Sex & Relationship
Memahami Cara Aplikasi Perjodohan Bekerja

19 Sep 2018


Foto: Shutterstock
 
Sistem algoritme banyak digunakan dalam pengoperasian platform digital, mulai dari Google, Facebook, Instagram, hingga situs marketplace online. Algoritme memprioritaskan konten-konten yang tepat sesuai dengan minat user.
 
Begitu juga dalam online dating. Sistem algoritme membantu user mereka untuk bertemu dengan calon pasangan yang sesuai kriteria. Sistem kecocokan ini pun ditentukan berbeda-beda oleh masing-masing online dating. Misalnya, untuk aplikasi Tinder, kecocokan sistem match ditentukan berdasarkan foto profil, location based (jarak), dan kelompok rentang usia yang dipilih.
 
Itu sebabnya, Rosette Pambakian, VP of Communication Tinder, menyarankan agar user memasang foto profil semenarik mungkin. “Senyum tulus di dalam foto profil Tinder Anda bisa mendongkrak swipe kanan (yang artinya tertarik) hingga 14 persen,” katanya pada sebuah majalah gaya hidup.
 
“Tiap swipe orang lain terhadap profil kita juga merupakan proses untuk menghitung ‘desirability score’ kita,” ujar Chris Dumler, Data Analyst Tinder. Jadi, jika Anda mendapatkan 90% balasan swipe yes’, artinya bisa disimpulkan Anda adalah orang yang menarik. Algoritme yang diterapkan Tinder memang lebih berdasarkan pada penampilan fisik.
 
Namun, sebuah studi gabungan yang dilakukan Queen Mary University of London, Sapienza University of Rome, dan Royal Ottawa Health Care Group Found terhadap perilaku user Tinder di New York menyebutkan, user Tinder yang menambahkan sedikit informasi tambahan, seperti pendidikan atau pekerjaan, dalam biodata mereka, akan meningkatkan 58% jumlah pilihan match. Artinya, selain fisik, faktor inner qualities juga akan berperan besar dalam proses perjodohan.
 
Hal ini direspons oleh beberapa online dating yang mencocokkan algoritme mereka dengan fokus pada inner qualities lewat banyak pertanyaan yang harus diisi. Setipe. com misalnya, mewajibkan tes psikologi, atau eHarmony dan OKCupid dengan serangkaian pertanyaan tentang personality dan pandangan hidup.
 
Misalnya saja, jika seseorang mengharapkan pasangannya tidak merokok, maka sistem secara otomatis memfilter mereka yang memberi informasi bahwa dirinya merokok. Dengan kata lain, sistem akan menyodorkan kualitas seperti yang diharapkan oleh pengguna. Jika pengguna menginginkan calon pasangan yang memiliki agama yang sama, suku bangsa atau mencantumkan pendidikan terakhir, maka pilihan yang disodorkan akan disesuaikan dengan yang diharapkan.
 
Untuk memperluas pilihan, sistem juga akan mengajukan kualitas-kualitas yang tidak mutlak, tapi dinilai akan lebih baik jika orang tersebut memenuhinya. Dalam hal ini umumnya soal tinggi badan atau domisili sekota. “Makin memenuhi persyaratan, maka peringkatnya pun makin tinggi,” terang Razi Thalib, salah seorang pendiri Setipe.com.
 
Dengan banyaknya kesamaan, maka dikatakan oleh Razi, pasangan akan punya banyak bahan pembicaraan yang nyambung. “Soal hati atau cinta memang tidak bisa dikalkulasi. Tapi, makin merasa nyambung, maka akan tercipta kenyamanan yang mendukung kesuksesan perjodohan. Hingga saat ini, dari laporan yang diterima, Setipe. com telah berhasil menikahkan 305 pasangan dengan rata-rata peringkat kecocokan di atas 80%. (f)
 
Baca Juga:

Kiat Sukses Online Dating dan Rambu-Rambunya
Sering Gagal Lakukan Online Dating? Coba 5 Cara Berikut
Ini Yang Harus Diwaspadai Saat Online Dating, Belajar Dari Pasangan (Almarhumah) Indria Kameswari dan Muhammad Akbar yang Berkenalan Lewat Facebook


Topic

#perjodohan, #onlinedating

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?