Travel
Wisata Religi Ke Flores

26 Dec 2018

 

Gereja Kayu Cikal Bakal Sebaran Umat Katolik
 
Sekitar satu jam perjalanan dari Seminari Ritapiret, ada Gereja Kayu Sikka yang usianya sudah mencapai 118 tahun, namun tetap kokoh dan terawat baik. Berbahan kayu jati yang didatangkan dari Pulau Jawa, gereja ini terbukti ampuh dari bencana alam ketika gempa melanda Pulau Babi, Maumere, pada 12 Desember 1992. Gereja kayu ini masih utuh, kokoh berdiri, tak mengalami kerusakan apa pun.
 
“Dentangnya saja yang bersuara hingga tiga kali, tanda kerasnya gempa,” kata Ketua Dewan Paroki sekaligus ‘kuncen’ Gereja Sikka, Gregorius Tamela, ketika ditemui beberapa waktu lalu.
 
Sejatinya, kalau melihat gereja tampak luar, biasa-biasa saja arsitekturnya. Tapi, begitu masuk ke dalam, gereja ini memperlihatkan keunikan yang khas. Bangunan gereja ini dirancang oleh arsitek Pater Antonius Dijkmans S.J., yang juga arsitek gereja Katedral Jakarta.
 
Gereja Sikka yang bernama Santo Ignasius Loyola ini dibangun tahun 1893 dan diresmikan oleh Pater J. Engbers S.J. pada 24 Desember 1899, dan oleh Raja Sikka, Yoseph Mbako IIXimenes da Silva.
 
 
Saat melangkah ke dalam, mata saya tertumbuk pada tulisan di pintu masuk gereja: ‘Sawe-Sawe Potat Dese, Poi Tuhan Gera Hude’.
 
"Artinya adalah ‘Semuanya akan hilang. Hanya Tuhan yang kekal’. Ini pencarian Raja Sikka, Mo’ang Lesu, sebelum menjadi umat Katolik. Sebelum ditahbiskan menjadi raja, ia berkelana untuk satu pertanyaan: “Di mana sebuah tempat bagi manusia yang luput dari kematian?”," tutur Gregorius Tamela.
 
Menurut Gregorius, Mo'ang menanyai tiap orang yang ia temui dan tidak pernah mendapat jawaban yang memuaskan hatinya. Suatu hari, di sebuah pelabuhan, ketika sebuah kapal bersandar, Raja Sikka bertemu seorang ABK (anak buah kapal).
 
“Apakah di daerah lain atau wilayahmu manusia tidak bisa mati?” tanya Raja, yang saat itu belum dinobatkan menjadi raja. Anak buah kapal menjawab, “Semua orang akan mati. Tapi, ada tempat di mana ada kehidupan setelah kematian. Mari ikut saya ke Malaka.”
 
Di Selat Malaka, ia dipertemukan dengan Gubernur Jenderal Portugis dan misionaris asal Portugal. Ia mendapat penjelasan kehidupan setelah mati yang ada dalam kepercayaan Katolik. Ia pun bersedia dibaptis dan mendapat nama permandian Don Aleksius, yang kemudian terkenal dengan nama Don Alexu Ximenes da Silva.
 
Don Alexu pulang ke kampung halamannya, dengan seorang guru agama. Ia mendapat Senhor (salib), berikut patung Meniho (kanak-kanak Yesus) serta patung orang-orang suci lainnya. Benda-benda yang sudah berusia 400 tahun ini masih tersimpan rapi di kapel sebelah gereja dan tiap tahun diarak dalam perayaan Paskah.
 
Setelah dinobatkan menjadi raja, seluruh penduduk Sikka pun mengikuti agama Sang Raja. Tak hanya Sikka, ajaran Katolik kemudian menyebar ke Maumere dan sekitarnya.
 
 
  
 


Topic

#natal, #wisatanusantara, #travel, #flores

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?