Trending Topic
Warga Jakarta Membuang Waktu 22 Hari Karena Macet

2 Nov 2017


Foto: Pexels


Jalanan Jakarta memang tak bisa diprediksi. Bahkan, bisa dikatakan kemacetan Jakarta adalah salah satu yang terburuk di seantero Asia Pasifik.

Bagaimana tidak? Jika rata-rata orang di Asia Pasifik terjebak macet selama 52 menit dan menghabiskan waktu 26 menit untuk mencari lahan parkir setiap hari, warga Jabodetabek yang beraktivitas di Jakarta harus membuang waktu 68 menit untuk kemacetan dan 30 menit untuk parkir. Ini setara dengan membuang-buang waktu 22 hari per tahun untuk kemacetan dan parkir. 

Dampaknya, 74% pengguna kendaraan di Jakarta harus melewatkan atau sangat terlambat menghadiri acara penting, seperti acara pernikahan, kontrol kesehatan dengan dokter, wawancara kerja, kedukaan dan konser musik.

"Jika situasi kemacetan dan parkir di Asia berlanjut seperti ini, kota-kota seperti Jakarta akan ada risiko terjadi macet total hanya dalam beberapa tahun ke depan," papar John Colombo, Head of Public Policy and Government Affairs, Uber Indonesia seraya merilis hasil penelitian yang dilakukan Uber dan Boston Consulting Group (BCG) tentang kemacetan dalam #UnlockingCities, Rabu (1/11) lalu di Jakarta.

Dengan tingkat pertumbuhan jumlah kendaraan seperti saat ini, kemacetan akan menjadi tidak teratasi dan kota-kota seperti Jakarta bisa macet total pada tahun 2022. Parahnya, kemacetan tak hanya membuang waktu warga pengguna kendaraan, ternyata juga menghasilkan 22 juta metrik ton CO2 per tahun yang berdampak pada lingkungan.

Baca Juga :
Karena Jalanan Jakarta Macet, Millennial Ogah Beli Mobil

Selain karena tingginya penggunaan kendaraan pribadi di jalanan, minimnya minat masyarakat ibukota untuk menggunakan transportasi publik membuat macet semakin parah. “Dengan jumlah penduduk yang sangat besar yang beraktivitas di pusat kota, hanya 24% di antaranya yang menggunakan sarana transportasi publik,” tutur John mengingatkan merefleksikan kecilnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan transportasi publik.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kita tidak lagi menggunakan mobil secara efisien. Kendati demikian, menurut BCG, skema ridesharing (berbagi tumpangan) dapat menjadi solusi alternatif. Pasalnya, dengan memomulerkan ridesharing dapat membantu membatasi pertumbuhan jumlah kendaraan, membantu pemerintah mengoptimalisasi waktu investasi untuk infrastruktur dan menawarkan tambahan penghasilan yang fleksibel.

"Bahkan ridesharing dapat berfungsi sebagai pelengkap angkutan umum. Sekitar 40% penggunaan ridesharing di beberapa kota di Amerika Serikat, meningkatkan penggunaan angkutan umum," papar Mariam Jaafar, Partner & Managing Director BCG, yang optimis bahwa skema berbagi tumpangan dapat menjadi solusi alternatif kemacetan.

Dan inilah jadinya jika kita membiarkan kemacetan terus terjadi. Yakin mau Jakarta menjadi seperti ini? (f)


Baca Juga :
Kalkuta Dinobatkan Sebagai Kota Terburuk di Dunia untuk Mengemudi, Jakarta Berada di Urutan 15 Besar 
Pembangunan MRT Jakarta Fase 1 Sudah Capai 76,5 Persen
8 Cara Aman dan Nyaman Menggunakan Transportasi Umum Online 

 



Topic

#kemacetan, #jakarta

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?