True Story
Hidup Vicky Antony Sugiarta dengan Autisme dan Pergulatannya Menyongsong Masa Depan

10 May 2017



MENYONGSONG MASA DEPAN
Kini Vicky belajar di London School Beyond Academy (LSBA), Jakarta. Di sini, Vicky dan teman-teman ABK mempelajari berbagai keterampilan, di antaranya desain grafis, fotografi, teknik cetak, dan kerajinan tangan. Ini tahun terakhir Vicky di sana karena ia sudah menginjak semester enam. Dulu, saya sempat pusing memikirkan langkah selanjutnya saat Vicky lulus kuliah nanti. Sampai setahun yang lalu, ketika Vicky menemukan minat barunya di bidang fashion.

Awalnya, Vicky senang memperhatikan busana orang. Ia suka melakukan observasi dengan memegang dan mengamati busana yang ia minati. Ia senang melihat video YouTube tentang cara membuat pola, memotong bahan dan menjahit. Dengan mencontoh video YouTube pula, ia berkreasi dan memotong kaus-kaus bekas menjadi tank top. Melihat minatnya yang besar, saya memanggilkan guru privat menjahit. Seminggu sekali, selama empat jam, ia tekun belajar dari gurunya. Jika saya ajak bolos untuk acara lain, ia menolak mentah-mentah.

Ketekunan Vicky telah membuahkan hasil. Kini ia sudah terampil menjahit kemeja dan celana. Bahkan, beberapa waktu lalu, Vicky memamerkan karyanya dalam fashion show acara Pentas Seni LSBA. Acara ini merupakan rangkaian dari Autism Awareness Festival (AAF),  bertema #AWTISM (dari asal  kata Autism Awesome), yang diselenggarakan tiap tahun oleh London School Centre for Autism Awareness (LSCAA). Di situ Vicky membuat delapan kemeja batik yang diperagakan oleh teman-teman sekelasnya sendiri.

Menyaksikan Vicky berjalan di atas panggung diiringi delapan model yang mengenakan baju rancangannya, membuat air mata saya meleleh karena bahagia. Ketakutan-ketakutan yang dulu kerap mendesak hati dan pikiran saya perlahan mulai melumer. Saat ini, saya sedang melatih Vicky agar mandiri secara finansial. Ia kini sudah mengerti bahwa busana karyanya bisa dijual dan menghasilkan uang. Baru saja selesai membuat celana batik, ia langsung meminta saya, “Jual, Mami! Jual!” Makanya, baru-baru ini saya membuatkan rekening bank sendiri buat Vicky.

Demi mewujudkan cita-cita Vicky menjadi desainer fashion, saat ini saya sedang mencari tempat kursus mode yang sudah diakui dan mau menerima murid ABK. Jika melihat Vicky telah menemukan cita-citanya, rasanya lelah saya selama ini terbayar. Satu hal yang belum bisa saya lakukan adalah melepas dia ke mana-mana sendirian. Saya takut dia tersesat, dipalak, atau bahkan diculik. Sebenarnya Vicky sudah mengungkapkan keinginan untuk pergi sendiri, misalnya potong rambut ke barber shop. Namun, saya tidak mau mengambil risiko.

Melihat perkembangan pesat Vicky, papi dan kedua kakaknya pun ikut gembira. Walaupun saya yang paling dekat dengan Vicky, mereka juga mendukungnya 100%. Papinya mendukung dengan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Bagaimanapun, membesarkan ABK memerlukan biaya. Walau jarang bersama Vicky, hubungan Vicky dan papinya sangat erat. Tiap papinya pulang kantor, yang dicari pertama adalah Vicky.

Kedua kakaknya, Nicky dan Ricky, selalu mendukung dan mengasihi adik mereka secara tulus. Keduanya tak pernah iri melihat bahwa seluruh waktu saya nyaris habis untuk adik mereka. Saya sudah berpesan kepada keduanya, “Kalau Mami Papi sudah tak ada, kalian harus menjaga Vicky dengan baik.” Mereka langsung menyanggupinya.

Dari keseluruhan perjalanan dan proses panjang ini, saya jadi belajar bersyukur dan bersabar. Menjadi orang tua bagi anak berkebutuhan khusus tidak berarti harus melulu dihadapkan pada bagaimana menghadapi keterbatasan mereka. Sebaliknya, saya makin  belajar bahwa dalam perjalanan mendampingi Vicky, saya juga harus siap dikejutkan oleh bakat-bakat dan kemampuan lain yang dibekalkan oleh Tuhan kepada putra saya.

Jangan kecewa dan berkecil hati apabila saat ini Anda mendapat kepercayaan membesarkan anak berkebutuhan khusus. Gali terus potensi mereka, dengan cara mengenalkan mereka dengan aneka kegiatan. Siapa tahu, bakatnya akan segera muncul. Sebab, ada cahaya harapan dan masa depan di ujung lorong kehidupan yang mereka jalani. Tetap berharap dan jangan menyerah!(f)
 


Topic

#kisahsejati, #autisme, #anakberkebutuhankhusus

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?