Family
Pendidikan Gender Sama Pentingnya dengan Pendidikan Agama dalam Keluarga!

26 Jul 2016


Foto: Stocksnap.io

Menjadi orang tua merupakan tanggung jawab yang berat. Berbeda dengan profesi lain, tidak ada sekolah formal untuk menjadi orang tua. Seseorang belajar membesarkan anak dengan menjalaninya. Setiap hari, selalu ada pelajaran baru bagi orang tua. Apalagi, di era media sosial seperti saat ini, anak-anak dengan mudah terpapar banyak hal baru, dari yang baik hingga yang buruk, seperti kekerasan hingga pornografi.

Berbagai kasus setiap hari muncul di media sosial seperti pernikahan selebritas yang dituding sebagai pernikahan sejenis karena penampilan pasangan yang seolah tertukar, atau rasisme terhadap suku lain seperti yang terjadi pada kasus warga Papua beberapa waktu lalu, hingga kasus kekerasan seksual yang kian muncul ke permukaan sejak kasus YY di Bengkulu.

Tidak semua anak mampu menyaring berita yang mereka terima. Sedangkan arus informasi yang mengalir sangat deras. Kerap kita temui, anak-anak (juga orang dewasa) yang berkomentar dengan kasar dan mencaci maki di media sosial pada temannya atau selebritas, bahkan menjadi haters yang sangat jahat dan menyebarkan keburukan orang lain. Mereka seperti histeris saat menyaksikan masalah atau sekadar peristiwa biasa dalam kehidupan pribadi orang lain dan tak tahan untuk berkomentar pedas. Bagaimana membentuk perilaku anak yang toleran dan penuh kasih sayang terhadap sesamanya?

Hal paling praktis yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah memulai pendidikan gender dalam keluarga. Mengapa itu penting? Menurut Gadis Arivia, aktivis gender dan pendiri Jurnal Perempuan, sejatinya, pendidikan gender tidak terpisah dari pendidikan agama karena ayat-ayat suci juga banyak memuat tentang keluarga. Hanya saja, banyak interpretasi ayat-ayat suci yang keliru tentang relasi antara suami-istri dan relasi antara keluarga.

Gadis menekankan bagi para orang tua, pendidikan gender merupakan pelajaran pertama dan utama dalam mendidik anak. “Dalam pendidikan gender juga terkandung nilai-nilai toleransi, misalnya bagaimana kita mendidik anak untuk toleran terhadap temannya yang berbeda, baik dalam warna kulit, fisik, maupun agama. Ada juga nilai-nilai demokrasi, tentang keterbukaan dan musyawarah. Misalnya, bagaimana suatu keluarga mengambil keputusan bersama, tidak hanya ditentukan oleh satu orang seperti ayah saja dan harus diberlakukan di dalam keluarga itu. Sebuah keputusan harus mendapatkan masukan dari anak, dan dari ibu.”

Orang tua merupakan teladan pertama anak. Setiap akan melakukan sesuatu, hendaknya orang tua berpikir ulang, Apa efeknya jika anak saya melihat sikap dan mendengar ucapan ini? “Kadang, tanpa sadar, seseorang menyebarkan kebencian lewat posting di akun media sosial atau dalam sikapnya sehari-hari. Kita lupa, ada anak-anak yang melihat dan bisa menirunya,” pesan Gadis. (f)


Topic

#PendidikanGender

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?