Family
Kata Sahabat Femina: Ini Suka Duka Kami Terlahir Sebagai Anak Tunggal

11 Jan 2018


Foto: Pixabay, Dok. Pribadi
 
Tampaknya, pandangan ‘banyak anak banyak rezeki’ tak lagi memikat pasangan modern era kini soal pilihan memiliki anak. Pasalnya, makin banyak pasangan suami istri yang memutuskan untuk memiliki anak sedikit, biasanya hanya dua, atau bahkan tak jarang yang hanya ingin punya anak satu.

Banyak alasan melatarbelakanginya, mulai dari masalah finansial, agar tidak repot mengurusnya hingga supaya bisa memberikan pendidikan terbaik untuk buah hati. Namun, apakah pilihan tersebut cukup rasional? Banyak orang memilih memiliki satu anak saja agar bisa keluar dari masalah dan keruwetan yang biasanya menghampiri keluarga yang memiliki banyak anak. Namun, pilihan tersebut tak lantas membuat orang tua dengan anak tunggal bebas dari masalah yang ada. Ini kata dua Sahabat Femina yang terlahir sebagai anak semata wayang!

 
Arlita Rosmawaty (37), Ibu Rumah Tangga



 
Menjadi anak tunggal, semua yang saya inginkan sering dipenuhi orang tua. Begitu pula dalam memutuskan segala sesuatu yang hanya cukup minta pendapat orang tua. Hal seperti inilah yang saya rasakan sejak kecil, bahkan hingga sekarang di mana kasih sayang mereka hanya untuk saya, tanpa perlu berbagi dengan orang lain.

Dulu orang tua saya bekerja di sebuah bank swasta. Karena itu, secara finansial kami tergolong mapan. Saya disekolahkan di sekolah Katolik di Jakarta, dengan mutu pendidikan dan kedisiplinan yang baik. Namun, tentu saja biayanya juga tidak murah.

Mereka juga menekankan bahwa meskipun saya tidak punya saudara kandung, saya punya banyak saudara dari keluarga besar sehingga tidak perlu merasa kesepian. Namun, menjadi anak tunggal juga memiliki ketidaknyamanan, yaitu segala aktivitas saya selalu dipantau. Bisa dibilang, semua teman yang saya punya harus dikenalkan kepada mereka.

Saking ekstra waspada, dulu orang tua mengharuskan saya ke sekolah diantar sopir agar aman. Agar tidak jajan sembarangan, saya selalu bawa bekal. Lucunya, kewaspadaan itu terus diterapkan hingga sekarang saya sudah menikah dan memiliki 2 anak. Pulang kemalaman misalnya, saya akan ditegur, padahal perginya bersama suami, ha…ha… ha…!

Bisa dikatakan, karena anak tunggal, privasi saya sedikit agak kendur. Tetapi, hal ini tidak membuat saya gerah karena saya tahu mereka sangat protektif pada saya. 


Lidya Anggraeni (27), Pegawai Swasta


 
Waktu kecil, dokter selalu bilang, saya termasuk anak yang tahan banting. Tidak seperti anak lain yang rentan sakit, saya jarang sekali jatuh sakit. Ini karena orang tua selalu memperhatikan asupan gizi untuk saya. Maklum, anak tunggal. Jadi, untuk kesehatan saya, mereka tidak pernah lalai.

Perhatian yang lebih dari orang tua memang kenyang saya dapatkan. Hal lainnya, seperti mainan, buku, atau apa saja yang saya inginkan, hampir selalu diberikan. Karena sayangnya, sampai-sampai terbentuk juga rasa egois dalam diri yang terbawa hingga sekarang. Begitu pula rasa berbagi, kurang saya miliki karena memang dari kecil semua yang diberikan orang tua hanya milik saya.

Sebenarnya, waktu kecil mama sering mendorong saya untuk bisa mengurus diri sendiri. Mulai dari hal kecil seperti mencuci baju sendiri dan membersihkan kamar tidur. Namun, saat itu kami punya asisten rumah tangga, jadi saya berpikir kenapa harus saya yang melakukannya. Karena segala sesuatu sudah terima beres, saya memang jadi kurang inisiatif.

Untungnya, sekarang, setelah dewasa, teman-teman suka mengingatkan saat saya tidak sengaja berlaku kurang ‘sosial’. Buat saya, teguran dari mereka membangun karakter saya untuk lebih mandiri.

Menjadi anak tunggal juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarga. Terutama ketika mama makin tua sehingga untuk kebutuhan hidup dan kesehatannya saya yang menanggung. Seandainya punya saudara kandung, pasti beban finansial tidak semua keluar dari kantong saya.

Begitu pula dalam mencari teman hidup. Prinsip saya, harus mau menerima mama saya dan juga mencintainya. Karena, setelah menikah, saya ingin mama tetap tinggal bersama saya. (f)

Baca juga:
Berencana Membangun Keluarga Hanya dengan Satu Anak? Anda Butuh Pola Asuh Tepat
Benarkah Cukup Satu Anak Pilihan Rasional?
Tantangan Baru Keluarga Dengan Satu Anak, Ini Kata Pakar


Topic

#anak, #keluarga

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?