Event
Pentingnya Branding Untuk Kuliner Lokal Indonesia

1 Sep 2018

Foto: RFF


Apakah pentingnya membangun brand? “Sekarang zamannya cut, copy and paste. Semua jual kopi, semua jual ayam geprek, semua sate tai chan. Apa yang membedakan? Brand,” imbuh Gupta Sitorus, praktisi branding kuliner dan anggota Akademi Gastronomi Indonesia.
 
Brand adalah reputasi. Karena itu, penting harus ditemukan terlebih dahulu adalah apakah DNA brand Anda. Misalnya, ingin menjual ricebowl murah, berkualitas karena dimasak oleh chef dan bisa menyediakan produk dalam jumlah banyak dan cepat karena Anda memiliki kitchen yang besar. Maka, DNA-nya adalah affordable, quality, accessible. “Pemilik bisnis harus bisa merasakan ketiganya, sehingga DNA brand adalah happiness for all,” kata Gupta.
 
Chandra Gunawan, pemilik resto Putra Lombok dan Roemah Langko, Lombok adalah salah satu pengusaha yang sukses mengembangkan makanan lokal, yaitu makanan khas Lombok. Chandra, yang terbangkitkan kecintaannya akan makanan karena melihat ibundanya di dapur, kemudian serius mengangkat makanan khas daerahnya.
 
“Ketika membuka resto di Jakarta, saya tetap mempertahankan beberapa bahan yang khas Lombok seperti kangkung dan cabai. Interior resto dan pernak-pernik peralatan makan saya bawa dari Lombok, misalnya menggunakan gerabah Lombok sebagai piringnya,” kata Chandra.
 
Sementara, cara mengenalkan makanan lokal dengan dampak yang luas juga bisa dilakukan dengan menyebarkan konten, lewat tulisan, foto maupun video seperti yang dilakukan oleh Leonarce Tan, pendiri @makanmana Medan. “Tahun 2007, sepulang belajar dari Australia, saya iseng-iseng membuat blog yang isinya review makanan di kota saya, Medan,” ujarnya.
 
Medan, menurut Leo, adalah kota besar tapi kecil. Maksudnya, cara orang makan di luar di sana ya pilihannya itu-itu saja. Celah ini yang ditangkap Leo sehingga cerita tentang resto dan makanan di blognya tidak boleh mengulang. Dengan demikian, jumlah resto dan makanan yang ia bahas pun sangat banyak.
 
Menurut Vita Datau, dari Kemenpar yang menjadi mitra Jakarta Eat Festival 2018, story behind the food, seperti yang dilakukan Leo tentu menarik minat orang untuk lebih banyak mendengar kemudian terbangkitkan minatnya untuk mencintai gastronomi, yaitu segala hal dari hulu ke hilir yang berhubungan dengan makanan dan kuliner.
 
“Kemenpar tidak berhenti mengajak orang datang ke tempat asal, tetapi kami juga ingin menyaingi Thailand yang tidak hanya menjual makanan tetapi juga lokal produk, karena itu kami bermitra dengan diaspora, orang-orang yang tinggal d luar negeri dan sudah punya resto indo di luar negeri untuk bersama-sama mengenalkan makanan Indonesia,” kata Vita.
 
Karena, bila melihat Thailand yang sudah memulai mengenalkan makanan ke dunia sejak tahun 1999, maka sudah saatnya Indonesia melakukannya kini. “Kekuatan gastronomi Indonesia itu berlandaskan budaya dan sejarah, ditopang oleh ritual dan seremoni serta didukung oleh kekuatan produk lokal, termasuk bumbu-bumbu. Sehingga, pantas Indonesia disebut spice up the world. Indonesia membumbui dunia,” ujar Vita. (f)

Baca Juga:
Dinamika Kuliner Indonesia dari mata Chef Nando & Chef Degan di Jakarta Eat Festival 2018
Harmoni Rasa Indonesia oleh Chef Degan Septoadji di Jakarta Eat Festival 2018
Jakarta Eat Festival 2018 Ingin Membawa Kuliner Indonesia Naik Kelas


Topic

#JEF2018, #KulinerIndonesia, #JakartaEatFestifal

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?