Trending Topic
Protes Wanita Dunia Terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump

30 Jan 2017


Foto: AFP
 
Perayaan inagurasi Donald Trump sebagai Presiden AS ke-45 pada 20 Januari lalu disambut dengan gerakan protes global oleh lebih dari 2,5 juta wanita di 30 negara dalam aksi yang disebut Women’s March. Tak kurang dari setengah juta wanita berkumpul di Lincoln Memorial, Washington, yang menjadi tempat pelantikan, untuk menyatakan ketidaksetujuan  atas dilantiknya Trump menjadi presiden mereka.

Jutaan wanita lain menggelar aksi serupa, seperti di Australia, Selandia Baru, Britania Raya, Cile, Ghana, Irak, hingga Antartika dan seluruh negara Eropa lainnya. Tak ketinggalan, dari Benua Asia, yaitu Bangkok, Seoul, dan Tokyo, bersatu untuk menolak Presiden AS yang kontroversial ini.

 “Ini awal dari perjuangan, bukan akhir,” ujar Mindy Freiband, koordinator gerakan demonstrasi Women’s March di Sydney, Australia. Bersama ribuan wanita lainnya, Mindy ‘tenggelam’ di antara spanduk-spanduk bertuliskan: “Women of The World Resist”, “Fight Like A Girl”, dan “Feminism is My Trump Card”.

Protes para wanita di seluruh dunia ini dilatari oleh keinginan memperjuangkan kesetaraan wanita dan juga mencegah diskriminasi kelompok yang selama ini tidak didukung oleh Donald Trump. Mereka menyebut Trump sebagai sosok misoginis yang tidak berpihak pada kaum minoritas. Tak hanya itu, Trump bahkan pernah mengatakan bahwa pemanasan global adalah berita hoax belaka!

Salah seorang demonstran yang membawa suami dan anaknya yang baru berusia dua tahun ikut turun ke jalan menyatakan kekhawatirannya jika Amerika dipegang oleh Donald Trump. Ia tak ingin anaknya tumbuh di dunia yang subur dengan rasa kebencian dan antipati terhadap warga minoritas.

Hillary Clinton memberikan respons positif terhadap aksi protes dunia ini. Lewat akun Twitter, ia berujar, “Thanks for standing, speaking and marching for our values @womensmarch. Important as ever. I truly believe we're always Stronger Together.”

Menanggapi aksi protes ini, Donald Trump berkomentar lewat akun Twitter-nya pada 22 Januari 2016. “Menonton aksi protes kemarin ketika kita baru saja selesai pemilihan presiden! Mengapa orang-orang ini tidak memilih saat itu? Para selebritas itu melukai dengan buruk,” ungkap Sang Presiden baru, yang mendapat 40.400 retweet dan 175.000 like itu.

Ketua Program Kajian Amerika dari Pascasarjana UI, Irid Rachman Agoes, mengungkap bahwa gerakan protes ini merupakan ungkapan kecemasan warga dunia terhadap pribadi Donald Trump yang dipandang tidak matang. “Bahkan, bukan tidak mungkin bisa menyebabkan perang dunia nantinya,” jelas Irid.
Menurutnya, pemilihan kepala negara dimaksudkan untuk transfer power rakyat secara visual.  Donald Trump tidak memimpin sendirian, masih ada kabinet dan senat di belakangnya. “Harapannya, Donald Trump mau belajar tentang masalah yang dihadapi dunia, tidak gegabah mengambil keputusan berdasarkan sentimen pribadi, dan mau mendengarkan aspirasi rakyat,” ungkap Irid. (f)

Baca juga:
Donald Trump, Sosok Kontroversial yang Akan Memimpin Amerika Serikat


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?