Trending Topic
Kiprah Film Dokumenter Mendongkrak Ekonomi Kreatif Indonesia

21 Oct 2018


Docs by the Sea, forum mentoring dan pitiching para pembuat film dokumenter pertama di Asia Tenggara./
Foto: Docs by the Sea
 
Selama tahun 2005 – 2017 produksi film tanah air naik 64% dengan laju pertumbuhan PDB (2016)  tertinggi ke-2 dari sub-sektor film, animasi, dan video. Geliat kreativitas para pembuat film Indonesia berhasil memikat penonton tanah air datang ke bioskop.

Namun, banyak yang terlupa, bahwa di dalam industri film tanah air, film dokumenter ikut terhitung di dalamnya. Tidak dengan kontribusi yang bisa dipandang sebelah mata. Seperti yang terekam dalam penyelenggaraan Docs by the Sea.

Docs by the Sea adalah forum dokumenter internasional yang fokus pada pendanaan dan distribusi film dokumenter Asia Tenggara. Forum ini merupakan inisiasi dari BEKRAF yang berkolaborasi dengan In-Docs. Sebagai kolaborator, sejak tahun 2002 In-Docs telah menggelar workshop film dokumenter di 13 kota di Indonesia dan screening film dokumenter di 30 kota di Indonesia. In-Docs juga menyediakan wadah yang mempertemukan pembuat film dokumenter di tanah air dengan industri internasional.

“Docs by the sea telah mengumpulkan 62 film dokumenter dari seluruh negara, dan berhasil mendatangkan 50 investor asing dengan angka investasi US$550.000 dalam dua tahun ini bagi para film maker dokumenter,” ungkap Direktur Program In-Docs Amel Hapsari.

Amel berbicara di acara peluncuran buku OPUS, Kamis (17/10), di Jakarta. OPUS merupakan rangkuman kegiatan dan pencapaian BEKRAF selama setahun ke belakang. Termasuk di dalamnya, proyeksi ekonomi kreatif Indonesia di tahun 2019.  
 


Peluncuran buku OPUS dari BEKRAF memuat pencapaian dan proyeksi kerja-kerja Ekonomi Kreatif Indonesia 2019./Foto: NJL
 
Ajang Docs by the Sea juga mampu menarik kerjasama internasional, seperti Tribeca Film institute di Amerika Serikat, yang menguntungkan pembuat film dokumenter Indonesia. Lagi yang menguntungkan dari Docs by the Sea, menurut Amel, adalah adanya sesi mentoring cara pitching, selama empat hari sebelum mereka bertemu dengan para investor.

Tidak heran jika ajang ini menyedot animo para sineas muda Indonesia. Docs by the Sea 2018, 2 Agustus – 9 Agustus, di The Patra Bali Resort and Villas, berhasil menjaring puluhan film-film dokumenter karya anak bangsa.

Film besutan sutradara Ismail Fahmi Lubish Help Is on the Way? terpilih hadir pada Australian International Documentary Conference. Sementara film besutan Rheza Arden Wiguna dan Banu Wirandoko, Sculpting the Giant, terpilih melakukan pitching di Australian International Documentary Conference 2019.

Film besutan sutradara Gerry Apiryan Don’t Talk About Freedom memperoleh hadiah uang US$3.000 dan filmnya sendiri telah dibeli oleh Current Time TV. Film How Far I’ll Go yang disutradarai Ucu Agustin terpilih mengikuti pitching di Tokyo Docs 2018.

Sementara itu, film Rato and I (sutradara: Ray Nayoan), A Boarding School (sutradara: Shalahuddin Siregar), The Other Half (sutradara: Wahyu Utami Wati), termasuk dalam 13 film yang mendapat kesempatan mentoring, pendanaan, dan distribusi dari GO-JEK, Bekraf dan In-Docs.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kreatif di tanah air pada 2015 telah berhasil menyumbang sekitar Rp852 triliun atau 7,83 % terhadap total PDB Indonesia. Di tahun 2017, pertumbuhannya diperkiakan telah mencapai lebih dari Rp1.000 triliun. Angka ini diramalkan akan terus meningkat hingga di atas Rp1,2 ribu triliun. (f)


Baca juga
Industri film Dokumenter di Indonesia Berpotensi Bisnis Besar
Film Dokumenter dan Dukungan untuk Kemanusiaan


Topic

#EkonomiKreatif

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?