Travel
Bertamu Ke Rumah Samurai di Kanazawa, Jepang

8 Mar 2018

 
 
 

Rumah-rumah berpagar dan pintu gerbang kokoh menjadi salah satu ciri rumah samurai di masa lampau.
Foto: Yos
 

Penggemar sejarah dan budaya Jepang tentu paham akan peran besar kelompok pengenggam filosofi jalan pedang, yaitu kaum Samurai. Mereka adalah para petarung terlatih yang mengabdi kepada para daimyo (kaum tuan tanah feodal) yang berkuasa bak raja-raja kecil di berbagai wilayah Jepang, sebelum akhirnya sistem feodal runtuh oleh restorasi Meiji pada tahun 1867.
 
Untuk merasakan spirit para samurai secara langsung –setelah banyak menonton film-film dan membaca novel tentang samurai - saat berada di Kanazawa, ibukota Provinsi Ishikawa yang termasuk dalam distrik Chubu, saya berkunjung ke Naga-machi. Inilah perkampungan yang dulu ditinggali para samurai yang mengabdi pada feodal setempat, Maeda Toshii, yang berhasil merebut Benteng Kanazawa pada tahun 1583.
 
Lord Toshii-lah yang meletakkan pondasi kekuasaan klannya – Klan Kaga- selama 3 abad kemudian. Klan Kaga adalah keluarga kaya, dengan penghasilan 5 juta bushel atau satu juta koku (sebagai gambaran, 1 koku bisa menghidupi satu orang dalam setahun) padi per tahun. Pada masa itu, Lord Toshii menghadiahi seorang samurai dengan level tertinggi yang mengabdi kepadanya, yaitu Nomura Denbei Nobusada, 1000 koku padi. Samurai Nomura juga dihadiahi tanah seluas 3.305 meter persegi, yang menjadi tempat tinggal keluarga dan para samurai bawahan Tuan Nomura.
 
Setelah era feodal ambruk, kampung-kampung samurai pun dihancurkan dan dijadikan kebun-kebun pertanian, dan banyak pula yang dijual untuk peruntukan lain. Namun, di Naga-machi yang dulu berada di ‘kaki’ Benteng Kanazawa menjadi kawasan tempat tinggal samurai Nomura yang hingga kini masih bertahan, meski rumah-rumah di perkampungan ini tak lagi milik keluarga samurai karena sudah berganti kepemilikan.

Kanal, dulu dipakai untuk mengangkut barang-barang kebutuhan.
Foto: Yos
 
Saya sampai ke jalan masuk Naga-machi tepat pukul 9 pagi, di awal musim dingin lalu. Matahari pagi cukup terik sehingga cukup menghalau suhu yang menggigilkan tubuh saya. Naga-machi masih mempertahankan pola lama perkampungan samurai, di antaranya adalah adanya pintu gerbang di setiap rumah, dinding tinggi yang mengelilingi, jalanan yang sempit dan kanal-kanal. Menurut pemandu, kanal -yang kini airnya tidak dalam ini- dulu dijadikan tranportasi berbagai macam barang.   
 
 

Inilah ruang tamu, dengan sliding door berlukis dan posisi duduk sang samurai yang lebih tinggi.
Di belakang tampak taman Jepun yang indah.
Foto: Yos
 
Satu-satunya rumah samurai yang bisa kita datangi bebas tentu saja rumah samurai Nomura yang kini menjadi museum. Setelah melalui pintu kayu, sampailah saya di ruang tamu, ruangan seluas sekitar 3x3 meter yang dialasi tikar tatami halus warna krem. Sekitar setengah dari ruangan, tinggi lantai dibuat lebih tinggi yang merupakan tempat tuan rumah duduk. Bukan hanya lantai yang tingginya berbeda, di situ juga ada sliding door dengan lukisan tinta. Maklum, sebagai samurai kelas atas, tempat duduk Nomura harus lebih tinggi dari tamu-tamunya.
 
Menelusuri lebih dalam ke berbagai sudut rumah, saya disuguhi kemewahan masa lampau: lewat senjata-senjata pemilik rumah, juga dalam lukisan tinta tua di setiap sliding door yang terlihat begitu halus goresannya, yang saya yakin pasti dikerjakan oleh seniman pilihan. Ah ya, ketika saya baca buku panduan, lukisan-lukisan itu adalah karya Sasaki Sensei, seorang seniman berbakat dari Kano School, sekolah melukis terkenal dalam aliran seni lukis Jepang yang eksis sejak abad ke-15.  Di sudut, saya melihat sebuah kabinet kayu berlukis, yang ketika saya elus, kayunya terasa sangat halus sekaligus kokoh. Saya membayangkan, tuan samurai menyimpan korespondensinya di laci-laci kabinet ini.
 
 

Taman yang didesain sendiri oleh samurai Nomura.
Foto: Yos
 
 
 
Namun satu yang membuat kagum adalah taman yang berada di dalam rumah. Seperti layaknya Japanese garden, taman jepun itu memiliki komponen yang lengkap: pepohonanan, bebatuan, dan kolam dengan air mengalir yang ditinggali ikan-ikan koi yang gemuk dan lentera-lentera dari batu. Gemericik air yang menenangkan membuat saya betah duduk di beranda samping yang menghadap taman. Menurut informasi, tuan Nomura sendiri yang mendesain taman itu, dan sang samurai juga betah berlama-lama duduk di beranda menulis kaligrafi sambil memandangi tamannya. Seperti halnya samurai Musashi, di balik jalan hidup penuh keringat dan darah, seorang samurai menyeimbangkan batinnya lewat seni, termasuk seni menulis kanji dan desain taman. (f)


Baca juga:
Wagashi, Kudapan Manis Khas Jepang Yang Artistik
Menikmati Guyuran Salju di Shirakawago
Hoshinoya, Resort Mewah dari Jepang Buka di Ubud
 

Simak juga:
 


 


Topic

#samurai, #travel, #jepang, #jalanjalanjepang, #travelingjepang

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?