Trending Topic
Gunakan 5 Cara Ini Agar Kita Tak Menjadi Penyebar Hoax

6 Nov 2017


Foto: Pixabay

Menurut dra. Niken Widiastuti M.Si, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Departemen Komunikasi dan Informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), kejahatan berita palsu (hoax) bisa mendatangkan penghasilan hingga Rp600 juta per bulan bagi kreator dan penyebarnya.

Sayangnya, tanpa kita sadari kita sering menjadi bagian dari orang-orang yang menjadi penyebar berita palsu tersebut. Berawal dari keinginan untuk membagikan sesuatu secara cepat, kita terjebak untuk tidak mencari tahu kebenaran berita yang mengusik kita tersebut.
 
“Dari 262 juta penduduk Indonesia, pengguna internet sebanyak 51 persen dan pengguna media sosial sebanyak 40 persen. Dari angka itu hanya 10 persen yang memproduksi hoax dan 90 persennya adalah orang yang menyebarkan,” ungkap Niken. Anda tentu tidak ingin menjadi orang yang terjebak menjadi penyebar hoax.
 
Dalam acara Ngobras (Ngobrol Asyik) Perempuan yang digelar Galang Kemajuan (GK) Ladies di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, 1 November lalu, Niken memberi tip agar kita tidak terjebak menjadi penyebar berita palsu. Menurut Niken, kita perlu mengetahui ciri-ciri berita palsu, sebagai berikut:
 
1/ Menciptakan kecemasan, kebencian, permusuhan.
2/ Sumber tidak jelas dan tidak ada yang bisa diminta bertanggung jawab.
3/ Lebih sering meminta untuk segera dibagikan.
 
Ada lima hal yang perlu kita lakukan agar tidak terjebak berita palsu, yaitu
1/ Menjaga perhatian pada hal-hal penting
2/ Mengetahui ketertarikan dan kepentingan kita pada suatu hal kita agar tak terjebak
3/ Mencari bukti-bukti, verifikasi,
4/ Memutuskan untuk mengabaikan atau menyebarkan
5/ Lalu baru share jika memang penting untuk dibagi.
 
“Kemkominfo telah menutup 800 ribu lebih akun media sosial yang memproduksi ujaran-ujaran kebencian. Tujuan pembuat berita palsu adalah memancing emosi publik, termasuk agar masyarakat tidak lagi percaya kepada pemerintah. Apalagi media sosial sekarang mempermudah siapa saja menjadi wartawan. Informasi bisa disebar melalui kanal apa saja. Tetapi media memiliki verifikasi berlapis dengan editorial yang ketat sementara masyarakat umum belum tentu memiliki itu. Maka kita harus menjadi pengguna media sosial yang memiliki tanggung jawab dan empati,” tutup Niken. (f)

Baca juga:
Cukupkah UU ITE Menjadi Solusi Penyebaran Hoax dan Hate Speech?
4 Informasi Hoax Seputar Kesehatan
Facebook Dianggap Ikut Menyebarkan Hoax, Ini Pembelaan Mark Zuckerberg


Topic

#hoax

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?