Profile
Usaha Ignatia Nilu, Kurator Artjog, Membumikan Seni Kontemporer

10 Oct 2018


Foto: Dok. Pribadi

Foto sebuah instalasi seni berupa terumbu karang berwarna-warni cantik dengan ikan-ikan kuning kecil yang berenang di atasnya ramai beredar di media sosial. Sea Remembers karya Mulyana Mogus ini menjadi instalasi pertama yang bisa dinikmati pengunjung Artjog begitu melewati pintu masuk bangunan prisma transparan yang mirip Museum Louvre di Paris.
 
Tidak hanya karya Mulyana yang terbuat dari rajutan benang wol yang terlihat sungguh luar biasa indah. Masih ada 53 seniman lainnya yang menampilkan karya mereka di Artjog 2018, pameran seni kontemporer yang berlangsung di gedung Taman Budaya Yogyakarta.
 
“Konsep kami berbeda dari format bursa seni lain di dunia yang umumnya mengundang galeri untuk berpartisipasi dan mengurasi seniman yang dipilihnya. Sedangkan untuk Artjog, kami cenderung langsung bekerja dengan seniman,” jelas kurator Artjog, Nilam Agusta Nugraeni, atau biasa dikenal dengan Ignatia Nilu.
 
Wanita asal Salatiga yang akrab dipanggil Nilu ini mengaku sangat menikmati rutinitas menjelang pameran. Ia akan menghubungi para seniman senior dalam dan luar negeri untuk ikut berpartisipasi dalam Artjog. Platform  Artjog dirancang sebagai agenda seni rupa kontemporer tahunan. Ide awalnya berasal dari Heri Pemad (CEO Artjog) yang membuat Jogja Art Fair (JAF - 2008) dan berganti nama menjadi Artjog di tahun ketiga penyelenggaraannya. Nilu sendiri mulai terlibat dalam penyelenggaraan Artjog sejak tahun 2014.
 
“Selain bekerja sama dengan seniman, kami juga bekerja dengan tim arsitek untuk mendesain ruang pamer dan mengorganisasi supporting staff yang jumlahnya mencapai 300 orang,” terang wanita yang mengidolakan seniman lukis Claude Monet, Van Gogh, dan Raden Saleh ini tentang persiapan ARTJOG yang memakan waktu setahun.
 
Kerja yang serba kompleks bagi Nilu adalah tantangan, karena seni kontemporer yang peminatnya sangat terbatas itu harus dapat merangkul dan mengedukasi publik. “Kami membuat curatorial tour untuk mendekatkan seni kontemporer kepada orang awam,” kata lulusan Hubungan Internasional dari Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta, ini.
 
Latar belakang pendidikan yang terlihat jauh dari dunia seni justru sangat berguna bagi pekerjaannya di seni. “Secara formal saya belajar banyak tentang bernegosiasi dan berdiplomasi. Melalui seni, relasi internasional antarnegara dan suku bangsa dapat terbangun dan terjalin,” kata wanita yang sempat menjadi wartawan seni dan memulai karier di seni rupa dari kerja pengarsipan, manajerial hingga kurator sejak tahun 2009.
 
Memasuki tahun penyelenggarannya yang ke-11, ARTJOG berhasil menggaet pengunjung dari latar belakang yang luas, baik dari publik seni dan nonseni. “Ini momentum yang menarik. Kehadiran museum penting untuk membawa masyarakat dalam memahami gagasan sains, filsafat, teknologi, dan lainnya,” jelas wanita yang juga gemar berolahraga ini. Baginya, seni adalah pengalaman dari kehidupan, dan kehidupan adalah bagian dari pengalaman berkesenian. “Everything you can imagine is real,” tutupnya, mengutip quote favoritnya dari sang idola, Pablo Picasso. (f)

Baca Juga:

Nin Djani, Mengangkat Sisi Humanis Ainun
Puji Purnama, Penata Gaya Makanan Dalam Film Aruna dan Lidahnya
Teddy Setiawan, Set Desainer Asal Indonesia yang Terlibat dalam Film Crazy Rich Asians
 

Faunda Liswijayanti


Topic

#profil

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?