Trending Topic
Kisah dari Posko Banjir Pesantren Ekologi Ath-Thaariq: Nissa Wargadipura, Lawan Bencana Banjir Garut dengan Kearifan Lokal

28 Sep 2016


Foto: Dok. Pribadi Nissa Wargadipura

Salah satu aktivis lingkungan, Nissa Wargadipura (43) yang juga pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Garut mengatakan, bencana banjir bandang yang melanda Garut pada Rabu dinihari (21/9) lalu bisa jadi momentum tepat untuk mengajak masyarakat luas lebih peduli dalam upaya penyelamatan lingkungan.

Baca juga:
Bencana Banjir dan Longsor Melanda Garut
Nissa Wargadipura, Mendekatkan Spiritualitas dan Pertanian

Garut merupakan salah satu kawasan rawan bencana di Jawa Barat. Menurut Nissa, akibat seringnya dilanda bencana dan sudah terbiasa, solidaritas warga untuk saling membantu di daerah ini sudah terbangun dengan sendirinya. Tidak heran, begitu kabar banjir bandang melanda Garut, sahabat relawan begitu cepat datang mengulurkan bantuan.

Sebagai pengelola Pesantren Ekologi bersama suaminya Ibang Lukman Nurdin (43), Nissa mendirikan dapur umum untuk membantu kebutuhan pangan para korban dan relawan yang bekerja membereskan dampak bencana. Lewat perbincangan via telepon pada Senin (26/8), Nissa berbagi sisi lain dari penanganan bencana pada femina, termasuk soal pemilihan menu sehat yang sarat kearifan lokal untuk korban bencana.

Sepertinya Posko Pesantren Ekologi Ath-Thaariq sibuk sekali di penanganan bencana banjir bandang Garut ini.
Sebelum banjir bandang Garut, saya sudah berpengalaman menangani bencana seperti bencana tsunami Pangandaran pada Juli 2006, gempa Cibeuleuit, dan juga banjir besar di Karawang. Jadi saya sudah bisa memetakan dengan cepat kebutuhan di lapangan. Saat banjir bandang ini terjadi, saya tiba-tiba seolah punya energi banyak untuk langsung terjun membantu ke lapangan. ‘Pasukan’ posko kami berjumlah sekitar 40-50 orang. Selain santri pesantren, kami dibantu relawan ALAM JABAR (Aliansi Mahasiswa Jawa Barat) dan warga di sekitar pesantren.

Dari mana Pesantren Ekologi Ath-Thaariq mendapatkan pasokan bahan pangan untuk dapur umum?
Di At-Thaariq, kami memiliki banyak sekali persediaan beras hasil panen sawah sendiri. Beras itu tidak pernah dijual, khusus digunakan untuk kebutuhan para santri dan guru. Dengan pola panen beras satu bulan sekali, persediaan beras terbilang menumpuk. Kami cukup aman pangan karena penghuni pesantren ini sudah terbiasa makan menu pangan alternatif. Sehari-hari, sumber karbohidrat di menu harian kami bukan hanya nasi, tapi juga ada jagung, saripati ganyong, atau ubi rebus.

Apa saja kebutuhan utama korban bencana banjir bandang Garut ini?
Berbeda dengan bencana lain seperti tsunami atau gempa, karakter bencana banjir ini harus dipahami dulu. Di Garut, setiap awal musim hujan seperti di awal September, hampir setiap hari hujan turun dan bisa dua kali sehari. Jadi, kemungkinan terjadinya banjir susulan di area lain, seperti Cikajang sangat besar. Energi relawan dan warga harus disimpan lebih lama. Kemungkinan akibat tingginya curah hujan adalah daerah-daerah jadi rawan longsor, akses-akses jalan terpotong oleh longsor.

Jadi, kebutuhan korban juga berbeda. Saat bencana gempa, kadang masih ada harta tersisa yang bisa dikais-kais. Korban banjir biasanya hanya memiliki baju di tubuh saja, semua harta lenyap tersapu banjir. Selain makanan sehat dan obat-obatan, korban butuh pakaian layak pakai, jas hujan, sepatu bot untuk melewati jalanan yang selalu becek. Senter juga sangat penting karena banjir telah menumbangkan tiang-tiang listrik di daerah mereka.

