Food Trend
Suatu Pagi di Pasar Ikan Sydney

15 Nov 2011

Terdapat sejumlah tempat layak kunjung selama Anda menginjakkan kaki di Sydney, Australia. Mulai dari Opera House dan Habour Bridge yang kondang, The Rocks Weekend Market yang menjual aneka barang eksklusif, Blue Mountain untuk para traveler yang adventurer, Bondi Beach yang begitu hits kala summer, Bridge Climbing untuk uji nyali pada ketinggian, hingga Sydney Aquarium yang menyimpan koleksi 650 spesies hewan laut. Namun, satu lagi tempat lain yang layak masuk ke dalam itinerary, yakni Sydney Fish Market. Bukan sebuah ‘tempat wisata’ mainstream, tapi menawarkan pengalaman seru dan banyak objek menarik yang sayang dilewatkan, terutama bagi Anda pencinta dunia kuliner!
 
Hidangan berbasis seafood tampaknya memang begitu populer di Australia. Nggak di Melbourne, nggak di Sydney, hampir di tiap resto yang kami kunjungi, seafood, terutama ikan baramundi, salmon dan udang, adalah bintang utama di deretan main course. Selain tentunya steak,  yang jadi comfort food-nya orang Australia. Tak salah jika New South Wales Tourism menunjukkan wajah lain dari Kota Sydney, dengan mengajak saya mengunjungi pasar ikannya yang seru. Menelusuri asal-usul ikan sunguh memberi nilai lebih dari sekadar disuguhi  ikan yang sudah tersaji  di resto.

Saya melangkah ke Sydney Fish Market (SFM). Inilah pasar ikan (sebenarnya lebih tepat disebut pasar seafood) nomor dua terbesar di dunia, mengikuti popularitas pasar ikan Tsukiji di Tokyo. Ikan, kerang, udang, dan kepiting di sini terjual dalam skala besar, yakni mencapai 14.500 ton per tahunnya. Berfungsi pula sebagai pusat pelelangan ikan, kondisi SFM berbeda 180 derajat dari pasar ikan Muara Angke di Jakarta Utara. Tertata rapi, tidak becek, tidak ada bau tak sedap. Mata ‘disapa’ dengan aneka seafood segar berbagai bentuk dan warna yang berjejer rapi di atas meja. Mirip di supermarket. Lokasinya yang di tepi dermaga, di Bank Street, juga jadi tempat mangkalnya fisherman alias nelayan yang berlabuh. Jangan pandang mereka sebelah mata. Saya diceritakan tentang adanya keluarga yang kaya raya hanya karena secara turun- temurun menjadi nelayan.

SFM  mudah dijangkau dengan bus, monorail, atau metro light rail. Dibuka untuk umum setiap hari, kecuali Natal, dari pukul 7 pagi hingga 4 sore waktu setempat (waktu Sydney lebih dulu 4 jam dibanding WIB). Di dalam dan di luar SFM, juga jadi lokasi ngumpulnya tempat makan seafood. Sayang, hari masih terlalu pagi, sehingga tempat-tempat ini belum siap beroperasi. Lagi pula, perut saya rasanya belum siap untuk diisi.

Tapi, saya membayangkan serunya suasana saat deretan tempat makan ini sudah ‘hidup’. Mungkin mirip di Muara Angke. Para pembeli  tinggal menunjuk seafood pilihannya, kemudian diolah sesuai selera.  Yang berbeda tentu adalah kebersihan, suasana bersantap, dan (mungkin) kualitas seafood-nya. Pasti lezat sekali kalau menjadi sushi dan sashimi. Rasanya sudah jadi rahasia umum kalau seafood, terutama kerang hijau yang diambil dari perairan di sekitar Teluk Jakarta, memiliki cemaran limbah, terutama logam berat, yang cukup tinggi. Cerita suram dari tanah air yang cukup memprihatinkan.

Lila Muliani



 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?