Career
Bahagiakah dengan Pekerjaan Anda? Ini 3 Tanda Anda Bahagia

17 Apr 2017


Dalam daftar tahunan Google In Search sepanjang 2015, ada kategori baru, yaitu “Bagaimana Cara”. Yang menarik, di Indonesia, “Lebih Bahagia Bekerja di Kantor” menjadi pencarian ke-8 terpopuler dalam kategori ini. Bahkan, pencarian ini sempat menjadi yang tertinggi di bulan Oktober. Sebuah pertanyaan baru pun muncul, apakah orang Indonesia merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka?
 
Menurut survei yang diadakan Gallup, perusahaan konsultan manajemen di Amerika Serikat, pada tahun 2013, sekitar 13% karyawan merasa tidak bahagia dengan pekerjaan mereka. Survei tersebut diadakan secara global dan diikuti oleh 180 juta responden. Dalam perjalanan karier kita, tentu kita menyadari, apa pun alasan kita mengundurkan diri dari pekerjaan lama, baik itu gaji yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, maupun lokasi kantor yang lebih dekat dari rumah, alasan utama di balik itu tentu adalah kita ingin mencari kebahagiaan.
           
Menurut Tuti Indra Fauziansyah, psikolog karier dari Iradat Consultant, ini adalah hal yang wajar. Jangan lupa, rata-rata waktu yang kita habiskan untuk bekerja adalah 8 – 9 jam. Itu sekitar sepertiga dari hidup kita dalam sehari. “Kalau seseorang merasa tidak bahagia di pekerjaannya, pasti itu akan berdampak besar terhadap kehidupan pribadi dan emosinya,” papar Tuti.
         
Dalam buku The How of Happiness, psikolog Sonja Lyubormirsky menggambarkan kebahagiaan sebagai pengalaman sukacita, kepuasan, atau sejahtera yang dikombinasikan dengan perasaan bahwa hidup kita baik, bermakna, dan berharga. Kesannya sederhana memang. Namun, apa yang ada di dalam hati kita, bahagia atau tidak bahagianya  kita, tentu hanya kita sendiri yang tahu.
           
Di lingkup pekerjaan, Tuti menjabarkan beberapa ciri orang yang bahagia:
  1. Bersemangat. Salah satu indikator sederhananya adalah ia tidak pernah datang terlambat. Kalaupun ia datang terlambat, ia biasanya memiliki alasan logis dan personal yang sudah terlebih dahulu ia komunikasikan kepada atasan, rekan kerja, maupun anak buahnya. “Orang yang bersemangat selalu menunjukkan antusiasme ketika melakukan pekerjaannya, bahkan ketika ia menemui kondisi tersulit sekalipun,” ujar Tuti.   
  2. Optimistis. Orang yang optimistis selalu fokus mencari solusi dari  tiap masalah. Ia tidak mau menghabiskan energi mencari-cari penyebab masalah atau orang untuk dijadikan kambing hitam. “Baginya, tidak ada masalah tanpa jalan keluar. Bahkan, ia melihat sebuah masalah sebagai cara untuk meningkatkan kompetensi dan jalan untuknya ‘naik kelas’,” jelas Tuti.
  3. Kreatif. Dalam rapat, ia selalu antusias menyampaikan ide-ide baru untuk memberikan output yang lebih optimal dan menyegarkan.
Secara umum, ada tiga hal besar yang memengaruhi dan menentukan kebahagiaan seseorang di kantor. Yang pertama adalah value pribadi dan perusahaan, sejalan. Value atau nilai adalah hal-hal di dalam hidup yang kita anggap penting. Dalam konteks karier, value adalah sesuatu yang memberi tujuan atau makna dalam bekerja bagi individu yang menjalaninya.

Career value orang bisa bermacam-macam. Seseorang dengan career value materi bisa terpuaskan dengan gaji atau tunjangan besar. Sementara, orang yang memiliki career value kompetensi baru bisa merasa bahagia dengan tantangan-tantangan pekerjaan yang terus meningkat.
Value berkaitan dengan kebutuhan. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, tentu ia akan merasa lapar. Kalau lapar, ia pasti merasa terganggu dan akan merasa tidak seimbang.

 Karena itu, perbedaan nilai-nilai antara diri seorang karyawan dengan perusahaannya dapat menyebabkan konflik. Konflik yang berkaitan dengan nilai biasanya lebih mendalam dan sulit diselesaikan karena akan terus menyebabkan rasa hampa atau keresahan. Akhirnya, yang terjadi kemudian adalah konflik batin. “Kalau ada konflik, internal maupun eksternal, bagaimana kita mau bahagia?” papar Tuti.

Yang kedua adalah lingkungan. Seseorang bisa merasa bahagia jika ia merasa nyambung dengan lingkungan tempatnya bekerja. Lingkungan di sini bisa berarti lingkungan sosial, pola hubungan atasan-bawahan, serta corporate culture dari perusahaan tempatnya bekerja.

Kita tidak dapat memungkiri, manusia adalah makhluk sosial. Jadi, tak mengherankan jika hasil penelitian Gallup menemukan bahwa orang-orang yang memiliki teman dekat di kantor dapat menjadi lebih produktif dan terikat dengan perusahaannya.

Menurut penelitian tersebut, 43% karyawan yang memiliki teman dekat di kantornya merasa lebih sering mendapatkan penghargaan atau pengakuan atas kerja mereka. Sementara, 37% mengatakan bahwa mereka memiliki seseorang yang mendukung dan mendorong perkembangan mereka.
Sebuah survei yang dilakukan Institute of Leadership & Management juga mengatakan, 42% karyawan merasa bahwa punya hubungan baik dengan rekan kerja adalah motivator terbaik untuk bekerja lebih baik.

Selain pertemanan, atasan juga memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang tak hanya profesional, tapi juga menyenangkan. Tahun lalu, forbes.com memuat hasil survei Employee Retention yang dilakukan oleh TINYpulse, sebuah employee engagement firm. Survei tersebut menunjukkan, micromanagement dapat membuat karyawan teladan ‘lari’ dari pekerjaannya.

Dilakukan terhadap 400 pekerja full-time di Amerika Serikat, survei tersebut menemukan hubungan yang kuat antara kepuasan bekerja karyawan dengan kebebasan membuat keputusan bagaimana mereka melakukan pekerjaannya. Sebanyak 28% mengatakan, kontrol yang terlalu ketat dari atasan akan membuat mereka berpikir untuk mencari pekerjaan baru.  

Faktor ketiga adalah pekerjaan itu sendiri. Apakah pekerjaan itu relevan dengan minat atau keahlian kita? “Ketika job desc menuntut kita mengerjakan apa yang menjadi minat dan keahlian kita, biasanya kita akan termotivasi atau makin bersemangat mengerjakannya karena merasa bisa. Biasanya, masalah seseorang ‘terjebak’ dalam pekerjaan yang tidak sesuai minatnya dimulai dari tidak tepat memilih jurusan ketika kuliah,” ungkap Tuti.(f)
 
 


Topic

#TipKarier, #Bahagia

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?