Career
Selamat Datang di Dunia Kerja yang Baru

7 Jan 2019


Foto: Shutterstock

Dalam perkembangannya, revolusi industri terjadi secara bertahap. Saat mesin uap mulai digunakan pada awal abad ke-18, terjadilah perubahan besar atau revolusi industri yang pertama. Ketika listrik mulai digunakan secara luas, serta mobil, mesin, dan pesawat mengubah dunia begitu besar, inilah masa dimulainya revolusi industri kedua. Sementara, revolusi ketiga terjadi saat teknologi digital dan internet masuk dalam kehidupan manusia.
 
Kini, teknologi digital dan internet terus berkembang hingga mendorong terjadinya revolusi industri keempat yang dikenal dengan industri 4.0. Istilah industri 4.0 pertama kali digaungkan dalam pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia tahun 2016. Dalam buku The Fourth Industrial Revolution, Klaus Schwab, founder dan Executive Chairman World Economic Forum, memberi gambaran bahwa era ini akan diwarnai dengan ponsel superpintar, robot dengan kecerdasan artifisial, kendaraan yang digerakkan tanpa pengemudi, dan lain-lain.
 
Dalam kajiannya tentang industri 4.0, Deloitte, konsultan bisnis internasional dalam Deloitte Insight 2017 menyebutkan bahwa data access dan intelligence menjadi kata kunci di era industri masa depan. Industri 4.0 merupakan representasi dari menyatunya smart connected technology dalam organisasi perusahaan, tenaga kerja, bahkan aset. Industri berjalan dalam sebuah lingkaran yang terdiri atas tiga bagian, yaitu physical to digital (informasi dari dunia nyata diolah lalu dipindah ke digital), digital to digital (data yang ada diolah dan dibagikan secara digital), dan terakhir digital to physical (bagaimana data algoritme dari digital diaplikasikan kembali dalam kehidupan nyata).
 
Singkatnya, industri baru ini akan mengantar kita pada digital reality, yang tentu saja akan mengubah banyak hal. Industri 4.0 lebih dari sekadar teknologi supercanggih. Tidak hanya bicara tentang teknologi untuk membuat produk, tapi juga akan memengaruhi proses distribusi, interaksi dengan konsumen, dan lebih dari itu adalah perubahan di workforce, di mana akan muncul skills dan roles baru. Perubahan tersebut tak dipungkiri akan berimplikasi pada individual, organisasi, serta  kebijakan publik/society.
 
Saat ini, kecanggihan teknologi, perubahan demografi, serta menguatnya pasar tenaga kerja global menjadi salah satu faktor pendorong perubahan yang membuat industri  4.0 seperti hanya tinggal selangkah di depan mata. Dunia internasional sejak beberapa tahun belakangan sudah ramai membicarakan  tentang industri 4.0, bahkan tak sedikit yang kini sudah menjejakkan langkah di era ini.
 
Di Indonesia, revolusi industri 4.0 menjadi topik bahasan di berbagai forum nasional dan internasional. Perubahan dan tantangan apa yang dihadapi menjadi perhatian bersama, baik pelaku industri maupun pemerintah. Demi membuat Indonesia mampu berkompetisi dalam memasuki era ini, pemerintah akan membentuk Komite Industri Nasional untuk memperkuat kerja sama dan memfasilitasi harmonisasi antar kementerian/lembaga dengan para pelaku industri dalam negeri.
 
Seperti dikutip dari kantor berita Antara, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mnjelaskan, berdasarkan Undang-Undang  Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, komite tersebut dibentuk dan dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo dan dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution. Dalam pelaksanaannya, Kementerian Perindustrian telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai peta jalan (roadmap) untuk menerapkan sejumlah strategi Indonesia dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Roadmap ini diharapkan menjadi kesiapan Indonesia di era industri digital hingga tahun 2030.
 
Roadmap ini mencakup sektor manufaktur yang diharapkan akan ikut mendorong meningkatnya pendapatan domestik bruto dan tambahan lapangan pekerjaan. “Kehadiran pemerintah dalam menghadapi revolusi industri keempat ini sangat penting. Kita sudah punya grand design-nya, tapi seperti apa penerapannya, kita belum tahu. Bagaimanapun, pemerintahlah yang berwenang membuat berbagai kebijakan publik terkait dunia kerja. Siap atau tidak, kita tidak punya pilihan lain,” ujar Shinta Widjaja Kamdani, Presiden Indonesia Business Coalitions for Woman Empowerment (IBCWE) dan CEO Sintesa Group, dalam konferensi Indonesian Women’s Forum (IWF) 2018 dengan tema Future of Work yang digagas Femina Group di Ciputra Artpreneur (9/11) lalu.
 
“Indonesia harus mengantisipasi, karena pergerakan kita masih sangat perlahan. Kalau kita tidak melakukan sesuatu, jumlah penduduk Indonesia yang besar ini bisa jadi bukan bonus demografi, tapi liabilitas, hambatan,” tambahnya. Digital evolution index, the Fletcher School at Tufts University, mengelompokkan 50 negara berdasarkan kesiapan mereka menghadapi perubahan dunia kerja. Indonesia berada pada area yang meningkat, tapi secara perlahan, bersanding dengan Filipina, Rusia, Brasil, dan Turki. (f)

Baca Juga:

Ini Jenis Pekerjaan yang Akan Banyak Diminati di Tahun 2019

5 Langkah SMART Agar Resolusi 2019 Segera Terwujud


 
 


Topic

#wanitakarier, #industry4.0, #iwf2019, #indonesianwomensforum

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?