True Story
Romantisisme Baru Sophie & Justin Trudeau

23 Jul 2016


 
Beberapa hari sebelum G7 Summit di Jepang, Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau (44), mengambil cuti untuk merayakan anniversary-nya yang ke-11 dengan istrinya, Sophie Grégoire Trudeau (41). Keduanya kabur sejenak dari hiruk pikuk media internasional, dan menyepi di sebuah ryokan atau hotel tradisional Jepang, dengan biaya sendiri. Meskipun keduanya senantiasa terlihat mesra di berbagai kesempatan, keputusan Justin untuk cuti demi mewujudkan work-life balance ini boleh dibilang adalah romantisisme baru yang ditunjukkan oleh seorang kepala negara.
 
Pamer Kemesraan
Salut, Justin.” Sapaan hangat dalam bahasa Prancis itu tiba-tiba membuyarkan konsentrasi Justin yang sedang berjalan kaki di Boulevard Saint-Laurent, di Kota Montréal, tahun 2003. Beberapa bulan sebelumnya, ia dan wanita cantik berambut pirang itu sama-sama menjadi host untuk sebuah acara amal.

Tidak ingin menyia-nyiakan kejutan manis itu, Justin langsung mengajaknya untuk makan malam. Namun, ia hanya dibalas santai sambil lalu. “Telepon saja saya kapan-kapan, kita lihat nanti,” kenang Justin. Sebetulnya, di masa kecil keduanya sudah saling kenal lewat adik Justin, Michel Trudeau.

Lewat berbagai pendekatan dan persuasi melalui telepon dan e-mail, akhirnya Sophie setuju untuk pergi makan malam. “Menjelang berakhirnya kencan kami, saya merasa begitu berbunga-bunga. Saya yakin Sophie akan menjadi wanita terakhir yang saya ajak kencan,” ujar Justin, yang mengajak wanita idamannya itu ke restoran Afghanistan.

Setelah berhubungan intens selama beberapa bulan, Justin membawa Sophie mengunjungi makam ayahnya di Saint-Rémi. “Di hari yang harusnya menjadi ulang tahun ayah saya yang ke-85 itu, diam-diam saya berdoa minta restu supaya dilancarkan dengan Sophie,” kenangnya. Benar saja, ketika Justin melamar Sophie di sebuah kamar hotel temaram berhiaskan lilin dan kelopak mawar, Sophie berkata, “Ya.”

Romansa antara Justin dan Sophie ini dikisahkan di situs resmi Partai Liberal Kanada, yang juga menggambarkan Justin sebagai seorang guru, ayah, pengacara, dan pemimpin. Sebagai PM termuda kedua yang pernah dimiliki Kanada, Justin memang memiliki pendekatan yang berbeda dari pendahulunya, Stephen Harper. Sebagai politikus, pembawaannya ramah, penampilannya juga menawan.

Justin juga aktif di media sosial, yang menggambarkan ia dengan kegiatan-kegiatan yang tidak biasa dilakukan seorang perdana menteri, seperti makan di restoran dengan MasterChef, bertanding tinju, hingga memangku bayi panda. Ia pun dengan mudah merebut hati rakyat dan negara tetangganya, Amerika Serikat.

Namun, lebih dari sekadar kebijakan-kebijakan politiknya, Justin bersama istrinya juga terlihat sebagai pasangan ideal yang muda, atraktif,
pintar, idealis, visioner, dan sebagainya. Sebelum era pasangan Obama, melihat seorang politikus dengan pasangannya tampil mesra di hadapan publik, sama awkward-nya seperti melihat orang tua atau kakek nenek kita bermesraan di depan banyak orang.

Sementara, ke mana pun mereka pergi, Justin dan Sophie selalu terlihat seperti pangeran dan putri dongeng Disney. Mereka tampak bahagia menghabiskan waktu bersama, seperti terlihat di foto Instagram saat keduanya sedang bermesraan gelap-gelapan untuk Earth Hour. Bahkan, mereka terlihat dimabuk asmara, seperti dalam foto di halaman majalah Vogue yang kontroversial: Sophie dipeluk erat dan ditatap penuh hasrat oleh suaminya.
 
