Profile
Melissa Sunjaya, Berani Membisniskan Seni

1 Dec 2016


Foto: Dok. Pribadi

Motif abstrak yang menyerupai sel-sel mikroskopis itu terlihat indah diterapkan di tas berbahan kanvas. Siapa sangka, motif itu merupakan tafsir Melissa Sunjaya, pemilik brand Tulisan, terhadap puisi karya penyair legendaris Chairil Anwar. Selain ilustrasi, terselip pula kutipan puisi sang legenda yang ditulis dengan kaligrafi secara tersembunyi dan hanya dapat dibaca melalui lensa inframerah.

Brand lokal yang dikenal berkat produk kerajinan dalam bentuk tas dan aneka barang rumah tangga berbahan dasar kanvas ini tak pernah putus mengaplikasikan seni dalam produk-produknya yang fungsional. Meski harga Tulisan relatif mahal, nyatanya produk ini  tetap dicari konsumen hingga  kolektor. Membangun bisnisnya dari mimpi besar ingin membuat produk  kerajinan tangan dengan sentuhan khas Indonesia, Melissa berhasil mengolaborasi seni dan bisnis yang beretika.
 
“Tulisan adalah cita-cita saya sejak kecil untuk membuat produk buatan tangan Indonesia dengan sentuhan yang  berbeda. Sejak dulu ibu saya, Didi Hersubeno, selalu mendukung dan  melengkapi diri saya. Kami sering bekerja sama dalam beberapa proyek sebelumnya. Ibu adalah seorang home decorator yang autodidak, perfeksionis, dan wiraswasta yang tekun,” cerita Melissa tentang awal mula ia membangun bisnisnya.

Berangkat dari keinginan itu, muncul ide untuk membuat karya seni ilustrasi yang memakai bahan-bahan dan sumber daya dari Indonesia. Tidak semata-mata produk kerajinan tangan, Tulisan juga menyertakan seni dan memperhitungkan dampak lingkungan dari tiap produknya.

Tahun 2010, bermodal Rp5 juta, ia membeli bahan katun kanvas murni sebanyak 100 yard dari sebuah toko di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, yang menjual banyak bahan ekspor. “Kanvas yang saya  dapatkan adalah kualitas ekspor nomor satu yang harganya sangat mahal. Kanvas itu dipotong memakai pola yang tidak meninggalkan sisa sedikit pun,” katanya. Penggunaan bahan baku kualitas terbaik ini untuk memastikan produk Tulisan awet dipakai.

“Bahan-bahan tersebut kemudian disablon dan dikeringkan secara manual yang prosesnya butuh waktu dua minggu penuh,” tambahnya. Koleksi awal Tulisan terdiri atas tea towel, celemek (apron), dan sarung bantal yang dibuat di garasi rumah dengan menggunakan mesin jahit merek Singer, peninggalan nenek Melissa dari tahun 1940-an.

Sejak awal brand ini telah memosisikan produknya sebagai bentuk karya seni yang diaplikasikan pada barang-barang pakai sehari-hari, seperti baju, tas, aksesori, dan home décor. Posisi yang unik ini dipilih Melissa bukan tanpa alasan. Ia menginginkan semua produk Tulisan tidak hanya memiliki fungsi yang bisa menyesuaikan kebutuhan pemiliknya, tapi juga ada emosi yang mengikuti tiap produknya. “Nilai seni saya hadirkan lewat cerita yang menemani  tiap ilustrasi,” jelas Melissa, yang beberapa karyanya terinspirasi dari cerita rakyat Indonesia, seperti Lutung Kasarung, kisah cinta Roro Mendut, dan kisah Bawang Putih dan Bawang Merah.

Karya yang orisinal membuat  banyak  orang melihat Tulisan sebagai produk seni. Bahkan, tidak sedikit pelanggan yang mengoleksi produk Tulisan. Keunikan Tulisan adalah semua artwork-nya dimulai dari goresan tangan yang pengerjaannya bisa memakan waktu sampai 12 bulan. Ini pun belum termasuk  riset yang  Melissa lakukan untuk  tiap gambar yang ia buat. Hasilnya,  tiap artwork memiliki cerita fiksi atau jurnal yang berdasarkan riset nyata.

“Selain itu, dalam pemilihan warna, saya juga melakukan riset khusus mengenai tren warna untuk dua tahun ke depan,” kata wanita yang menggunakan beberapa teknik menggambar, antara lain pointillism, cross hatch, dan vignette, ini.

Dalam  tiap proses seni  ada tuntutan untuk mengekspresikan diri tanpa batasan dan menciptakan manifestasi seni yang bisa memberi arti kepada orang lain. Bagi Melissa, kedua tuntutan ini saling bergandengan, tidak bisa saling mendahului. Jadi, untuk terus memanen ide, ia harus peka pada hal-hal yang terjadi di lingkungannya. “Hal-hal yang sering  terjadi di depan mata harus bisa saya kupas lagi untuk dipandang dari sisi yang berbeda,” ungkapnya.

Sebaliknya, inspirasi yang ia dapatkan juga tidak bisa dibiarkan menjadi sebuah hiburan jiwa semata-mata. “Inspirasi ini harus saya bedah dan diusahakan untuk bisa memberikan inspirasi baru terhadap yang lain,” kata wanita yang akhir Oktober lalu meluncurkan koleksi terbaru untuk fall-winter 2016/2017 ini. (f)

Baca Juga:

Faunda Liswijayanti


Topic

#wanitahebat

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?