orang Tua ke Anak di Era Digital

25 Nov 2018

Foto: Reynette Fausto
 
Bisa dimaklumi menjadi orang tua di era disrupsi digital ini tidaklah mudah. Serangan informasi tak terbendung di satu sisi bisa positif, tapi juga bisa jadi ancaman yang harus diwaspadai. Tanpa sadar, dunia yang semakin terbuka justru menciptakan keterasingan di antara anak-anak ini.

Dalam salah satu kelas Indonesian Women's Forum bertajuk Parenting 4.0 yang difasilitasi oleh Femina Group,  Ketua Perhimpunan Dokter Jiwa DKI Jakarta dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ atau sering disapa dr. Noriyu memaparkan beberapa masalah yang dihadapi anak-anak yang besar di era digital ini, antara lain penggunaan gadget berlebih, masalah depresi, hingga penguasaan emosi.

“Banyak remaja bermasalah yang bermuara pada risiko tindak bunuh diri, jika orang tua tidak cermat mengamati perilakunya,” ujar dr. Noriyu, SpKJ, mengingatkan. Selain itu ia memaparkan, Riset Kemenkes (2015) membuka fakta lebih banyak pelajar wanita lebih banyak yang ingin bunuh diri (6,5%) daripada pelajar pria (4,5%). Namun, angka bunuh diri pada pelajar pria justru yang lebih tinggi.

“Ini menandakan bahwa remaja putri lebih mudah galau, tertekan, dan depresi, tetapi yang berani mengambil tindakan aktual justru remaja pria,” kata dr. Noriyu.

Tak bisa ditawar lagi, jika ingin anak selamat, maka orang tua harus cermat mengamati perilaku anak. “Selain itu, kunci yang harus dipegang orang tua adalah biasakan untuk menyiapkan anak dengan risiko kemungkinan terburuk yang bisa dihadapinya. Sehingga mental anak siap untuk menghadapi kegagalan,” saran dr. Noriyu.

Anak-anak juga butuh merasa dibutuhkan, menjadi bagian dari sebuah kelompok atau keluarga. “Banyak sekali anak-anak yang akhirnya terkena paham radikal karena mereka putus asa, merasa tidak memiliki apa-apa. Tidak memiliki masa depan, keluarga yang menerima, grup pertemanan, dan sebagainya,” kata dr Noriyu menambahkan.  

Hidup dalam dunia digital, anak-anak juga perlu mengembangkan beberapa keterampilan yang harus diajarkan orang tua dan sekolah. Beberapa nilai penting tersebut yaitu kritis, punya kemampuan problem solving, bisa mengambil keputusan yang terangkum dalam sikap kemandirian.

“Jadi, kemandirianlah adalah fondasi utamanya,” ungkap dr. Noriyu.

Untuk itu, psikolog anak dan keluarga Vera Itabiliana memberi kiat sederhana namun ampuh dalam membesarkan anak-anak dari generasi Z dan Alpha di tengah kehidupan yang serba digital. "Berikan pujian-pujian untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak. Karena anak-anak yang merasa punya konsep diri positif akan bisa mengatasi diri mereka dari perasaan-perasaan frustasi dan depresi. Mental mereka lebih kuat,” ujar Vera.

Ketika anak menghadapi masalah, orang tua juga sebaiknya bisa menempatkan diri menjadi teman diskusi.

“Berikan mereka kesempatan untuk menentukan pilihan dalam mengatasi masalahnya. Orang tua cukup memberikan masukan atas pilihan-pilihan dan konsekuensi dari pilihan tersebut,” saran Vera. Dengan cara ini maka tercipta kemandirian anak dalam menghadapi masalahnya. (f) 

Baca Juga: 

Dua Kunci Sukses Menjalankan Bisnis Jasa
Pentingnya Entrepreneur Mengubah Pola Pikir Dari Offline Ke Online
Saat Anggun, Najwa Shihab, Silvia Halim, dan Devi Asmarani Bilang #SiapaBilangGakBisa
 


Topic

#parenting, #masterclass, #iwf2018, #indonesianwomensforum18

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?