Trending Topic
Jangan Takut Melawan Kanker Payudara

25 Oct 2016


Foto: Cempaka

 
Busana merah jambu mendominasi para tamu yang memadati area Plaza Senayan XXI, Rabu (5/10). Mereka datang tidak untuk merayakan hari kasih sayang, tapi untuk menghadiri pemutaran premier film Pinky Promise (5/10), film produksi MP Pro Prictures yang terinspirasi dari kisah penyintas kanker payudara di komunitas Lovepink. Film drama ini mengisahkan Anin (Ira Maya Sopha), Tika (Agni Pratistha), Fina (Dhea Ananda), Ken (Dhea Seto), dan Baby (Alexandra Gottardo), yang saling menguatkan   dalam menghadapi penyakit mematikan itu.

“Tiap orang, wanita dan pria, yang mengidap kanker payudara selalu punya problem hidup yang berbeda. Semoga film ini bisa membuka mata masyarakat, kehadiran penyakit ini bukanlah akhir dari kehidupan seseorang,” ujar Robby Zoriza, produser film. Kisah ini makin terasa menyentuh karena penulis naskah film tersebut, Gina S. Noer, merupakan putri dari seorang penyintas kanker payudara. “Saya ikut menyertakan semangat berjuang ibu saya untuk sembuh ke dalam kisah ini,” kata Gina. Film ini ditujukan untuk turut membuka wawasan masyarakat Indonesia mengenai kanker payudara.

Kanker payudara memang masih menjadi momok di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Cancer Mortality Profile yang dirilis World Health Organization 2014, kanker payudara masih menjadi penyebab terbanyak kematian wanita Indonesia, yakni 21,4 persen. Bahkan, menurut dr. Asrul Harsal, SpPD-KHOM., spesialis penyakit dalam konsultan hematologis dari RS Kanker Dharmais di Jakarta, penyakit ini juga berisiko menyerang pria. “Dari 100 pasien wanita, satu pasien adalah pria,” ujar dr. Asrul.

Meski sering kali dikaitkan dengan kematian, kanker payudara sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan. Namun, pada umumnya, pasien kanker di Indonesia terlambat datang ke dokter. “Biasanya pasien baru ke dokter kalau kankernya sudah sampai stadium 3 dan stadium 4, bahkan sudah metastatis, menyebar sampai tulang,” ungkap dr. Asrul. Keterlambatan itulah yang menyebabkan proses pengobatan tidak maksimal, bentuknya hanya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Kualitas hidup dan kesembuhan pasien juga harus dibarengi dengan kesadaran merawat luka akibat kanker. Menurut Hardian Ners., S.Kep., perawat senior di RS Kanker Dharmais, 5-10 persen kanker dengan metastase itu akan mengalami luka kanker. Dengan perawatan luka yang baik, pasien akan dapat meminimalkan rasa nyeri, bau anyir, luka basah, dan perdarahan yang terkadang dapat memperlambat penyembuhan dan mengganggu emosi pasien. “Wawasan perawatan luka kanker ini masih kurang diutamakan di Indonesia.  Seharusnya satu paket dengan pengobatan kanker,” ujar Hardian.

Meski bisa disembuhkan, pencegahan tetaplah pilihan terbaik. Lakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin tiap satu bulan sekali, jalani  gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang dan olahraga teratur, dan jangan tunggu sampai menemukan benjolan untuk melakukan USG. Saat ini, USG tidak hanya  tersedia di rumah sakit besar, tetapi juga di klinik seperti klinik Yayasan Kanker Indonesia, dan sarana kesehatan keliling milik Breastie Van yang dijalankan oleh komunitas Lovepink. Mobil van berwarna pink itu membawa peralatan USG dan relawan dokter radiologi serta penyintas kanker untuk layanan edukasi SADARI dan USG. (f)


Topic

#kankerpayudara

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?