True Story
Aslimah, Wanita Berjiwa Besar

11 Aug 2016



Demikian Aslimah (28) mendendangkan lagu yang dipopulerkan oleh almarhum Mbah Surip. Ia merasa bahwa lagu itu seperti tercipta untuknya. Dulu, ia memang selalu digendong ke mana-mana. Bukan karena malas berjalan, tapi karena ia terlahir tanpa sepasang kaki. Jika hanya mendengar suaranya yang riang, mungkin orang tidak menduga bahwa hidup Aslimah sangat berat. Sejak kecil  ia terbiasa menghadapi tantangan yang bahkan pernah membuatnya nyaris bunuh diri. Butuh waktu yang cukup lama baginya untuk bisa menaklukkan dirinya sendiri. Kepada femina, ia menceritakan perjuangan panjangnya.
 
SEMPAT ‘DISEMBUNYIKAN’
Aslimah terlahir dalam kondisi yang spesial. Dengan tinggi 76 cm, tubuhnya hanya sampai pangkal paha. Beberapa orang menyebutnya ‘perempuan bertubuh separuh’. Selain itu, tangan kanannya hanya memiliki telunjuk dan jempol. Karena telunjuknya tak bisa digerakkan, aktivitas sehari-hari ia lakukan hanya dengan tangan kiri.

Sejak masa kanak-kanak, bungsu dari delapan bersaudara ini sudah mencicipi berbagai kesulitan hidup. Lahir di tengah keluarga besar, kedua orang tuanya menghidupi mereka dengan hasil bertani singkong. Mereka akan sangat bersyukur jika bisa hidup pas-pasan, tapi tak jarang kehidupan menjadi sangat sulit ketika terjadi gagal panen. Aslimah tahu benar bagaimana rasanya hidup kekurangan.

Di dalam keterbatasan pengetahuan mereka, kedua orang tua Aslimah tidak tahu bagaimana membesarkan dan mendukung anak penyandang disabilitas seperti dirinya. Sebagai orang desa yang sederhana, mereka tak punya banyak informasi. Bila ada tamu datang ke rumah, orang tua dan kakak-kakak Aslimah menyuruhnya bersembunyi agar ia tak terlihat oleh tamu.

“Saya tahu, orang tua hanya berusaha melindungi saya. Mereka takut saya diejek atau dipandang rendah oleh orang lain. Tapi, cara ini justru membuat saya merasa terkucil,” ungkap wanita kelahiran Kudus, Jawa Tengah, ini, sedih. Terkadang, saking penasaran ingin melihat siapa tamunya, Aslimah akan menjulurkan leher dari pintu kamar. “Persis seperti kura-kura,” kenangnya.

Masa kecilnya menjadi  makin berat oleh miskinnya akses yang menjamin mobilitasnya. Jalanan desa yang belum diaspal dan berbatu-batu, tanjakan yang tinggi, membuatnya terpaksa bergantung pada kakak-kakaknya. Mereka ini yang akan menggendong Aslimah sehingga ia bisa bersekolah.

Ejekan dan hinaan memang bukan hal baru bagi Aslimah. Masih melekat kuat dalam kenangannya, saat ia akhirnya bisa bersekolah. Waktu itu ia baru kelas 1 SD. Untuk bisa berangkat, kakaknya menggendongnya hingga sampai ke kelas. Ia tidak keberatan menerima ejekan dari kawan-kawan di sekolahnya.
Namun, yang membuatnya tidak rela dan sakit hati adalah ketika mendengar kakaknya yang sangat mengasihinya itu mendapat ejekan dari teman-temannya. “Akhirnya, saya memutuskan untuk berhenti sekolah. Saya tidak mau kakak saya dihina karena saya,” ucapnya, sedih.
 


 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?