Sex & Relationship
Alasan Mengapa Wanita Lebih Terobsesi Menikah

31 May 2016


Foto: Fotosearch

Belum punya pacar serius tapi sudah merancang pesta pernikahan impian. Baru satu bulan jadian sudah menanyakan keseriusan si dia. Melihat teman menikah bawaannya ingin segera dilamar. Wah, jangan-jangan kita mulai terobsesi untuk menikah, tuh!
 
Ingin dicap normal
Menurut psikolog Netty Hartati, wajar setiap manusia memiliki dorongan untuk menikah. “Pada dasarnya manusia punya hormon seksual untuk meneruskan keturunan. Jadi, obsesi menikah pada siapa pun yang (hidup) normal pasti ada. Memang ada juga, sih, yang malah terobsesi setelah teman-temannya banyak yang menikah,” jelas Netty.

Memasuki usia 25 tahun wanita cenderung mengkhawatirkan soal pasangan. Mereka ingin melepas masa lajang dengan alasan menyalurkan dorongan seksual serta memaksimalkan organ reproduksi. Tahu sendiri, kan, fungsinya bakal menurun begitu lewat dari 30 tahun. “Biasanya cewek mendekati usia 30 tahun bakal mengkhawatirkan soal pernikahan. Apalagi bila ditinggal menikah oleh teman-teman seusianya, pasti ada perasaan minder. Tambahan lagi dalam budaya kita, masyarakat memiliki image negatif terhadap perempuan yang nggak menikah,” imbuh Netty.

Berhubung lingkungan ikut memengaruhi perilaku seseorang, nggak heran timbul keinginan yang kuat—bahkan menjadi terobsesi—untuk segera menikah. Padahal, sih, belum tentu dia siap secara usia maupun materi karena yang penting sudah berlaku sesuai pandangan masyarakat umum.
 
Malu-malu mau
Dibanding pria, wanita lebih ‘jaim’ bila memang terobsesi untuk menikah.  Meskipun ngebet, dia nggak akan memperlihatkan obsesinya secara terang-terangan. “Sebagian besar perempuan bisa menyembunyikan perasaannya. Tapi, namanya terobsesi pasti dia punya keinginan kuat untuk menikah. Makanya segala cara dia lakukan supaya bisa menikah. Misalnya, dia jadi genit atau ingin selalu dekat-dekat dengan lawan jenis,” kata Netty.

Berdasarkan pengamatan Dr. Phil McGraw, mental health professional asal Amerika, seseorang yang desperate ingin menikah sering kali memberikan sinyal yang salah terhadap lawan jenis. “Anda bisa memberikan sinyal yang justru menakuti lawan jenis. Ingat, 7% komunikasi adalah verbal dan 93% sisanya nonverbal.”
Makanya, kalau nggak hati-hati, obsesi kini malah merugikan diri sendiri!
 
Salurkan, dong!
Jika kita memang sudah terobsesi, Netty menyarankan untuk segera merealisasikan keinginan tersebut. “Kalau memang dia mampu dan siap, laksanakan saja. Tapi kalau belum siap dan belum mampu untuk menikah, ya, mungkin bisa mengalihkan perhatiannya dari pernikahan. Cari, dong, kesibukan atau kegiatan-kegiatan lain sebagai pengalih pikiran.”

Lain halnya bila teman kita yang kebelet menikah. Sebagai teman, kita kudu mengingatkan dia agar lebih realistis. “Pernikahan, tuh, bukan sesuatu hal yang praktis atau simpel. Segala aspeknya perlu persiapan. Kalau belum siap, ya, jangan ‘dipaksa’ menikah. Bukan pula lantas membantunya mencarikan jodoh,” tegas Netty.

Percaya, deh, semua ada waktunya…. (f)
 
 


Topic

#menikah

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?