Trending Topic
Mengenali Bullying

13 Mar 2016


Sebelum terlambat, Anda bisa melihat tanda-tanda seseorang yang mengalami bully. Coba cek, apakah terjadi perubahan sikap, seperti selalu merasa cemas dan menarik diri. Misalnya, enggan dan cemas ke sekolah atau ke kantor, resah, murung, hilang gairah dan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, terkadang ekstra sensitif, mudah marah, mudah tersinggung, dan mudah menangis.
   
“Hal ini terjadi karena pada dasarnya tindakan bullying adalah mempermalukan seseorang di hadapan orang lain, yang merupakan salah satu bentuk perilaku sosial, dan korban perilaku sosial cenderung menarik diri dari aktivitas sosial,” Monty Satyadarma, psikolog, menjelaskan.
   
Apalagi akibat yang ditimbulkan pada korban bully amat beragam, mulai dari stres ringan hingga depresi dan tindakan bunuh diri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan tenaga profesional, seperti konselor, pakar hukum, serta pihak berwenang   atau bahkan pihak berwajib, tergantung dari intensitas ancamannya.
   
Ketika mendapat serangan di media sosial, biasanya pelaku bullying tidak memiliki etika berperilaku, oleh karenanya mereka mem-bully. Sebaiknya korban bully tidak menanggapi karena menanggapi bully merupakan bentuk penguat (reinforcement) yang kemudian meningkatkan dorongan pelaku untuk terus melakukan tindakan bullying.
   
“Jika Anda sudah merasa tertekan dan terancam dengan perlakuan orang terhadap Anda, dan ancaman tersebut  berdampak kerusakan fisik, tekanan psikologis, dan kehilangan properti, maka berarti Anda sudah di-bully,” kata Monty.  
   
Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah mem-bully orang lain. Mendapatkan masukan dari orang lain sebenarnya penting, paling tidak ia mulai menyadari bahwa tindakannya itu tidak layak. Lalu berikan penjelasan ragam kemungkinan alasannya apakah karena terpengaruh melihat orang lain sebagai dampak budaya atau memang merupakan bentuk kompensasi kelemahan diri. “Ia memang harus belajar mengubah diri; memperbaiki perilakunya atau menghadapi risiko tersisih dari lingkungan masyarakat atau bahkan harus berhadapan dengan hukum,” jelas Monty.  
   
Karena masih banyaknya orang yang tidak ‘ngeh’ telah terjadi bully di sekitarnya, maka menurut Erlinda dari KPAI, KPAI terus melakukan program pencegahan dan penanganan terhadap hal ini. “Dengan bekerja sama dengan lembaga pemerintah seperti Kemendikbud, Dinas Pendidikan, BKKBN, Polri (Polda, Polres), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPAI), Kominfo, serta mitra masyarakat,” jelas Erlinda.
   
Sejauh bully tidak menimbulkan ancaman keselamatan, kita bisa mengabaikan, tidak memberikan respons pada pelaku, dan tidak membesarkan masalah sehingga menjadi makin kompleks. Namun, jika sudah mengancam identitas dan harga diri, segera sampaikan langsung kepada yang bersangkutan.

“Atau jika pelaku berada pada posisi yang lebih superior, masalahnya layak ditangani oleh yang lebih berwenang. Dan jika bully mengancam keselamatan, maka perlu segera dilaporkan kepada pihak yang berwenang dan berwajib,” tegas Monty. (f)



Topic

#mentalmerdeka

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?