Reviews
Mengenal Raja Mataram Terbesar Lewat Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta

23 Aug 2018

Bagi generasi sekarang mungkin tak banyak yang tahu mengapa Sultan Agung dianugerahi sebagai gelar pahlawan nasional. Raja Mataran yang bertahta pada tahun 1613 – 1645. Ini juga yang menjadi alasan Mooryati Soedibyo untuk mengangkatnya dalam film. “Film Sultan Agung merupakan wujud persembahan kami bagi masyarakat Indonesia, dan upaya kami untuk mewariskan sejarah dan kekayaan warisan budaya bangsa kepada generasi masa kini,” ungkap beliau.
 
Menceritakan Sultan Agung semasa remaja dengan nama Raden Mas Rangsang (Marthino Lio) yang dikirim belajar agama dan ilmu beladiri pada Ki Jejer di sebuah perguruan. Terlepas dari jati dirinya yang disembunyikan, Raden Mas Rangsang menjadi salah satu murid terbaik Ki Jejer (Alm. Deddy Sutomo).
 
Namun cita-citanya untuk menjadi brahmana, mengabdi pada ilmu pengetahuan dan kemanusiaan pupus. Begitu juga cintanya pada Lembayung (Putri Marino), teman seperguruannya.  Ia dipanggil untuk menggantikan tahta ayahnya, Panembahan Hanyokrowati yang meninggal dunia. Pergulatan batin sempat melanda Raden Mas Rangsang, apalagi ia sebetulnya bukan putera mahkota.
 
Tanggung jawab kepada Mataram dan kesetiaannya menjalani titah leluhur membawa raja bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma (Sultan Agung dewasa diperankan Ario Bayu) itu menjadi raja yang dihormati. Pada masa pemerintahannya ia tak luput dari penghianatan dan ancaman VOC. Film menuju klimaks saat Sultan Agung menolak bekerja sama dengan VOC dan berusaha membebaskan Batavia dari gabungan pedagang Eropa yang dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen itu.
 
Menarik, diceritakan bagaimana kesaktian Sultan Agung, yang mampu keluar dari raga untuk berdialog dengan Jan Pieterszoon Coen. Para raja Jawa di masa lalu memang kerap dikabarkan memiliki kesaktian seperti ini. Kita juga bisa melihat kehebatan seorang wanita, Lembayung (versi dewasanya diperankan Adinia Wirasti) yang ikut berperang menggempur benteng Batavia.
 
Sesuai catatan sejarah, Sultan Agung memang gagal mengusir VOC dari Batavia, namun ia menjadi sosok penting dalam membangkitkan keberanian daerah lain memerangi VOC. Saat itu VOC sangat ditakuti karena reputasinya yang membantai rakyat Banda untuk menguasai perdagangan pala di nusantara.
 
Catatan sejarah biasanya memiliki beberapa sudut pandang, tergantung dari sisi siapa ditulis. Tak jarang yang tersebar adalah yang ditulis oleh pemenang peperangan. Meski disebut film ini berdasarkan sejarah namun kisah cinta dan beberapa tokoh adalah fiksi, yang digunakan untuk memberi drama dalam film.
 
Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta dijadwalkan tayang di bioskop-bioskop terkemuka di Indonesia mulai hari ini, 23 Agustus 2018.  (f)

Baca Juga:

BRA. Mooryati Soedibyo Wujudkan Impian Membuat Film Tentang Sultan Agung di Usia 90
Marthino Lio Belajar Banyak dari Film Kolosal Sultan Agung
Putri Marino Harus Jalan Jongkok Hingga Tak Boleh Kontak Mata di Film Sultan Agung The Untold Story

 


Topic

#filmindonesia, #pahlawannasional

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?