Profile
Anthony Tandiyono, Pemenang III Lomba Perancang Mode 2017, Mendapat Platform Bisnis Baru

31 Oct 2017

Di kalangan pencinta fashion, nama Anthony Tandiyono sebenarnya sudah cukup dikenal sebagai salah satu desainer muda berbakat. Sejak tahun 2014, Anthony bahkan sudah mendirikan brand sendiri, AT, untuk terus memasuki industri mode Indonesia. Namun, hal tersebut tidak mengurungkan niat Anthony untuk mengikuti Lomba Perancang Mode (LPM) 2017 dengan mengusung konsep Sinful Light.

“Bagi saya, biar bagaimana pun, LPM merupakan suatu spring board (tempat loncatan) yang sangat bagus untuk desainer muda, karena LPM langsung bisa membuka banyak pintu. Pasalnya, jika saya mau membuka pintu tersebut satu-satu, bisa bertahun-tahun lamanya,” tutur pengagum desainer Biyan dan Toton ini.

Meski sudah memiliki sedikit pengalaman di industri mode, tidak menjadikan Anthony merasa lebih baik dari finalis lainnya. Bahkan, dengan rendah hati, Anthony mengakui bahwa masuk 10 besar adalah tujuan awalnya saat mendaftar LPM 2017.

“Saya senang, senang banget bisa menjadi pemenang III! Kemenangan ini sebagai bonus setelah target saya masuk 10 besar LPM 2017 tercapai. Masuk 10 besar ibaratnya saya sudah jadi bagian dari keluarga LPM dan JFW. Hal tersebut sudah jadi suatu kehormatan untuk brand baru seperti (milik) saya,” sebut Anthony dengan riang.

Anthony merasa, sekali pun sudah memiliki label sendiri, tidak ingin berasumsi dirinya akan menjadi juara 1. Sebabnya, kompetisi LPM terasa berat, banyak talenta besar di bidang mode yang mengikuti kompetisi ini.

“Dari awal saya memang tidak mau berasumsi akan menjadi juara berapa. Yang penting, saya menjalani proses (kompetisi) dengan semangat, karena memang seru banget!”

Anthony pun menegaskan bahwa keikutsertaan di LPM 2017 telah memberikan platform yang kuat untuknya, bahwa orang akan lebih mengenal diri dan brand-nya. LPM juga Anthony anggap bisa menjadi cara untuk mengikuti Indonesia Fashion Forward (IFF), yang dapat memberikan mentorship pengembangan bisnis fashionnya.

Fashion menjadi minat kelahiran 1 September 1988 ini sejak kecil. Maka begitu lulus dari Melbourne Grammar Boys School, Anthony melanjutkan kuliah ke Royal Melbourne Institude of Technology jurusan Fashion Design untuk semakin menajamkan keinginannya serius di dunia fashion.

Setelah sempat magang di beberapa desainer dan perusahaan fashion di Australia, Anthony kembali ke Jakarta pada 2014. Saat itu, Anthony langsung menerima pesanan busana. Setelah cukup dikenal, Anthony pun mendirikan labelnya AnthonyTandiyono (AT).

Kesibukan mengembangkan bisnis membuat Anthony sempat melewatkan LPM pada tahun 2015. Merasa bahwa tahun 2017 adalah kesempatan yang tepat, Anthony pun “memaksakan” diri untuk ikut. Kali ini, hambatan yang dirasakan Anthony adalah mengatur deadline pembuatan karyanya. Sebab, di saat bersamaan dengan LPM, Anthony juga sibuk mempersiapkan fashion show untuk brand-nya. Pada bulan Oktober ini saja, sebelum mengikuti LPM, Anthony menggelar launching koleksi ready-to-wear serta ada show di Kedutaan Besar Australia, plus busana-busana pesanan klien. Anthony pun merasa beruntung memiliki tim yang membantunya mewujudkan semua rencana, termasuk bisa memberikan yang terbaik pada LPM.

“Melalui LPM, saya disarankan, jika ingin sukses berbisnis fashion, untuk lebih fokus pada satu hal saja, yaitu antara couture atau ready-to-wear. Sebenernya saya sudah merasa harus seperti seperti itu, tapi belum diyakinkan saja,” kata Anthony tergelak.

Juri menyarankan Anthony untuk memilih hendak fokus di mana karena jika dua-duanya dilakukan, akan sulit untuk mengembangkan. Selama ini, Anthony banyak membuat gaun-gaun malam atau pesta, terutama yang dipesan. Baru belakangan Anthony mulai mengembangkan kemampuannya membuat pakaian ready-to-wear.

“Ke depannya, saya memang ingin terus mengembangkan ready-to-wear. Apalagi juri bilang juga bahwa ready-to-wear akan menghasilkan keuntungan lebih baik,” ucap Anthony.

Namun, semua akan dilakukan bertahap, karena dirinya masih memiliki pelanggan setia pada busana-busana peseta atau custom made, yang tetap akan dilayaninya dengan baik. “Semuanya akan melalui suatu proses,” sebut Anthony meyakinkan.(f)


Baca juga:


Topic

#LPM2017

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?