Home Interior
Inspirasi Gaya Retro untuk Dekorasi Rumah, Ini Aturan Mainnya

12 Oct 2017

Rumah Kediaman Apria Rahmadhina, Cileungsi.
Foto: Muhammad Zaki

Gaya retro membangkitkan kenangan masa lalu dalam tampilan kekinian yang atraktif. Masa lalu bisa menjadi sumber inspirasi, termasuk dalam fashion dan desain interior. Dikenal sebagai gaya retro, konsepnya memiliki kesederhanaan garis desain yang mampu memikat saat diaplikasikandi masa sekarang. Atraktif, segar, dan penuh kesan.
 
Sarah Elsie Baker, dalam bukunya, Retro Style, Class, Gender and Design in the Home, menjelaskan bahwa interior bergaya retro hadir karena desakan pada kebutuhan objek dekoratif dan perabotan vintage. Sebuah kebutuhan desain yang ingin menghidupkan kembali kenangan masa lalu lewat penggabungan aksesori jadul yang diaplikasikan di era modern.
 
Dalam bahasa Prancis, kata rétro atau rétrospective mengacu pada hal-hal baru yang menampilkan karakteristik dari masa lalu. Mulai dari tahun 1920, 1950, hingga 1970 yang kemudian melahirkan gaya retro art deco (1920-an), fifties (1950-an), dan seventies (1970-an).
 
Hal ini sejalan dengan pendapat desainer interior Ayi Asmoro. Menurutnya, konsep retro yang populer saat ini adalah yang mengacu pada tahun 1950 -1970. “Yang dimaksud retro adalah mundur ke belakang. Jadi, sebelum memilih gaya ini, harus dipastikan dahulu mau era yang mana karena tiap era punya ciri khas masing-masing. Lalu disesuaikan dengan kondisi sekarang,” ucap Ayi.
 
Gaya retro secara umum menggunakan warna-warna cerah dan tajam, seperti lime green, biru muda, cokelat, oranye, dan kuning mentega. Penggunaan warna tua seperti maroon juga ada, tapi tidak mendominasi. Generasi muda zaman dahulu memang lebih suka tampil dengan warna-warna muda dan terkesan dinamis.
 
“Saat pengaplikasian warna, porsi yang digunakan biasanya blocking satu bidang dinding besar. Jika ingin dikombinasikan dengan warna lain, cukup satu warna tambahan yang merupakan turunan dari warna utama,” jelas Ayi.
 
Selain penerapan warna polos, motif yang digunakan pada konsep ini sangat sederhana. Berkisar pada bentuk kotak dan geometris dengan pola yang monoton. Inspirasinya banyak sekali mengambil elemen alam, seperti burung, daun, dan bunga yang distilasi hanya pada garis-garisnya saja.
 
Identiknya konsep ini dengan gaya masa lalu berpengaruh pula dalam pemilihan furnitur. Ada perabotan yang memang aslinya kuno lalu dimodifikasi agar memiliki nilai kekinian. Atau semacam replika yaitu perabotan baru yang dibuat seperti jadul. “Konsep desainnya adalah masa lalu, tapi napasnya masa sekarang,” tambah Ayi.
 
Detail dari furnitur yang digunakan umumnya mengadopsi bentuk organik, geometris, dan minimalis. Bentuk organik ini banyak ditemukan pada furnitur bergaya Skandinavia, yang menonjolkan garis-garis lengkung pada bagian tangan kursi tanpa siku-siku yang tajam. Sementara yang kotak-kotak menempel pada bentuk minimalis.
 
Kreativitas dan perkembangan teknologi memengaruhi pula penggunaan material desain interior bergaya retro. Tidak hanya menggunakan kayu, tetapi juga kulit, besi, hingga rotan.
 
Menurut Ayi, saat memilih era gaya retro yang ingin diterapkan pada hunian, harus pula ditentukan negara mana yang ingin dijadikan acuan desain. Dengan begitu, tampilan desain akan lebih jelas. Misalnya Jerman, maka furnitur lebih banyak bermain dengan material kulit dan besi. Atau Skandinavia, yang didominasi kayu, kaki yang ramping, dan lengkungan sudut kursi.
 
Namun demikian, Ayi menambahkan, semua kembali pada selera masing-masing. “Pilihan desain tentu mewakili karakter tiap individu. Jadi, sah-sah saja jika ingin keluar sedikit dari aturan karena ingin menonjolkan yang kita sukai. Apalagi jika dikaitkan dengan bujet yang ada,” imbuhnya.
 
Selain itu, konsep retro bisa digabung dengan konsep yang lain, tapi pencampurannya cukup satu konsep saja. Hal ini dikarenakan konsep rumah, apa pun itu, sifatnya sangat personal.
 
Misalnya, gaya retro dicampur dengan gaya etnik. Trik perkawinan dua gaya agar tidak berubah menjadi gaya eklektik, maka yang dominan adalah gaya retro ketimbang gaya etnik. Persentase porsi penerapan gaya etnik ini relatif. Tetapi, jika tampilan retro ingin kelihatan masif, sentuhan etnik bisa diaplikasikan sebagai artwork saja. Misalnya, hanya pada sarung bantal kursi dan pajangan dinding.
 
“Namun, agar tetap terlihat harmonis, aksesori etnik yang dipilih harus mempunyai kesamaan dengan barang-barang retro yang ada, baik dari warna maupun bentuk,” ujarnya. (f)
 
Baca juga:
4 Trik Mendekorasi Rumah Mungil
Cara Membuat Tampilan Rumah Terlihat Proporsional
Ini Tipnya untuk Membuat Rumah Sehat


Topic

#Interior, #Rumah, #GayaRetro

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?