Foto: Fotosearch
Memberantas tuntas narkoba menjadi salah satu poin utama yang disampaikan Presiden RI, Joko Widodo, saat dilantik pada tahun 2014. Namun, nyatanya, peredaran narkoba makin merajalela dan mulai meracuni anak-anak Indonesia. Badan Narkotika Nasional (BNN) melaporkan bahwa hingga November 2015 pengguna narkoba di tanah air mencapai 5,9 juta orang! Bahkan, Indonesia menjadi pasar terbesar penjualan narkoba di ASEAN!
Akses-akses informasi tentang dampak buruk narkoba harus dibuka dan disebarluaskan. Tujuan inilah yang hendak diraih oleh kepolisian Indonesia lewat acara Dialog Polri: Liku Pemberantasan Narkoba Indonesia, di Jakarta, Rabu (7/9).
Kepala Departemen Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat DPP Gerakan Anti Narkoba, Brigjen Pol (Purn.) Simson Sugiarto, mengatakan bahwa narkoba menjadi salah satu dari tiga isu utama, selain korupsi dan terorisme, yang butuh penanganan darurat. “Hanya mengandalkan Badan Narkotika Nasional (BNN) saja, tidak akan membawa upaya pemberantasan narkoba ke mana-mana. Polri dan masyarakat harus saling bekerja sama,” harapnya.
Stigma masyarakat yang menganggap bahwa pecandu narkoba sebagai sampah masyarakat juga perlu dihentikan. Mereka harus dipandang sebagai manusia yang bermartabat dan punya kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lepas dari ketergantungan terhadap narkoba.
“Kalau kita bisa melihat para pecandu sebagai manusia, kita bisa mencegah dan memperbaiki. Tapi, kalau kita menganggap mereka sampah, para pecandu itu akan makin terpuruk dan kembali bergaul dengan pengedar,” ujar dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, psikiater dan anggota DPR RI 2009-2014. Mereka yang usianya di bawah 18 tahun harus mendapat bimbingan khusus dari banyak pihak, karena kepribadian mereka belum terbentuk. “Mereka masih butuh bimbingan dari orang tua atau walinya,” lanjut dr. Nova.
Hadir dalam diskusi tersebut aktor senior Tio Pakusadewo yang juga mantan pecandu narkoba. “Saya mulai memakai putaw sejak masih SMP,” katanya. Ia mengaku sudah lebih dari lima bulan bersih dari pengaruh narkoba. Beberapa kali mencoba berhenti, tapi selalu kambuh lagi.
“Pengaruh kuat pergaulan membuat saya sulit meninggalkan kebiasaan buruk ini,” lanjutnya. Ia selalu malu tiap kali diminta anaknya untuk menghadiri berbagai acara di sekolah. Ia merasa tidak pantas. Dengan dorongan kuat dari diri sendiri, ia pun benar-benar bertekad berhenti.(f)
Baca juga:
Akses-akses informasi tentang dampak buruk narkoba harus dibuka dan disebarluaskan. Tujuan inilah yang hendak diraih oleh kepolisian Indonesia lewat acara Dialog Polri: Liku Pemberantasan Narkoba Indonesia, di Jakarta, Rabu (7/9).
Kepala Departemen Pengabdian dan Pelayanan Masyarakat DPP Gerakan Anti Narkoba, Brigjen Pol (Purn.) Simson Sugiarto, mengatakan bahwa narkoba menjadi salah satu dari tiga isu utama, selain korupsi dan terorisme, yang butuh penanganan darurat. “Hanya mengandalkan Badan Narkotika Nasional (BNN) saja, tidak akan membawa upaya pemberantasan narkoba ke mana-mana. Polri dan masyarakat harus saling bekerja sama,” harapnya.
Stigma masyarakat yang menganggap bahwa pecandu narkoba sebagai sampah masyarakat juga perlu dihentikan. Mereka harus dipandang sebagai manusia yang bermartabat dan punya kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lepas dari ketergantungan terhadap narkoba.
“Kalau kita bisa melihat para pecandu sebagai manusia, kita bisa mencegah dan memperbaiki. Tapi, kalau kita menganggap mereka sampah, para pecandu itu akan makin terpuruk dan kembali bergaul dengan pengedar,” ujar dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ, psikiater dan anggota DPR RI 2009-2014. Mereka yang usianya di bawah 18 tahun harus mendapat bimbingan khusus dari banyak pihak, karena kepribadian mereka belum terbentuk. “Mereka masih butuh bimbingan dari orang tua atau walinya,” lanjut dr. Nova.
Hadir dalam diskusi tersebut aktor senior Tio Pakusadewo yang juga mantan pecandu narkoba. “Saya mulai memakai putaw sejak masih SMP,” katanya. Ia mengaku sudah lebih dari lima bulan bersih dari pengaruh narkoba. Beberapa kali mencoba berhenti, tapi selalu kambuh lagi.
“Pengaruh kuat pergaulan membuat saya sulit meninggalkan kebiasaan buruk ini,” lanjutnya. Ia selalu malu tiap kali diminta anaknya untuk menghadiri berbagai acara di sekolah. Ia merasa tidak pantas. Dengan dorongan kuat dari diri sendiri, ia pun benar-benar bertekad berhenti.(f)
Baca juga:
- 3 Langkah yang Bisa Dilakukan Saat Keluarga Terdekat Anda Terjerat Narkoba
- Banyak Selebritas Tersandung Kasus Narkoba, Kenali Ciri-Ciri Pecandu Narkoba di Sekitar Kita
- Eksekusi Hukuman Mati Mengancam Korban Sindikat Narkoba
Topic
#narkoba