Health & Diet
Alasan Mengapa Berat Tubuh Ibu Hamil Harus Bertambah

9 Nov 2018


Foto: Shutterstock

Mungkin di antara Anda belum banyak yang mendengar istilah stunting. Menurut UNICEF, stunting adalah persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan dengan tinggi badan di bawah minus (untuk stunting berat dan sedang dan minus 3 stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak dari WHO.
 
Secara garis besar, stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan konsumsi gizi yang kurang dalam waktu lama. Ironisnya, Indonesia saat ini menempati urutan ke-5 dari negara-negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting.
 
Peran ibu menjadi sangat besar untuk menghapuskan stunting. Mengapa isu stunting begitu krusial?
 
Stunting meningkatkan potensi terhambatnya pertumbuhan otak dan risiko terkena penyakit degeneratif di usia dewasa kelak, maka ketika kita bicara dalam konteks yang lebih luas, kita bicara tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. “Masalahnya, data Riskesdes 2013 menunjukkan, BBLH dan PBLH kurang dari normal ini bukan hanya dialami masyarakat miskin, tetapi juga masyarakat kelas menengah dan atas,” kata Prof. dr. Endang Laksminingsih, MPH., Dr. PH, dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
 
Sebenarnya, ada banyak hal yang sudah dilakukan pemerintah. Untuk menurunkan kejadian anemia misalnya, ada program pemberian tablet penambah darah yang diminum satu tablet per minggu. Program ini juga menjangkau anak-anak sekolah. “Karena data menunjukkan, 20 persen remaja putri ternyata mengalami anemia,” kata Endang.
 
Menumbuhkan kesadaran bahwa anemia berbahaya masih butuh kerja keras. Alasan lupa minum tablet, sering disampaikan. Bisa jadi , hal ini karena masih banyak yang belum memahami, bahwa anemia tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri, tapi juga akan melahirkan anak dengan kualitas kesehatan dan kemampuan kognisi yang rendah.
 
“Yang juga penting adalah kesadaran bahwa selama kehamilan seorang wanita harus mengalami pertambahan berat badan yang memadai. Pertambahan berat badan jadi indikator bahwa ketika berat badan ibu meningkat, maka berat badan janin pun mengalami tumbuh kembang yang baik. Normalnya, kenaikan berat badan ibu hamil adalah 12,5 kilogram,” ujar Prof. Endang.
 
Begitu pentingnya indikator berat badan, para ibu maupun calon ibu perlu memahami bahwa membuat tubuh terlalu kurus, apalagi dengan alasan penampilan, dengan diet-diet sembarangan, berdampak panjang. Ibaratnya, ada nasib keturunan kita yang dipertaruhkan. “Terlalu gemuk berisiko pada kesehatan, demikian juga bila terlalu kurus,” ujar Prof. Endang.

Pola makan seimbang, disebut Prof. Endang, menjadi cara terbaik untuk mencegah stunting.
 
Selama ini kita mungkin sudah mengenal panduan mudahnya, yaitu kampanye Isi Piringku. Kampanye ini menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri atas 50 persen buah dan sayur, sementara 50 persen berikutnya adalah sepertiganya lauk dan dua pertiganya adalah makanan sumber karbohidrat. “Pada periode kehamilan perlu menambah satu Isi Piringku lagi untuk konsumsi makanan tiap hari,” kata Prof. Endang.
 
Diet yang baik adalah yang seimbang, karena tidak ada satu pun jenis makanan yang bisa memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. “Karbohidrat harus ada karena digunakan untuk mendapatkan energi secara instan. Memang ada sumber energi lain selain karbohidrat, yaitu lemak dan protein. Namun, untuk memecah lemak dan protein menjadi energi, tubuh perlu energi juga yang pada akhirnya membuat beban ginjal dan hati makin berat,” ujar Prof. Endang.
 
Bukan hanya si ibu, bayi yang baru lahir perlu mendapat perhatian. “Ada dua hal penyebab terhambatnya pertumbuhan seorang anak, yaitu asupan makanan dan infeksi penyakit.” Untuk bayi usia 0 sampai 6 bulan, makanan terbaik mereka adalah AS I yang diberikan secara eksklusif. Pemberian ASI pun tidak bisa dibatasi, melainkan segera susui bayi ketika membutuhkannya. Setelah berusia 6 bulan, baru ditambahkan makanan pendamping ASI karena ASI saja sudah tidak lagi cukup.
 
“Seorang ibu yang memberikan AS I per hari sebanyak 550 cc untuk bayi di bawah usia 12 bulan, maka si bayi akan mengalami kekurangan protein sebanyak 40 persen,” kata Prof. Endang. Karena itu, makanan pendamping ASI, selain mengandung gizi seimbang juga harus mengandung protein hewani yang cukup. Protein hewani mengandung asam amino esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Padahal, protein sangat penting untuk pembentukan dan regenerasi sel-sel.
 
Selain defisit protein, bila hanya diberikan ASI, maka si bayi akan kekurangan zat besi sebesar 90 persen! Sedihnya, menurut Prof. Endang, ada bayi yang mengalami anemia. Padahal, bayi yang anemia akan mengalami penurunan IQ hingga 12 poin.
 
Dari manakah sumber asam amino esensial dan zat besi tersebut? Dari protein hewan, seperti daging, ayam, juga ikan. Berkaitan dengan ikan, Femina Group bersama Kantor Staf Kepresidenan, mengadakan Lomba Masak Ikan Nusantara sebagai kampanye makan ikan yang bisa menjadi salah satu solusi gizi buruk. Sedangkan untuk mencegah infeksi, Prof. Endang menegaskan, anak harus mendapatkan imunisasi lengkap serta menjaga kebersihan dasar, seperti mencuci tangan sebelum makan atau usai beraktivitas di luar ruangan, dan mengenakan alas kaki agar anak tidak terkena cacingan. (f)

Baca Juga:

Lakukan 5 Langkah ini, Agar Terbebas dari Stres
Gula Darah Terlalu Tinggi Atau Terlalu Rendah Sama-sama Berbahaya
Ini Tanda-tanda Anda Terancam Stroke

 


Topic

#kesehatan, #ibuhamil, #stunting

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?