Pasangan Feminis
Lebih dari sekadar pasangan poster ideal, Sophie dan Justin juga mengusik perhatian publik dengan isu-isu gender, terutama setelah Justin mendeklarasikan dirinya sebagai seorang pria feminis. “Ini soal bagaimana kita mengasuh anak laki-laki supaya mereka memedulikan hak-hak wanita, serta mengasuh anak perempuan dengan selalu mengingatkan bahwa kelak ia bisa menjadi apa saja,” tutur ayah dari Xavier (8), Ella-Grace (7), dan Hadrien (2) ini.

Sepertinya,  publik juga baru ngeh bahwa Sophie menambahkan Trudeau sebagai nama belakangnya baru bertahun-tahun setelah mereka menikah. Ketika Justin sudah memiliki posisi yang mantap di Partai Liberal dan berada di jalan menuju kursi perdana menteri.

Tindakan Sophie untuk menambahkan nama suaminya adalah karena pandangan tradisional masyarakat terhadap first couple Kanada pada umumnya, yang biasa memanggil perdana menteri dan istrinya dengan nama yang sama. Padahal sebelumnya, bukannya mendompleng nama Trudeau yang memang bersejarah di Kanada, Sophie memilih terus berkarya dengan nama Grégoire sebagai presenter televisi.

Sophie  sempat memicu perdebatan ketika ia mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa ia kerepotan menjalankan perannya sebagai ibu negara sekaligus ibu 3 anak. Sebelum menjadi ibu negara, Sophie memilih tinggal di Montréal bersama ketiga anaknya, sementara Justin bekerja di Ottawa dan pulang  tiap akhir pekan. Kini, sebagai first lady, tentunya Sophie sering diminta untuk menghadiri lebih banyak lagi urusan dan kegiatan di seluruh penjuru Kanada.

“Saya berusaha menyanggupi sedapat mungkin, tapi saya merasa bersalah karena harus menolak banyak orang. Saya tidak bisa mengerjakan semuanya sendirian. Saya butuh bantuan supaya saya bisa melayani masyarakat,” ungkap Sophie. Saat itu ia hanya memiliki satu asisten pribadi di Rideau Hall, rumah dinas seperti Istana Buckingham atau Gedung Putih, milik Kanada di Ottawa.

Pernyataan ini sontak mendapat cemooh, terutama dari banyak ibu yang mengaku memiliki masalah yang sama. Sophie pun dituding manja, banyak komplain dan tidak tahu terima kasih. “Mengapa pajak yang saya bayarkan harus dipakai untuk menggaji asisten dan pengasuhmu? Bayar saja sendiri!” umpat seorang wanita di Twitter. Tentunya, tidak ada dari para pelempar komentar ini yang menyandang status ibu negara.

Sebagai istri dari seorang perdana menteri, Sophie memiliki kewajiban tidak tertulis untuk melayani dan menyenangkan hati banyak orang. Namun, berbeda dari ibu negara AS yang memiliki kantor sendiri dan lusinan staf di Gedung Putih, ibu negara Kanada tidak mendapatkan privilege dan keuntungan yang sama. Bahkan, sebelum Sophie, tidak ada satu pun ibu negara Kanada yang populer di media internasional.

Diskusi pun berlangsung ramai, mulai dari soal peran resmi ibu negera di Kanada, hingga soal berapa banyak pekerjaan wanita di dunia yang selama ini dilakukan tanpa dibayar. “Kita berada di tahun 2016 dan kita harus merayakan faktanya Ibu Grégoire Trudeau menyuarakan isu banyak wanita, bahwa kita masih bisa menjadi feminis, walaupun dunia hanya melihat kita semata sebagai istri seseorang,” ungkap Olivier Duchesneau, juru bicara  Perdana Menteri.

Tentunya, Justin juga tidak ragu untuk menunjukkan dukungan pada istrinya di depan publik. Sebagai anak dari mendiang PM Pierre Trudeau, sejak kecil Justin tumbuh di lingkungan politik, sementara Sophie tidak demikian. Namun, ia menilai, istrinya mampu menjalankan perannya dengan elegan dan penuh passion. “Saya bangga dengan dedikasi yang ia berikan untuk negara ini. Ia pantas mendapatkan dukungan untuk meneruskan pelayanannya bagi Kanada,” ungkapnya.(f)


Topic

#kisahcinta

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?