True Story
Perjuangan dan Harapan untuk Jose Edward dalam Menghadapi Atrofi Otot

1 Apr 2017


Foto:


Bagi ayah dan ibunya, kehadiran Jose Edward (4) sangat dinantikan. Kelahirannya menjadi penghiburan bagi mereka, setelah sebelumnya mereka harus melepas pergi putri kedua mereka yang tidak mampu bertahan karena lahir prematur. Nama Jose pun telah lama dipersiapkan. Mereka berharap Jose tumbuh menjadi bocah laki-laki yang sehat dan kuat. Namun, Tuhan menyiapkan sebuah skenario lain bagi keluarga kecil ini. Sang ibunda, Abigail Jenny, mengisahkan perjuangan harapannya kepada femina.

Pelipur Lara

Semua ibu di dunia ini pasti ingin memiliki anak yang sehat. Ingin melihat mereka bisa tengkurap, merangkak, kemudian berjalan, sama seperti perkembangan anak-anak lainnya. Melihat semua prosesnya dengan kebahagiaan yang terus bertambah dari hari ke hari. Begitu pula saat saya dan suami, Aghoes, tahu bahwa Tuhan kembali menitipkan ‘benih’ di kandungan saya.

Setelah putri sulung kami Jesslyn Patricia (12), kehadiran Jose dalam keluarga kami menjadi pelipur lara. Setelah sebelumnya kami harus melepas Joy Natalia, kakak Jose yang meninggal setelah lahir prematur di usia enam bulan dalam kandungan. Saya menerima kepergian Joy dengan penuh kerelaan. Meski dalam hati, saya merasa sangat sedih. Saya sudah membayangkan tangisnya akan pecah dan memenuhi rumah. Membangunkan saya di tengah malam untuk mengganti popok dan pakaiannya.

Kabar bahwa saya positif hamil lagi setelah kehilangan Joy, kami sambut dengan penuh kebahagiaan. Kebahagiaan saya semakin berlipat-lipat ketika usai menjalani pemeriksaan USG (ultrasonografi), diketahui bahwa anak ketiga saya ini berjenis kelamin lelaki. Saya memang sangat mendambakan anak lelaki. Saya tak sabar menunggunya lahir.

Setiap hari saya mengelus kandungan saya, berharap agar bayi mungil yang bertumbuh di dalamnya merasa tenang dan nyaman. Jose ternyata sangat suka musik. Bahkan sejak masih dalam kandungan. Setiap kali saya memutarkan musik-musik klasik untuknya, dia aktif bergerak. Saya semakin tak sabar memeluknya.

Jose seharusnya lahir pada Oktober 2012. Namun, proses kelahirannya dipercepat untuk menyamakan tanggal kelahiran kakaknya, Ling-ling, pada 27 September. Jose akhirnya lahir dengan proses caesar pada tanggal itu. Namun, ada yang berbeda dari baby Jose, tangisnya kurang keras. Tapi, kondisi tersebut tidak terlalu saya pikirkan. Sebab, kebahagiaan atas kelahiran Jose jauh lebih membahagiakan saya.

Sebenarnya saya sudah mulai khawatir dengan kondisi Jose, sehingga saya sempat memeriksakan secara komplet kondisi Jose. Mulai dari USG otak, abdomen, echo jantung, USG retina, dan tes telinga. Rangkaian diagnosis itu menyebutkan bahwa masalah Jose adalah terlambat bicara. Saya tidak terlalu khawatir, karena saya yakin dalam perjalanannya nanti Tuhan akan menunjukkan jalan. Apalagi setiap anak memiliki waktu tumbuh dan kembang yang berbeda satu sama lain.  

Terbukti, kondisi Jose semakin membahagiakan. Beratnya terus bertambah dari bulan ke bulan. Saya dan suami menyimak dengan binar-binar gembira capaian tumbuh kembang Jose. Hanya, ada sesuatu yang berbeda pada Jose. Otot-otot Jose lemah. Tangannya tidak bisa menopang badannya. Dada sebelah kanannya agak melesak ke dalam. Ia juga sulit tengkurap sendiri. Padahal, usianya sudah empat bulan.

Saya mulai menyadari dan harus menerima bahwa Jose berbeda dibanding anak-anak sesuainya. Saya mulai berpikir untuk mengambil tindakan. Saat Jose berusia 5 bulan, saya meminta untuk melakukan pengecekan USG ulang. Saya ingin mendapatkan penjelasan medis dan solusi jika memang ada persoalan yang dihadapi Jose.

Saya syok bukan kepalang, saat dokter langsung memvonis bahwa Jose mengalami celebral palsy (CP). Saya tidak percaya. Sebab, CP disebabkan oleh kerusakan dalam otak penderitanya. Sementara, dari hasil USG kondisi otak Jose sangat baik. Tidak ada masalah di sana. Hanya saja, lemahnya otot-otot Jose ini ikut membuat lemah kemampuannya untuk bernapas.
 


Topic

#truestory, #kisahsejati

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?