True Story
Siraman Air Keras Meluruhkan Wajah Reshma Qureshi, Bukan Semangatnya

12 Apr 2017


Foto: Lucas Jackson (Reuters), SBS.com.au 


September 2016 lalu, Reshma Qureshi (19) dari India membuka pergelaran busana untuk desainer Archana Kochhar di ajang New York Fashion Week (NYFW). Ia berjalan di catwalk dengan penuh percaya diri. Siapa sangka, dua tahun sebelumnya ia tak berani bertemu orang karena wajahnya rusak parah akibat siraman air keras. Reshma kehilangan satu mata dan separuh wajahnya melepuh karena peristiwa itu. Ia pernah berada di titik terendah hingga terpikir untuk bunuh diri. Kini, sebagai duta Make Love Not Scars, Reshma menemukan tujuan hidup baru yang memberdayakan.
 
DENDAM KAKAK IPAR
Peristiwa nahas yang menimpa Reshma terjadi pada 19 Mei 2014. Saat itu Reshma dan kakak perempuannya, Gulshan, menaiki kereta dari tempat tinggal mereka di Mumbai menuju Allahabad di Uttar Pradesh. Reshma akan menjalani ujian studi komprehensif Alquran. Sesampainya di stasiun, tiga laki-laki mencegat mereka. Salah satunya, suami Gulshan yang kerap melayangkan kekerasan fisik pada istrinya.

Tak tahan lagi menerima siksaan suaminya, setahun lalu Gulshan memilih untuk meninggalkan pria bengis itu dengan membawa serta putri mereka yang masih berusia dua tahun. Sementara putra sulung mereka, terpaksa tinggal karena tidak diperbolehkan oleh suaminya. Tak ingin kedua anaknya tumbuh dalam bayang trauma dan ketakutan akibat tindakan kekerasan suaminya, Gulshan mengajukan permohonan cerai ke pengadilan. Hal ini memicu api kemarahan dan dendam di hati suaminya.

Melihat botol di tangan sang suami, Gulshan langsung menyadari bahaya yang mengincar dirinya dan sang adik. Ia pun berusaha merebut botol berisi cairan air  keras itu dari tangan sang suami, hingga muncratan air keras mengenai tangan dan punggung Gulshan. Di tengah rasa kesakitan itu Reshma masih mendengar kakaknya menyuruhnya berlari menyelamatkan diri.

Namun, upaya itu dicegah oleh dua laki-laki teman kakak iparnya. Dengan kuat mereka menarik rambut panjangnya, mendorongnya hingga jatuh, dan menyiramkan air keras ke wajah Reshma, sebelum akhirnya kabur. Tinggallah Reshma dengan separuh wajah melepuh, berteriak kesakitan oleh sengatan panas air keras yang membakar kulit dan daging di wajahnya.

“Saat itu saya tak paham apa yang terjadi. Yang saya tahu, sakitnya sungguh tak tertahankan sampai ingin mati saja. Saya dan kakak berteriak-teriak minta tolong. Banyak orang melihat peristiwa itu, tapi tak satu pun yang tergerak membantu. Mereka hanya diam memandangi kami,” kenang Reshma, pahit.

Rasanya waktu berlalu begitu lama sampai akhirnya seorang pria datang dan mengantarkan kakak beradik itu dengan motornya. Luka bakar Reshma baru ditangani berjam-jam setelah kejadian. Ia diperiksa dahulu oleh dokter lokal, baru dibawa ke rumah sakit  besar. Ia juga harus meladeni pertanyaan-pertanyaan dari polisi.

“Saya gemetar kesakitan. Di rumah sakit, wajah saya sudah membengkak. Saya kehilangan mata kiri. Berhari-hari saya tidak bisa tidur. Kelopak mata kanan saya tertarik kencang hingga saya tak bisa memejamkan mata. Inilah hari-hari terburuk yang menghantui saya begitu lama,” cerita Reshma, membuka trauma lamanya.
 
WAJAH BARU
Reshma Banoo Qureshi adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya seorang sopir taksi. Reshma adalah kesayangan keluarga. Ia ceria dan ceriwis. Sejak dulu, ia gemar berdandan. Sebelum tragedi air keras ini menimpa Reshma, ia baru saja meluruskan rambut dan membeli kosmetik karena tak lama lagi ia ingin menghadiri pesta perkawinan kerabatnya.

