Trending Topic
Peran Wanita dalam Budidaya Rotan Kalimantan

11 Mar 2019


Foto-foto: Citra Narada / Femina

Di balik fakta bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil rotan terbesar di dunia, ternyata ada peran serta wanita di belakangnya yang tak banyak disadari orang. Wanita terlibat erat mulai dari hulu ke hilir. Berperan sebagai petani, pengolah hingga pengrajin rotan.

Peran besar mereka, femina saksikan kala mengikuti WWF berkunjung ke hutan rotan dalam program pendampingan kelompok petani rotan di Desa Rangan Surai, Kecamatan Marikit, Katingan, Kalimantan Tengah pada akhir Januari lalu.


Tak jarang para wanita juga turun ke hutan untuk memanen rotan secara alami.

Di dalam hutan, seorang wanita tak canggung mengayunkan golok memotong batang rotan yang merambat ke pohon-pohon. Walau diakui petani rotan masih didominasi pria, banyak wanita di desa ikut memanen rotan di hutan, membantu suami mereka.
 

Sekelompok pekerja wanita mencuci dan menggosok rotan yang baru dipanen agar bisa diolah menjadi rotan setengah jadi.
 

 

Di bagian lain desa, Femina melihat sekelompok wanita tengah mengolah rotan yang baru saja dipanen agar siap dipasarkan. Sebagian dari mereka mencuci rotan yang sudah dipanen, sebagian lagi mengupas kulit terluar batang rotan di pinggir Sungai Hiran dengan cara menggosok batang rotan menggunakan sabut kawat. Rata-rata dalam sehari ada 6 orang wanita yang membantu proses pengulitan rotan.

“Kebanyakan yang mengolah rotan adalah wanita. Biasanya ada juga yang sambil ngurus anak. Lumayan untuk tambah-tambah penghasilan,” ujar salah seorang pekerja wanita yang mengaku bisa menggosok 200 batang rotan dalam sehari, yang mana ia akan diupah sebesar Rp 25.000 per 100 batang.
 


Suryati sedang menganyam rotan menjadi berbagai macam barang untuk dijual di luar desa. 


Setelah diolah, rotan-rotan tersebut akan dibawa ke pengrajin untuk dibuat menjadi berbagai macam jenis barang, seperti guci, tas, tikar, hingga keranjang aneka bentuk. Total ada 20 pengrajin rotan wanita di Desa Rangan Surai. Salah satunya adalah Suryati (30) yang sudah 5 tahun menganyam bersama para pengrajin lain.
 


Ragam jenis barang hasil buatan para pengrajin rotan di Desa Rangan Surai.

Para pengrajin rotan wanita akan membuat secara manual, yang mana dalam sebulan bisa menganyam hingga 4-5 barang tiap orangnya. Tiap anyaman rotan akan dijual ke luar desa, yang mana dibanderol mulai dari Rp 100 - 500 ribu. Menurut Suryati, keuntungannya lumayan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

“Tapi sayang, anak perempuan saya tidak mau meneruskan jadi pengrajin rotan. Memang kebanyakan anak muda disini lebih memilih kerja kantoran dengan merantau ke kota-kota besar. Saya khawatir, pengrajin rotan di desa ini akan mati karena tidak ada penerusnya,” ujar Suryati seraya mengenang bagaimana dulu ia diajari menganyam oleh neneknya.

Regenerasi petani, pengolah dan pengrajin rotan memang kian jadi masalah yang pelik dihadapi oleh industri budidaya rotan di Kalimantan Tengah. Padahal menurut
Indra Bayu Patingaleh, Forest Coordinator WWF Sebangau Katingan, daerah Katingan adalah salah satu sentra industri penghasil rotan terbesar di Indonesia.

“Banyak anak-anak muda yang akhirnya tidak mau jadi petani atau pengrajin rotan karena memang penghasilannya sangat rendah. Bagaimana tidak, harga jual rotan sangat rendah sehingga mereka lebih memilih bekerja di luar desa dengan penghasilan lebih besar,” tutur pria yang akrab dipanggil Bayu tersebut.

Bayu pun menuturkan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menaikkan nilai jual rotan. Salah satunya dengan mengolah rotan mengikuti permintaan pasar, desain yang lebih inovatif dan salah satunya adalah menerapkan metode panen alami yang bersertifikat Forest Stewardship Council (FSC). Panen alami bersertifikat ini tak hanya akan meningkatkan nilai jual rotan menjadi lebih tinggi karena diakui dunia, tapi juga ramah lingkungan, berkelanjutan dan memberikan potensi yang lebih besar di masa depan. (f)

Baca Juga :


Berdayakan Petani Kelapa
Bisnis Kopi, Turut Memberdayakan Petani
Rotan untuk Mebel Rumah Anda

 

 


Topic

#pemberdaaanwanita, #wwf

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?