26 Feb 2014

Ajeng: Cinta Seni Sejak Kecil
Ajeng Kamaratih (26) begitu peduli pada budaya Indonesia karena sejak kecil ia telah bergelut dengan seni. “Sejak usia 4 tahun, hari-hari saya dipenuhi jadwal kursus piano klasik, vokal, dan tari balet,” cerita Ajeng. Berawal dari situlah kecintaannya pada seni tumbuh. “Tiap kali merasa sedih, saya bisa menumpahkan perasaan sedih itu dengan bermain piano. Kedekatan saya dengan musik juga membuat saya bisa lebih mengontrol emosi,” akunya.

Kelak, kemampuan mengontrol emosi ini amat mendukungnya ketika menjalani profesinya sebagai news anchor. “Yang biasa terjadi saat liputan adalah masalah teknis yang bisa membuat semangat menjadi down apabila emosi tidak terkelola dengan baik. Atau, ketika tengah live report konsentrasi bisa terganggu oleh teriakan-teriakan masyarakat yang ikut menonton. Emosi harus terkontrol dan tetap fokus untuk menghindari kesalahan,” paparnya.

Suatu hari, di tahun 2001, Ajeng menantang dirinya mengikuti ujian yang diselenggarakan lembaga kursus yang diikutinya, Vienna Music, yang bekerja sama dengan Associated Board of the Royal Schools of Music, London, Inggris. Hasilnya, ia dianugerahi predikat ‘pass with distinction’ (lulus dengan nilai hampir sempurna) dari asosiasi bergengsi tersebut.  Setelah itu, ia memilih menekuni piano beraliran etnik dan jazz.

Keahliannya bermusik tak ingin ia nikmati sendiri, karena Ajeng juga terpanggil untuk membagikan ilmunya kepada anak-anak berusia di bawah 6 tahun, sejak tahun 2009 lalu. “Motivasi saya mengajar itu bukan mencari uang, tapi lebih pada rasa ingin berbagi,” ungkap wanita kelahiran 16 Agustus 1986 ini. Ajeng ingin anak-anak bisa mencintai dan mengapresiasi seni sedini mungkin.

Selain piawai bermain piano, Ajeng juga jago menarikan berbagai tarian daerah, mulai dari tari Bali, Jawa, Padang, Betawi, hingga Aceh. Keahlian ini mengantarkannya menjadi duta kebudayaan bersama kelompok Bina Vokalia  keliling Amerika pada tahun 1997. “Sejak kecil saya sudah kagum pada budaya Indonesia yang beragam. Saya ingin membuktikan bahwa budaya Indonesia bisa mendunia juga,” tandasnya. 

Tak hanya tarian daerah, sepanjang tahun 2005-2007, Ajeng juga malang- melintang di berbagai pentas pertunjukan balet di bawah arahan koreografer asal Singapura saat dirinya bergabung dalam Special Class Jazz Ballet, Namarina Dance Academy. “Lewat seni, saya bisa mengekspresikan diri saya yang tak bisa disampaikan lewat kata-kata. Ketika saya menari, saya merasa diri saya ‘hanyut’ dan bebas berekspresi,” ungkap Ajeng.

Sekalipun sibuk melewati sebagian besar waktunya di bidang seni, Ajeng tetap memprioritaskan sekolah. Ia membuktikannya dengan lulus sebagai juara umum dari SMA Tarakanita I, tahun 2004. Ia juga lulus dengan IPK memuaskan, 3,34, dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia. “Prinsip saya adalah melakukan apa pun harus dengan totalitas dan penuh kecintaan sehingga bisa memperoleh hasil terbaik dan menjadi inspirasi bagi orang lain,” tuturnya.

Di sela kesibukannya bekerja sebagai news anchor, Ajeng kini tengah sibuk dengan persiapan peliputan pemilu 2014 dan menjadi produser kampanye Miss World 2013 dalam segmen khusus ‘Diary Miss World’ di rangkaian program Seputar Indonesia. Ajeng juga membimbing Vania Larissa, Miss Indonesia 2013, dalam persiapan menghadapi ajang Miss World 2013 yang akan digelar di Bali dan Jakarta, September mendatang. (REYNETTE FAUSTO)