Namun, kenyataannya jauh berbeda. Bukannya bersenang-senang di pesta, Reshma harus terbaring di rumah sakit selama dua bulan. Ia juga menjalani serangkaian operasi, termasuk pengangkatan kelopak mata kiri yang meleleh dan perbaikan struktur mulut. Bukan hanya Reshma yang tersiksa, keluarganya juga amat terpukul. Ibunya pingsan ketika pertama kali melihat wajah Reshma yang rusak.

“Bangsal luka bakar di rumah sakit itu bagai neraka dunia. Tiap saat, penderita luka bakar dibawa masuk dan keluar. Tempat itu tidak cocok untuk gadis belia seperti Reshma,” tutur sang ibu. Kakak laki-lakinya berkomentar, “Mantan ipar saya yang melakukan hal ini tahu bahwa Reshma adalah kesayangan keluarga. Ia sadar, menyakiti Reshma berarti mematahkan hati seluruh keluarga kami.”

Belum selesai mengelola rasa duka, keluarga sederhana yang mengandalkan pemasukan dari sopir taksi itu harus menghadapi biaya pengobatan yang membengkak. Sebenarnya, pemerintah India memiliki peraturan untuk memberikan kompensasi pada penyintas penyiraman air keras sebesar Rs 3 Lakh atau sekitar Rp60.000.000. Namun, kompensasi yang dituntut keluarga Reshma tak kunjung turun. Mereka terpaksa berutang ke sana kemari untuk membayar biaya rumah sakit  dan operasi.

Jumlah kasus penyiraman air keras di India memang tinggi. Menurut Kementerian Dalam Negeri India, sejumlah 309 kasus dilaporkan pada tahun 2014. Namun, angka ini diperkirakan masih jauh dari sebenarnya, yakni sekitar 1.000-1.500 kasus per tahun. Pelakunya rata-rata pria, sementara targetnya wanita. Dari urusan cinta ditolak, suami yang merasa diabaikan, sampai perselisihan antarkeluarga, wanita kerap menjadi sasaran kemarahan dan balas dendam.

Wajah wanita menjadi incaran karena, walaupun mungkin kerusakannya tidak mematikan, wajah yang rusak adalah pukulan berat bagi wanita. Tujuan utama para pelaku adalah menghancurkan kepercayaan diri targetnya sehingga tak berani bersosialisasi dan membuat keluarganya ikut menanggung beban serta malu.  

Reshma yang menghabiskan waktu lama di rumah sakit, menjalani operasi berkali-kali dan mengetahui keluarganya tak punya biaya untuk membayar, berada di titik terendah hidupnya. Ia depresi berat. “Saya merasa ingin mati. Emosi saya saat itu benar-benar parah. Saya benci pada semua orang,” ungkapnya. Berkali-kali ia bertanya, “Tuhan, mengapa hal ini terjadi pada saya?”

Merasa hidupnya tak lagi berguna, ia sempat beberapa kali melakukan usaha bunuh diri. Kedua orang tuanya harus berjaga sepanjang malam untuk memastikan bahwa putri kesayangan mereka itu tidak melukai diri sendiri. Di saat inilah, Reshma berkenalan dengan Ria Sharma, pendiri NGO Make Love Not Scars, yang memelopori gerakan #EndAcidSale di India.

Dari Ria, ia belajar bahwa organisasi ini berjuang mendesak pemerintah untuk menghentikan penjualan bebas air keras. Hingga kasus yang menimpa Reshma tidak terulang lagi pada wanita-wanita India lainnya. Di saat yang sama, Ria juga mengadakan penggalangan dana untuk biaya rumah sakit Reshma serta mencarikannya pengacara.

“Sebelum mengalami tragedi ini, saya tak pernah mendengar soal kasus penyerangan dengan air keras,” ujar Reshma. Kepadanya, Ria menunjukkan foto-foto para penyintas lainnya dengan kondisi yang lebih parah darinya. Melihat ini, kesadaran diri Reshma tersentak. Saat itu juga ia memutuskan untuk berjuang dan melakukan sesuatu bagi mereka.

“Hidup ini terlalu indah, karena itu jangan menyerah,” tutur Reshma, mengulangi kata-kata Ria yang berhasil membangkitkan semangatnya. “Saya setuju dengannya,” tegas  Reshma, yang secara perlahan mulai membangun lagi kepercayaan dan konsep dirinya yang sempat luluh lantak.
 


Topic

#KisahSejati

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?