Bagaimana mengatasi kebutuhan air bersih layak minum pascabencana?
Setelah dihantam banjir, banyak sambungan pipa air pecah, sehingga tidak ada air bersih. Sumur-sumur juga banyak yang retak dan tertutup lumpur. Sumber air bersih layak minum juga sudah tidak ada kecuali air sumur timba. Semua orang minum dari air minum kemasan gelas atau botol. Ini memunculkan masalah baru, sampah plastiknya menggunung!

Kami menyarankan agar donor memberikan bantuan berupa air mineral dalam galon, bukan dalam kemasan gelas atau botol plastik untuk mengurangi sampah. Disadari atau tidak oleh masyarakat, ibarat lingkaran setan, sampah-sampah plastik inilah yang menghalangi aliran air dan jadi salah satu penyebab banjir tahunan.

Apa saja yang disiapkan oleh posko Pesantren Ath-Thaariq?
Selain tim dapur umum yang menyiapkan makanan sehat untuk dibagikan kepada korban dan relawan yang bekerja, kami juga memiliki tim untuk mendistribusikan pangan, serta bahan bantuan nonpangan, seperti selimut, alat mandi, dan baju.

Menu sehat seperti apa yang dibagikan dari dapur umum Ath-Thaariq?
Di situasi pascabencana, demi kepraktisan banyak bantuan yang disampaikan berupa makanan instan. Bayangkan jika korban harus makan mi instan tiga kali sehari, apalagi banyak korban anak-anak usia balita. Ini akan memunculkan penyakit baru! (Baca juga: Kontroversi Mi Instan)

Dapur umum kami memanfaatkan beras, sayuran, dan rempah dari sawah dan kebun sendiri untuk diolah jadi menu sehat seperti nasi timbel, nasi bakar tutug oncom, dan nasi uduk telang ungu. Beras dimodifikasi dengan serai dan daun salam. Selain kelelahan fisik, korban bencana juga mengalami stres. Ada unsur obat penenang dari herbal di menu nasi timbel itu. Misalnya, serai berfungsi mengurai ketegangan otot dan pegal-pegal. Sedangkan, daun salam bisa meningkatkan daya tahan tubuh para pengungsi dan relawan. (Baca juga: Kekuatan Superfood Lokal)

Pembuatan lauk-pauk di dalam nasi timbel juga tidak merepotkan. Misalnya ada telur goreng, balado teri dan kacang tanah, serta tempe goreng. Kandungan gizinya sempurna, ada protein hewani dari ikan teri. Protein nabati berasal dari oncom dan kacang. Semua dimasak tanpa MSG, tapi tetap ada rasa gurih yang berasal dari minyak teri. Ada juga sayuran yang bisa dikeringkan tapi tahan lama, seperti antanan, pegagan, dan kenikir.
Nasi timbel itu lalu dibungkus dengan daun pisang yang memberikan aroma khas dan menggugah selera makan. Kemasan organik seperti daun pisang akan diluruhkan alam. Jadi tidak menyakiti wilayah ini dengan tambahan sampah kertas dan plastik.

Kami juga mengadaptasi kearifan lokal masyarakat adat Sunda yang tinggal di daerah pegunungan. Nasi dibubuy, yaitu dibakar di dalam abu panas dan bisa dijadikan persediaan makanan saat tinggal di hutan. Di dapur umum, setelah nasi dibungkus daun pisang, nasi dioven atau dibakar selama 30 menit. Nasi akan tahan selama tiga hari. Daya tahan makanan juga memudahkan kami dalam pengelolaan stok dan distribusi makanan kepada pengungsi. Kami mendistribusikan lebih dari 750 bungkus nasi setiap harinya. Anda juga bisa mengadaptasi menu ini untuk menu sehat dan praktis di rumah. (f)


Topic

#BanjirGarut

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?