Food Trend
Kue Tradisional Lebih Kekinian Dengan Kemasan yang Atraktif

13 Feb 2018


Foto: Jongkong Mamawin

Kue basah miskin inovasi? Apresiasi terhadap rasa lokal, mengikis anggapan ini perlahan-lahan dan melahirkan pandangan baru bahwa yang paling istimewa ada di dekat kita. Kue-kue lokal kini tampil dalam kemasan berkonsep modern dan bernilai tambah.

Erwin, pengelola Jongkong MamaWin, memulai produknya berbekal keresahan yang sama. “Ada anggapan kue basah itu kurang keren, karena biasanya cuma ditemui di pasar dan tanpa kemasan apik,” ujarnya. Pede dengan rasa kue jongkong buatan sang Ibu, Loe Djit Kwan, yang dinikmatinya sejak kecil, ia menggandeng ahli desain logo. Nama ‘MamaWin’ fiktif, diserap dari semua first name keluarganya yang berembel-embel ‘win’ (Erwin, Darwin, Wiwin. - Red). Logonya adalah karikatur sang ibu yang sedang memasak. Brand perception yang diinginkannya adalah produk rumahan yang dibuat sepenuh hati, dari bahan alami.

Baginya branding itu penting untuk menimbulkan minat anak muda. Dulu sang ibu skeptis karena sudah punya konotasi bahwa kue lokal itu barang murah.  Ternyata, dengan kualitas rasa dan kemasan yang representatif, banyak pelanggan yang bahkan menjadikan Jongkong MamaWin sebagai oleh-oleh hingga ke luar negeri.

Pisang Goreng Bu Nanik adalah produk lokal lainnya yang bernilai tambah. Tiap hari diproduksi ribuan pisang goreng madu yang harus diantar menggunakan dua hingga tiga truk pick up. Bisnis katering dihentikan karena keuntungannya sukses disalip pisang goreng! Manis pisang gorengnya alami dari pisang raja tua, bukan gula pasir. Adonannya mengandung madu, menghasilkan warna pisang goreng yang gelap usai digoreng.


Foto: TN

“Dulu, laku 20 buah saja susah banget. Saya menyelipkan flyer di wiper mobil-mobil, menawarkan pisang goreng kepada para pelintas jalan di depan rumah. D ikira pisang goreng gosong, tapi waktu dicoba malah ketagihan!” ujar pemilik, Nanik Soelistiowati.

Dua anaknya yang bersekolah bisnis di Ontario dan bersekolah memasak di London kembali ke tanah air dan menyadari potensi local uniqueness ini. Keduanya menggelar kompetisi logo melalui Instagram dan mendapatkan logo karikatur sang ibu yang dinilai pas. “Kata anak saya, logo foto udah enggak zaman,” ujar wanita Madiun ini.

Pisang goreng dicetak agar ukurannya seragam dan dimasukkan ke dalam kantong kertas berlogo. Kotaknya berlogo serupa. Konsumen tidak lagi ragu mengirim gorengan sebagai bingkisan istimewa. Desember lalu, inovasi membawa Nanik sebagai pembicara di Entrepreneurs Wanted!, acara berseri milik Kantor Staf Presiden (KSP). “Kalau dibandingkan dengan entrepreneur lain, saya enggak bersekolah tinggi, tapi menang pengalaman. Sukses tidak jatuh dari langit,” sambungnya.(f)


Baca juga:
Mengemas Modern Kue Lokal: Packaging Naikkan Gengsi
5 Strategi Sukses Memasarkan Bisnis Sendiri
Pentingnya Food Safety Bagi Pebisnis Kuliner
 

Trifitria Nuragustina


Topic

#trenpackaging

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?