Trending Topic
Sekolah Tatap Muka Perlu Jaring Pengaman, Ini Strateginya Menurut Ahli Epidemologi

30 Aug 2021


Foto: Freepik
 

Pemerintah DKI Jakarta kembali membuka sekolah untuk menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada hari ini, Senin 30 Agustus seiring dengan penurunan status penanganan COVID-19 di Jakarta menjadi PPKM Level 3. Kebijakan sekolah tatap muka tersebut tertuang dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1.026 Tahun 2021.

Keputusan ini mendatangkan pro dan kontra, terutama dari para orang tua siswa yang khawatir akan keamanan anak-anaknya ketika menjalankan pembelajaran tatap muka. Meski syarat utama dalam PTM terbatas yaitu tenaga pendidik sudah divaksinasi COVID-19 dan para siswa usia 12 tahun ke atas yang sudah vaksinasi COVID-19, tetap masih ada kekhawatiran untuk berinteraksi di dalam ruangan dalam waktu yang cukup lama. 

Menanggapi hal ini, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman, seperti yang dilansir dari Kompas.com mengungkapkan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga memiliki dampak jauh lebih besar untuk satu bangsa. Itu sebabnya, pembukaan sekolah kembali merupakan prioritas yang sangat penting agar tidak kehilangan momentum mendidik anak. Meski dalam konteks ini Dicky mendukung pembukaan sekolah, menurutnya tetap saja harus ada jaring pengaman saat sekolah tatap muka. Soal sekolah tatap muka, prokes memang harus diprioritaskan.  

Bagaimana jaring pengaman PTM terbatas yang ideal, berikut saran Dicky: 

1/ Pembatasan durasi belajar di sekolah

Tak hanya sekadar membatasi jam sekolah selama 3-4 jam dalam sehari, keberadaan siswa di kelas pun harus dibatasi. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan jeda antar pelajaran 10-15 menit untuk meminimalisir potensi.

2/ Pembatasan jumlah siswa

Jumlah peserta didik yang ikut dalam belajar tatap muka maksimal 50 persen dari daya tampung per kelas atau maksimal 5 peserta didik per kelas dan diadakan pengaturan jarak 1,5 meter antar peserta didik.

3/ Ventilasi dan sirkulasi udara harus diperhatikan dengan baik

Sebisa mungkin membuka pintu dan jendela untuk meningkatkan sirkulasi udara. Pindahkan furnitur yang tidak penting, sehingga memperluas tata letak kelas untuk memaksimalkan jarak antar siswa. Tambahkan kipas angin di dalam ruangan untuk sirkulasi udara yang baik. Pada aktivitas yang terjadi peningkatan pernafasan, seperti menyanyi, band, atau olahraga, diwajibkan untuk memindahkan aktivitas di luar ruangan atau ke ruang yang luas dan berventilasi baik.

4/ Kurangi interaksi tatap muka

Sebaiknya hindari interaksi tidak penting di antara guru, staf sekolah, dan siswa selama makan siang dan situasi lain yang dapat menyebabkan risiko penularan.

5/ Terapkan sistem ‘bubble’ di sekolah

Sistem ini membuat kelompok kecil yang terdiri atas guru dan beberapa siswa yang selalu sama. Tdak ada pergantian guru dan siswa selama pandemi di dalam kelas. Sistem ini dapat mengurangi risiko penularan dan memudahkan test dan tracing.

Selain itu, Dicky menganjurkan agar sekolah bekerja sama dengan puskesmas atau dinas kesehatan setempat untuk memandu dan memantau kesiapan sekolah. Kerja sama tersebut sangat berguna, terutama ketika ditemukan adanya kasus positif COVID-19 di sekolah. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memfasilitasi pelacakan kontak dan karantina. Apabila ditemukan dua kasus COVID-19 atau lebih, maka sekolah tatap muka harus dihentikan hingga dua minggu untuk melakukan testing dan tracing.  (f) 


Baca Juga: 
Persyaratan Anak Usia 12-17 Tahun untuk Vaksinasi COVID-19
Pandemi Bisa Dilawan dengan Kompak Terapkan Protokol Kesehatan
Hari Anak Nasional 2021, Lebih dari 350 Ribu Anak Indonesia Terpapar COVID-19

 



Topic

#sekolahtatapmuka, #ptm, #ppkm

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?