Celebrity
Eksplorasi Peran Donny Alamsyah

20 Apr 2012

Begitu mengatur janji bertemu dengan femina, aktor yang sedang bersinar ini memilih sebuah kafe yang teduh di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, yang dekat dengan kediamannya. Keramahan sudah tergambar dari ujung telepon saat ia memberitahukan bahwa ia sudah hampir sampai. Belum selesai telepon ditutup, sebuah motor memasuki area parkir, pagi itu.

Yang membuat femina terkejut, pemeran Ustaz Salman dalam Negeri 5 menara itu duduk pada boncengan motor sambil melambaikan tangan. Senyum ramahnya menyapa diikuti jabatan tangan. Dia adalah Donny Alamsyah (33), yang baru-baru ini penampilannya juga mencuri perhatian penonton lewat film The Raid.

The Raid, Film Terberat
Setelah memopulerkan istilah ‘Man Jadda Wa Jadda’ lewat perannya di film Negeri 5 menara, tahun ini pula, film terbaru Donny marak dibicarakan. Tak hanya di Indonesia, The Raid yang disutradarai oleh Gareth Evans sukses merebut perhatian dunia setelah serempak tayang di 3 negara lainnya:  Australia, Kanada, dan Amerika, pertengahan Maret lalu.

Donny yang berperan sebagai Andi,  orang yang bekerja pada Tama (Ray Sahetapi), gembong penjahat paling berbahaya di Jakarta, mengakui film ini adalah salah satu film laga terberatnya. Namun, ia pun rela babak belur demi totalitas. “Saya dan beberapa pemain lainnya harus berlatih bela diri selama 5 bulan. Setelah itu, proses syuting selama 3 bulan. Ini adalah salah satu film yang bikin capek. Saya benar-benar dipukul dan jadi babak belur. Namun, hal ini juga yang membuat saya tertarik menerima tawaran film ini sejak awal,” ujarnya.

Kerja keras Donny dan tim tak sia-sia. Begitu film ini dilempar ke beberapa festival film tahun lalu, The Raid diterima dengan baik oleh para pencinta film dan berhasil menduduki tangga teratas dalam Toronto Film Festival, serta masuk dalam film pilihan versi Sundance, SXSW, dan MOMA ND/NF Film Festival.

“Kami sendiri tidak menyangka film ini akan mendapat sambutan luar biasa. Baru saja saya dikabari bahwa film ini sudah dibeli oleh 50 negara. Begitu saya mengecek data IMDb (The Internet Movie Database), film ini pernah mendapat nilai 9,3, lebih tinggi dari film laga Hollywood lainnya saat itu!” katanya, bangga.

Menurut Donny, hal itu terjadi karena film yang juga dibintangi oleh Iko Uwais ini mengusung konsep the real fight dan tanpa trik kamera. Setiap pemain benar-benar dipukul, dan hanya diberi pemeran pengganti jika adegannya adalah dijatuhkan dari lantai atas atau dibanting ke meja dan lantai yang diperkirakan akan melukai punggung maupun kepala.
Donny memang terhitung hoki dalam memilih perannya. Hampir semua film yang dibintangi aktor kelahiran 7 Desember 1978 ini menjadi besar dan diingat orang. Padahal, siapa yang sangka, kariernya sebagai aktor berawal dari sebuah keisengan mengikuti casting film Gie (2005), yang juga diperankan oleh Nicholas Saputra.

“Tahun 2004, saya iseng saja menemani seorang teman untuk casting film Gie. Nyatanya, saya malah diminta ikut casting dan berhasil mendapatkan peran dalam film tersebut. Saat itu, saya tidak menyangka  sedang terlibat dalam film besar. Begitu filmnya tayang dan penerimaan masyarakat pun luar biasa, saya baru tersadar,” ujarnya.

Donny mengaku, setiap tawaran bermain film datang, ia akan memilih film dengan jalan cerita yang menarik dan berkesan di hati. Tak lupa, ia juga selalu mencermati pesan yang disampaikan dalam film tersebut. “Tugas saya adalah menghidupkan karakter yang saya perankan, dan jika akhirnya film-film tersebut jadi besar, ya, alhamdulillah. Saya sangat bersyukur,” kata Donny, yang merindukan terlibat dalam film horor, drama komedi, dan yang mengangkat tema hubungan sesama jenis.

