True Story
Dyah Pratitasari, Saya Seorang Doula Yang Menemani Ibu Melahirkan

5 Feb 2018



Foto: 123RF, Caesaria Naila Asri, Dok. Kir


Pengalaman menjalani proses melahirkan yang tidak menyenangkan sempat membuat Dyah Pratitasari (36) mengalami trauma. Tak ingin wanita lain mengalami hal yang sama, wanita yang biasa disapa Prita ini pun bertekad menjadi doula. Baginya, pekerjaan ini bagai 'malaikat' bagi wanita yang sedang berjuang untuk sebuah kehidupan baru.

Profesi Baru, Peran Lama
Melahirkan adalah proses alamiah yang dialami wanita. Peristiwa mengantarkan kehidupan baru ini bisa dianggap momen yang sakral.  Rangkaian proses penciptaan kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga persalinan, tidaklah mudah. Masih banyak wanita yang belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk melewatinya dengan tenang dan senang. Tak sedikit juga wanita yang mendapat pengalaman kurang menyenangkan saat hamil dan melahirkan. Berawal dari adanya panggilan hati untuk mendampingi, membimbing, dan mempersiapkan fisik dan emosi si ibu baru inilah profesi doula lahir. 

"Bayangkan, saya pernah bertemu seorang ibu yang baru melahirkan dan bayinya meninggal dunia. Tubuh dan perasaannya sakit tak terkira. Saat itu, pasangan mungkin tak cukup untuk menenangkan hatinya. Sepulang dari rumah sakit, si ibu juga harus melihat pakaian atau kamar yang telah disiapkan untuk si bayi. Pastinya akan sedih sekali. Ketika itu, si ibu menolak untuk dikunjungi siapa pun,” cerita Prita.

Kondisi emosi ibu ini juga bisa makin buruk jika lalu mengalami baby blues. Dalam kondisi seperti inilah Prita hadir lewat kata-kata menguatkan dan menghibur. Terkadang tanpa kata, hanya sekadar ada di sampingnya, untuk mendengarkan atau sekadar mengusap sayang punggung ibu yang sedang berduka luar biasa itu. Bertindak sebagai sahabat yang peduli adalah peran penting seorang doula.

Ia pernah mendampingi seorang ibu yang hamil di luar nikah. “Ia diusir dari rumah, tidak mendapatkan support sama sekali dari keluarga dan sempat berniat menggugurkan kandungannya,” katanya, prihatin. Beruntung ia sempat mengenal wanita ini sebelumnya di komunitas Gentle Birth untuk Semua (GBUS). Sebuah wadah belajar nirlaba, berbagi dan saling mendukung di antara para ibu, yang didirikannya tahun 2011.

Tanpa berharap imbalan, Prita menawarkan diri menemaninya saat melahirkan, menggantikan posisi keluarga yang biasanya memberi dukungan kekuatan bagi calon ibu. "Ini salah satu pengalaman paling berkesan. Bayangkan jika ia harus melahirkan sendiri. Saya merasa bersyukur dipercaya terlibat dalam perjalanan sakralnya. Saya belajar mengenai banyak hal saat itu,” ujarnya penuh syukur.

Pekerjaan ini di mata Prita tak sekadar profesi. Ia memang terkadang mendapat imbalan, tetapi menjadi doula adalah sebuah panggilan, tugas
yang datang dari rasa kemanusiaan. Profesi ini terbilang baru, sehingga belum banyak yang tahu. Di Indonesia, doula awalnya berkembang di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, sejak 5-10 tahun lalu. Meski istilah doula baru dikenal di Indonesia, namun peran pendamping ini sudah lama ada, meski tidak menjadi profesi seperti saat ini. 

"Pendamping dari pihak keluarga yang menemani memang bisa jadi tempat bertanya, memberi support dan ketenangan pada ibu baru yang sedang transisi dari lajang menjadi ibu. Bedanya, pendamping tersebut tidak dibekali ilmu dan keterampilan seperti doula,” tutur Prita.

Kata doula diambil dari bahasa Yunani, yang memiliki arti pelayan perempuan. Doula bertindak sebagai sahabat yang menjadi tempat bertanya seputar kehamilan dan persalinan, hingga menemani sang ibu pada saat persalinan dan di hari-hari awal setelah kelahiran anak. Secara  profesional, peran doula adalah menemani dan membantu ibu sejak usia kehamilan 36 minggu hingga 2 jam setelah bayi lahir (postpartum). Doula yang memiliki kompetensi sebagai konselor menyusui dapat membantu ibu di masa awal setelah persalinan atau masa menyusui.

"Doula juga berperan dalam memberikan informasi yang utuh dan berimbang, terkait bagaimana menjalani proses kehamilan yang berkualitas dan proses persalinan yang aman dan sehat sehingga ibu dan bayi selamat. Juga dukungan secara psikis dan kebutuhan personal lainnya. Tujuan pendampingan ini semata agar ibu lebih siap secara fisik dan psikis, merasa nyaman,” papar Prita.

Di luar negeri, profesi ini sudah diakui sebagai profesi yang profesional dan bersertifikat. Bahkan mereka bekerja sama dengan perusahaan asuransi. Di Indonesia doula belum diakui secara profesional. Pengetahuan yang didapat doula profesional diperoleh dari DONA, organisasi internasional yang memberikan training dan sertifikat kepada doula di seluruh dunia. Siapa pun bisa menjadi doula, meski tidak memiliki latar belakang pendidikan medis. Doula bukan tenaga medis, karenanya doula tidak memberikan tugas-tugas klinis maupun memberikan saran medis atau mendiagnosis kondisi kliennya.

(Selanjutnya: Sempat Trauma Melahirkan)
 


Topic

#KisahSejati

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?