Health & Diet
Cinta, Yang Dibutuhkan Penderita Alzheimer untuk Hidup Bahagia

19 Sep 2018


Foto : Dok. Pixabay
 
Teman kerja saya kerap terlambat tiba di kantor. Alasannya selalu soal ibunya yang kini menderita Alzheimer. Ibunya sering tiba-tiba menghilang dari rumah bila ada salah satu anggota keluarga lupa mengunci dan mencabut kunci pintu rumah. Masalahnya sang ibu kerap kali lupa jalan pulang. Yang tak kalah membat pusing, sang ibu menuduh pembantu mencuri barang-barangnya, padahal barang-barang tersebut hanya terselip di suatu tempat. Pertengkaran antar kakak adik pun tak terelakkan karena ibu mereka mengatakan sering tidak diberi makan oleh anak bungsunya.
 
Menurunnya memori proses berpikir, berperilaku, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari adalah gejala demensia menurut World Health Organization (WHO). Meski demensia umumnya dialami oleh orang berusia di atas 60 tahun, namun demensia  bukan bagian normal dari penuaan. Demensia adalah sindrom yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah penyakit Alzheimer. Alzheimer menyumbang 60 – 70 persen yang menyebabkan seseorang menderita demensia. Sisanya berasal dari demensia akibat stroke dan penyumbatan pembuluh darah (demensia vaskuler), dan  lainnya.
 
“Orang yang menderita Alzheimer belum tentu mengalami demensia,” ujar dr. Rocksy Fransisca, SpS, neurologist dari Memory and Aging Clinic Siloam Hospitals Lippo Karawaci. Sebab Alzheimer memiliki tingkatan seperti kanker yang memiliki stadium. Pada tingkatan tertentu, baru seseorang sampai pada tahap demensia. “Misalnya seorang guru yang menderita Alzheimer, kalau masih bisa mengajar berarti ia belum sampai demensia. Kalau sudah tidak bisa mengajar berarti ia telah sampai pada demensia,” tambah dr. Rocksy.
 
Fase Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah tahap awal Alzheimer.  Fase ini adalah tahap sebelum atau pra-demensia Alzheimer. Tandanya, penderita lupa pada peristiwa yang baru terjadi. Ia juga mulai lupa meletakkan benda-benda, seperti kunci rumah, kaca mata, dan barang  yang digunakan sehari-hari. “Kemudian fungsi eksekutifnya mulai terganggu. Misalnya yang hobi memasak mulai lupa bahan dan langkah-langkah memasak,” jelas dr. Rocksy. Terganggunya fungsi eksekutif ini juga menandakan penderita mulai masuk ke tahap demensia ringan.
 
Meski  tampak mengkhawatirkan dan membuat orang lain bingung, pada tahap ringan ini penderita masih dapat menjalani latihan fisik seperti olahraga dan  kegiatan yang memicu otak untuk bekerja. Misalnya brain gym, mengisi TTS, atau menari. Selain itu dokter akan memberikan obat. Pemberian aktivitas fisik dan obat bukan bertujuan untuk menyembuhkan tetapi memperbaiki gejala demensia. Karena Alzheimer belum bisa disembuhkan.
 
Jarak antara satu tahap ke tahap yang lain berbeda pada setiap orang. Terapi fisik dan obat hanya memperlambat fase itu.  Setelah fase ringan, ada fase sedang, sedang berat, hingga fase sudah sangat berat.
 
Di otak penderita Alzheimer terdapat  plak yang menyebabkan volume otak menciut. Bagaimana plak itu terbentuk, dunia kedokteran belum bisa memecahkan misteri itu. Jika seorang anggota keluarga telanjur menderita Alzheimer, maka anggota keluarga yang lain perlu membantu pasien menjaga kualitas hidup mereka sebab menciutnya volume otak membuat seseorang kesulitan mengolah berbagai informasi. Kesulitan mengolah informasi ini menyebabkan pasien kesulitan memahami perkataan orang lain dan kesulitan berbicara dengan orang lain.
 
Dokter tidak dapat dengan serta merta menentukan adanya penyakit Alzheimer hanya dengan melihat gejalanya. Tes Neurobehaviour seperti tes membaca, menulis, mengingat, dan berhitung perlu dilakukan untuk memastikan apakah gejala yang muncul adalah gejala Alzheimer. Setelah melakukan tes ini dokter pun masih akan melakukan tes penunjang seperti MRI atau pemeriksaan laboratorium lain. Setelah yakin pasien menderita Alzheimer, maka dokter akan menentukan pasien sudah berada di fase apa. Sejak penentuan fase Alzheimer inilah pihak keluarga perlu mendampingi pasien. Keluarga dan orang terdekat pasien harus memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada penderita Alzheimer.
 
Keluarga  perlu menganggap pasien sebagai manusia yang sama dengan sebelum ia menderita Alzheimer. Bagaimana pun ia adalah manusia yang utuh. Cara pandang ini   penting sebab pasien Alzheimer meski kesulitan berpikir namun ia masih bisa merasakan. Itu sebabnya terkadang pasien lebih merasa dekat dengan dokter atau care giver-nya dibanding keluarganya sendiri karena ia merasa dokter dan perawatnya lebih paham apa yang ia alami. “Saya sering disebut teman dekat pasien dan pasien malah lupa dengan anak-anaknya,” kenang dr. Rocksy.
 
Penderita Alzheimer kadang-kadang masih dapat mengingat kenangan indah di masa lalunya. Misalnya lagu favorit saat masih berpacaran dengan suami. Saat diputarkan lagu itu, penderita Alzheimer dapat kembali menyanyikannya karena merasa seperti masih berada di masa ketika peristiwa itu terjadi.
 
“Otak kita lebih kuat mengingat peristiwa yang indah dan menyenangkan. Itu sebabnya penderita Alzheimer kadang masih bisa mengingat lirik lagu lama yang pernah mengiringi masa-masa indahnya. Keluarga dapat mengajak pasien untuk bernyanyi bersama untuk mengaktifkan kembali fungsi otak,” ujar dr. Rocksy. Hal ini bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Jika pasien ingat gerakan tarian,  maka ajaklah pasien menarikan tarian yang disukainya. Melakukan kegiatan menyenangkan dapat membantu pasien memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
 
Penderita Alzheimer lebih baik diurus oleh anggota keluarga sendiri. Namun anggota keluarga kadang tidak bisa mendampingi pasien Alzheimer setiap waktu. Menurunnya kemampuan pasien untuk melakukan segala hal sendirian membuat pasien perlu bantuan orang lain. Memilih caregiver yang tepat adalah penting. Caregiver penderita Alzheimer harus mengerti seluk-beluk penyakit ini dan mengerti cara mengatasi pasien ketika berperilaku aneh.
 
“Yang dibutuhkan oleh seorang penderita Alzheimer adalah cinta. Maka caregiver harus memiliki cinta dan kesabaran ekstra untuk mengurus pasien, karena  tingkat stres caregiver penderita Alzheimer sangat tinggi,” tambah dr. Rocksy. (f)
 
Artikel ini pernah tampil di majalah Pesona Edisi Juli 2017 dengan judul ‘Yang dibutuhkan adalah Cinta’ (Penulis: Tenni Purwanti).

Baca Juga: 

Klinik yang Memahami Kebutuhan Lansia Makin Dibutuhkan
Cara CERDIK Cegah Alzheimer 
Indonesia Menjadi Panutan Dalam Meningkatkan Kesadaran Penyakit Alzheimer

Faunda Liswijayanti


Topic

#alzheimer, #demensia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?