Aktor Jalan Kaki
Nyaris tak ada yang berubah dalam hidup Donny semenjak ia dikenal sebagai seorang aktor. Sebagian film yang pernah dibintanginya, seperti 9 Naga, Merah Putih, Darah Garuda, Hati Merdeka, Merantau, Sang Dewi, dan Minggu pagi di Victoria Park tak membuatnya memegahkan diri. Donny tetap mempertahankan prinsipnya: rendah hati dan ramah.

“Saya tidak mau berubah, walau terkadang lingkungan yang membuat saya berubah. Saya masih naik TransJakarta kalau jalan-jalan ke Kota. Saya juga masih senang jalan kaki, kegiatan yang saya sukai sejak kecil. Kalau kepergok teman, pasti saya diprotes. Menurut mereka, saya tidak pantas melakukan ini karena saya seorang aktor,” ungkap Donny, tertawa.
Jadi, tidak heran kalau ia datang hanya dengan membonceng sepeda motor yang dikendarai oleh manajernya. Donny hanya menggunakan mobil ketika bepergian bersama keluarga. Selebihnya, ia lebih suka dibonceng motor atau berjalan kaki, untuk menghindari macet.

Sambil menyeruput teh hangatnya, Donny menceritakan salah satu kisah terpahit dalam hidupnya. Saat ia memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah. Penyebabnya, ia merasa jurusan teknik informatika yang dijalani tak sesuai dengan keinginan hatinya.

“Saya memberanikan diri untuk mengatakan kepada orang tua bahwa saya mau berhenti kuliah. Saya mau bekerja dulu. Ketika saya menyampaikan keinginan ini, Ibu malah menangis. Saya merasa telah mengecewakan mereka. Titik inilah yang membuat saya bangkit untuk membuktikan bahwa saya adalah orang yang bisa diandalkan dan bertanggung jawab,” katanya.
Donny yang gemar menggambar sketsa sejak kecil, memilih jalan hidupnya sendiri. Ia tertarik mempelajari ilmu animasi. Namun, ia telanjur malu untuk meminta uang kuliah dari orang tua. Ia bekerja keras untuk mendapatkan ilmu, termasuk datang ke perpustakaan kampus temannya untuk membaca buku dan belajar pada teman-temannya yang memiliki kemampuan ini. Ia memang pernah terlahir sebagai animator, sebelum jalan hidup membawanya berkecimpung dalam dunia perfilman.

Disinggung soal keluarganya, Donny mengatakan merasa beruntung telah menikahi Putri Anggiareni (31) pada 5 Juni 2009. “Dia wanita yang kuat dan sabar. Dia sangat mengerti pekerjaan saya dan selalu mendukung saya,” puji Donny.

Lucunya, jika pasangan lain memilih duduk tenang saat membicarakan masalah, pasangan Donny-Putri justru memilih cara yang tak biasa. Kalau pertengkaran tak terelakkan antara dirinya dan istri, Donny selalu punya cara jitu untuk meredam kemarahan keduanya.

“Saya mengajaknya berjalan kaki dan di sepanjang jalan kami membicarakan masalah yang terjadi. Dengan begini, kami berdua merasa lega karena sudah bicara jujur dari hati ke hati. Kebetulan, istri juga senang berjalan kaki, makanya kami berdua menikmati kegiatan ini,” ungkapnya, tersenyum.

Bagi Donny, memiliki kejujuran, bisa menjadi diri sendiri, dan tahu apa yang diinginkan adalah kualitas penting yang harus dimiliki seorang pria. “Dengan mengetahui diri sendiri, saya akan lebih mudah memahami orang lain, termasuk memahami pasangan,” katanya, tersenyum.

Trifosa Dewi
Foto: Firmansyah Muladi
Lokasi: STUDIO DE BOXX



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?