Celebrity
Asmara Abigail Sumiskum Klik dengan Akting

30 Oct 2016


Foto: Nicky Gunawan

Mendapatkan pekerjaan pertama di film panjang sespesifik Setan Jawa yang hitam-putih, bisu, dengan iringan live musik gamelan adalah sebuah pengalaman yang luar biasa baginya. “Istimewanya lagi, karena ini merupakan perayaan 35 tahun Mas Garin berkarya di industri film. Kapan lagi saya bisa ikut?” ujar Asmara Abigail, senang.
 
Di film ini ia bermain sebagai Asih, istri Setio, pria yang membuat kesepakatan dengan iblis demi bisa mempersunting dirinya. Namun, dalam usahanya membebaskan sang suami, Asih justru terseret dalam pesona kuat sang iblis pesugihan. Wanita kelahiran Jakarta, 3 April 1992, itu memahami film Setan Jawa sebagai bentuk arthouse bertema realisme magis. “Jadi, ini bukan film thriller atau horor,” ujarnya. Film ini mengisahkan budaya mistis pesugihan yang telah ada di tanah Jawa sejak masa kolonial.
 
“Tekanan penjajahan membuat masyarakat di masa itu desperate mencari jalan keluar dari kemiskinan, meski pada akhirnya kekayaan itu justru mengantarkan mereka pada kehancuran,” lanjut Asmara.
 
Ia merasa sangat beruntung mendapat kesempatan belajar dan berkolaborasi dengan banyak seniman hebat lain, seperti lawan mainnya, Heru Purwanto (Setio), Luluk Ari (setan), dan etnomusikolog Rahayu Supanggah.
 
“Mereka adalah maestro-maestro seni Indonesia yang dengan tulus berkarya dalam kesunyian, jauh dari sorotan media,” ungkapnya, penuh kekaguman.
 
Pembelajarannya berawal sejak ia menjalani casting Setan Jawa di Salihara. Dalam waktu singkat ia harus menangkap gerakan tarian yang dicontohkan Danang  Pamungkas, koreografer tari di Setan Jawa. “Tantangan terbesarnya saat itu adalah bagaimana saya harus bisa mencapai adegan puncak, yaitu saat Asih menyerahkan diri kepada setan, tanpa tahu skenario utuhnya dari permulaan,” ungkap Asmara.
 
Namun, kelihaian penari kontemporer Luluk Ari berhasil membangun chemistry yang kuat dengan dirinya. Sehingga, ia pun ‘terseret’ dalam alur tarian dan adegan yang cukup intens antara Asih dan Setan Jawa. Rupanya, bekal tarian flamenco, tango, dan pole dance yang pernah ia pelajari membawa warna tersendiri dalam olah gerak tarian Jawa yang mendasari film ini.
 
“Selesai casting, saya belum berani berharap. Yang jelas, secara pribadi saya merasa puas. Masalah diterima atau tidak, itu urusan kesekian,” lanjut wanita yang masuk ke dunia hiburan melalui jalur modeling ini.
 
Meski berangkat dari latar belakang pendidikan fashion, wanita yang sempat bergerak di industry brand luxury ini lebih ‘klik’ dengan dunia akting. “Saya mengambil pendidikan fashion untuk diri pribadi, karena saya murni menyukai fashion dengan fenomenanya.
 
Bagaimana mereka mengkreasi visi melalui selembar busana. Tapi, saya tidak ingin menjadikannya sebagai pilihan karier,” papar wanita bertubuh mungil ini.
 
Untuk seorang pemula, eksplorasi perannya lumayan kaya. Terutama lewat berbagai film pendek, beberapa di antaranya, Jentera (2015) arahan Dmaz Brodjonegoro. Di film ini ia memerankan Rana, pekerja seks komersial yang dieksploitasi mucikarinya. Kemudian ada film Jenny (2016), film pendek bergenre horor arahan sutradara Joko Anwar.
 
Film tanpa skrip yang tayang di platform online Tribe Shorties itu mereka ulang salah satu adegan dalam film Candyman. Meski durasinya cukup pendek, Joko Anwar memujinya sebagai the rising star di industri perfilman Indonesia. (f)
 
Baca juga:
Pengalaman Di-bully Memotivasi Asmara Abigail Untuk Cepat Lulus Sekolah
Setan Jawa, Film Bisu Hitam Putih dengan Orkestra Gamelan dari Garin Nugroho dan Rahayu Supanggah
 


Topic

#aktrisindonesia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?