Travel
Wisata Budaya Peranakan: Menelusuri Tiongkok Kecil di Lasem

21 Feb 2018


Foto: Eka Januwati


Kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia tercatat sejak abad ke-11, ketika banyak orang Cina daratan merantau ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebagai pendatang, mereka membawa tradisi dan norma leluhur dan membentuk akulturasi dengan budaya setempat. Salah satunya, Lasem.

Terletak di jalan utama jalur Pantura antara Semarang dan Surabaya, di Kecamatan Lasem, Rembang, banyak terdapat bangunan tua bergaya kolonial dan Tionghoa kuno.

Perkenalan nenek moyang warga Lasem dengan berbagai agama, mulai dari Hindu, Buddha, hingga Islam juga turut memperkaya karakter Lasem. Hal ini terutama tecermin dalam seni batik tulis Lasem.

Menurut buku Eksplorasi Batik Lasem yang ditulis oleh William Kwan Hwie Liong, orang Lasem diduga telah mulai membatik sejak sebelum 1350. Kemudian, pada awal abad ke- 15, kapal armada laut Laksamana Zheng He (Cheng Ho) yang dipimpin oleh nakhoda kapal asal Champa, Bi Nang Un, berlabuh di Pantai Regol, Kadipaten Lasem.

Jatuh hati pada kekayaan alam dan keramahan penduduk Lasem, Bi Nang Un yang datang bersama istri (Putri Na Li Ni), anak-anak (Bi Nang Na dan Bi Nang Ti), dan sanak saudaranya, meminta izin kepada Laksamana untuk menetap dengan tujuan menyebarkan agama Islam.

Tak hanya ‘bermigrasi’ untuk membangun kehidupan keluarganya, rombongan Bi Nang Un yang menguasai berbagai bidang seni, seperti membatik, menari, membuat perhiasan emas, hingga membuat peralatan kuningan ini membaur dan mengajarkan keahlian mereka kepada warga setempat.

Pengaruh budaya Tionghoa pada batik Lasem makin kuat ketika peran kelompok Tionghoa Islam atau Tionghoa peranakan di bidang ekonomi dan politik makin kuat. Banyak pendatang dari Tiongkok ini yang kemudian merintis usaha membatik.

Para pengusaha Tionghoa inilah yang memasukkan motif-motif khas budaya Tionghoa yang sarat filosofis pada batik Lasem. Sebut saja burung hong atau phoenix, kilin, naga, singa, kupu-kupu, tanaman merambat, dan masih banyak lagi.

Dalam tiap goresan canting yang membentuk motif ada makna filosofis dan untaian doa. Misalnya, motif kelelawar yang identik dengan rezeki melimpah dan umur panjang, naga sebagai sumber kekuatan, kebijaksanaan, dan keagungan. Ada juga burung hong yang berarti kecantikan dan keabadian, kupu-kupu lambang cinta yang abadi, dan gunung ringgit sebagai simbol rezeki yang melimpah. (f)


Baca juga:
Mengintip Wihara-wihara Tua di Lasem
5 Tempat Berburu Batik Autentik di Pekalongan
Go Tik Swan, Mengenal Sang Legenda Batik dari Solo
Cerpen: Kompor Mainan dalam Lemari Tua

Eka Januwati - Kontributor 
 


Topic

#jalanjalanlasem, #travelinglasem, #lasem, #budaya

 


polling
Seberapa Korea Anda?

Hallyu wave atau gelombang Korea masih terus 'mengalir' di Indonesia. Penggemar KDrama, Kpop di Indonesia termasuk salah satu yang paling besar jumlahnya di dunia. Lalu seberapa Korea Anda?